A.    Pengertian Pendidikan Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani charassein dan “kharax” yang maknanya tools for making atau to engrave yang artinya mengukir,  kata ini mulai banyak digunakan kembali dalam bahasa prancis “caracter” pada abad ke 14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris menjadi “character’ sebelum akhirnya  menjadi bahasa Indonesia menjadi “karakter”.  Membentuk karakter seperti kita mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang tersebut. Kebajikan tersebut terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat  kepada  orang  lain.  Karakter  terwujud  dari  karakter  masyarakat  dan karakter masyarakat terbentuk dari karakter masing-masing anggota masyarakat bangsa tersebut. Pengembangan karakter, atau pembinaan kepribadian pada anggota masyarakat, secara teoretis maupun secara empiris, dilakukan sejak usia dini hingga dewasa.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan tindakan, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakat dan bangsanya.

B.     Implementasi Pendidikan Multikultural di Kelas

Pendekatan kontribusi dapat dipakai sebagai wahana bergerak ke tahap yang lain yang lebih menantang secara intelektual seperti pendekatan transformasi dan aksi sosial. Hal ini disesuaikan pula dengan jenjang pendidikan dan umur siswa seperti:

1.      Implementasi pendekatan transformasi di kelas

Pada siswa sekolah lanjutan implementasi pendidikan multikultural dapat dipakai pendekatan transformasi. Siswa pada jenjang ini sudah mampu bmemiliki sudut pandang. Mereka mampu melihat konsep, isu, tema dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis. Pada diri mereka sudah tertanam nilai-nilai budayanya. Jadi mereka dapat berkompetisi dan beradu argumentasi serta mulai berani melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dalam dialog dan argumen akan terjadi interaksi yang saling memperkaya wawasan, yang oleh Bank (1993) disebut proses multiple acculturation. Sehingga dapat tumbuh dan tercipta sikap saling menghargai, kebersamaan, dan cinta sesama yang dirasakan meelalui pengalaman belajar. Proses ini dapat dilakukan dengan cara:

a.       Bila membentuk kelompok diskusi tiap kelompok seyogianya terdiri dari siwa yang berbeda latar belakang seperti kemampuan, jenis kelamin, peragai, status sosial ekonomi, agama, agar mereka dapat saling belajar kelebihan dan kekurangan masing-masing.

b.      Siswa dibiasakan untuk berpendapat dan beragumentasi yang sesuai dengan jalan pikiran mereka. Guru tidak perlu khawatir akan terjadi konflik pendapat ataupun SARA.

c.       Guru dapat mengajak siswa untuk berpendapat tentang duatu kejadian atau isu yang aktual, misalnya tentang bom bunuh diri atau kemiskinan, biarkan siswa berpendapat menurut pikirannya masing-masing.

d.      Membiasakan siswa saling membantu pada kegiatan keagamaan yang berbeda.

e.       Membuat program sekolah mengajak siswa mengalami peristiwa langsung dalam lingkungan yang berbeda, seperti lifestay. Pada liburan siswa diminta untuk tinggal di keluarga yang latar belakangnya berbeda dengan mereka, misalnya berbeda etnis, status sosial ekonom, agama bahkan kalau mungkin ras atau negara.

f.       Mengajak siswa untuk menolong keluarga-keluarga yang kurang beruntung ataupun berkunjung ke tempat orang-orang yang malang dari berbagai latar belakang agama, etnis dan ras.

g.      Melatih siswa untuk menghargai dan memiliki hal-hal yang positif dari pihak lain.

h.      Melatih siswa untuk mampu menerima perbedaan, kegagalan dan kesuksesan.

i.        Memberi tugas kepada siswa untuk mencari, memotret kehidupan nyata dan kegiatan tradisi dari etnis, agama, wilayah, budaya yang berbeda.

Sumber:

Afandi, Rifki. Desember 2011, Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ips di Sekolah Dasar”. Volume 1, No. 1, https://www.google.co.id/integrasi+pendidikan+karakter+dalam+pembelajaran+ips+di+sekolah_dasar.htm, 6 Desember 2015.

Hanum, Farida. 2010, “Pendidikan Multikultural sebagai Sarana Membentuk Karakter Bangsa (dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan), https://www.google.co.id/pendidikan+multikultural+sebagai+sarana+membentuk+karakter+bangsa&gs_I=mobile-gws-hp, 6 Desember 2015