Archive

Archive for the ‘ilmiah’ Category

#bigbrother; balas budi yang mempesona!

March 17th, 2019 No comments

Perjalanan ke padang telah usai. Berpartisipasi pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) IX adalah kehormatan dan kebanggaan sendiri. Seperti biasanya, jika menikmati penerbangan garuda, aku sempatkan untuk nonton film tertentu di pesawat. Kali ini #smallfoot dan #bigbrother yang tuntas aku tonton. #smallfoot saat berangkat, #bigbrother kala pulang ke semarang. Komentarku jatuh pada #bigbrother terlebih dahulu.

Film yang bersetting sekolah, guru dan murid itu berhasil memukau ku kali ini. Ini film mandarin! Biasanya bercerita pertarungan atau film laga. #bigbrother berkisah drama seorang guru dalam menghadapi siswa-siswanya yang menuntut perlakuan khusus. Mr. Chen, lakon dalam film itu menampilkan sosok guru yang super. Dengan kisah masa kecil yang suram hingga harus dikirim ke militer dan jadilah ia tentara.

Setelahnya, ia memulai suatu “balas budi”. Inilah nilai universal yang ingin aku komentari. Sungguh, aku punya harapan dan cita-cita seperti Mr. Chen. Walau hingga kini belum mampu aku realisasi. Dan kembali ke film, Mr. Chen memulai petualangan di sekolahnya dulu. Tak Chi School.

Mr. Chen menjadi guru di kelas 6B sebuah SMA. Dan berhadapan dengan kelas yang aduhai beratnya. Berisikan anak-anak yang belum berhasil di bidang akademik sehingga mempunyai kebiasaan yang secara umum akan dikatakan “nakal” atau sejenisnya. Berisikan siswa yang mempunyai latar belakang keluarga agak bermasalah.

Mr. Chen meyakinkan kepala sekolah bahwa ia akan berhasil di kelas yang dicap bandel itu. Masuk kelas pertama, Mr. Chen dihadapkan pada “jebakan” ember berisi air yang akan jatuh ketika ia membuka pintu kelas. Mr. Chen punya kemampuan bela diri yang keren, kungfu atau sejenisnya. Ia berhasil terhindar dari keusilan anak. Ia mendapati kelas dengan anak-anak yang seenaknya sendiri di kelas. Tidur di kelas, masak-masakan di kelas, bermain mobile games dan lainnya. Dasar tentara, Mr. Chen berhasil melalui hari pertama di kelas itu dengan sangat mempesona. Pendekatan individu yang menyentuh tiap siswa walaupun masih dianggap seenaknya sendiri.

Dan mulailah drama petualangan itu. Menjelaskan dengan sangat kontekstual, disertai kemampuan pengelolaan kelas disertai data yang valid. Siswa pun menjadi tercengang dengan sosok Mr. Chen. Home visit ke 5 siswa yang dianggap paling bermasalah di kelas dilakukan dengan sabar dan sungguh sangat menginspirasi. Hingga akhirnya mr. Chen berhasil memperbaiki hubungan keluarga kelima siswanya itu. Dan di akhir cerita, 5 siswa itu diterima di perguruan tinggi setelah lolos ujian akhir. Kemampuan komunikasi dan menyentuh hati Mr. Chen sangat lengkap. Memang, ini hanyalah film. Namun, jika guru bisa melakukannya dengan baik, sungguh, tidak ada masalah anak nakal yang akan terbengkalai.

Seperti kepala sekolah, ada 1 pertanyaan menarik. Kenapa Mr. Chen mau menjadi guru? Di sinilah satu niat tulus dari Mr. Chen. Ia sadar akan masa sekolahnya. Ia memahami apa yang disampaikan kepala sekolahnya kala itu. Saat ia melakukan kekacauan di sekolah dan harus dikirim ke militer. Kepala sekolah tidak mau menghukum Mr. Chen karena sekolahnya itu. Ia membela Mr. Chen kecil. Ia yakin, Mr. Chen akan mampu melakukan hal yang terbaik.

Mr. Chen akhirnya menjalani proses militerisasi. Ia menjadi tentara. Ia mengalami tugas dalam peperangan. Hingga ia memutuskan kembali ke sekolahnya. Menebus kesalahan besar. Terhadap sekolahnya! Terhadap kepala sekolahnya. Selepas menjadi tentara, ia kembali. Membersamai kepala sekolahnya waktu itu, yang telah memasuki usia senja. Dan akhirnya ia memutuskan menjadi guru. Dan memilih kelas bersualah, 6B!

Balas budi. Begitulah aku menyebutnya. Satu nilai yang sungguh berasa di film #bigbrother. Mr. Chen melakukannya dengan baik. Menjadi guru hebat yang menginspirasi, siswa dan kolega! Ia ditangisi ketika meninggalkan sekolah karena dianggap harus bertanggung jawab atas insiden percobaan bunuh diri salah satu siswanya. Mr. Chen meyakinkan kita bahwa “anak nakal” itu bisa melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat! Yakinkan pada anak itu, ia mampu melakukannya! Ia menebar “knowledge is power”.

Mr. Chen telah berhasil membuat bangga kepala sekolahnya. Kepala sekolah yang yakin, bahwa Mr. Chen bisa melakukan tindakan kebaikan. Kepala sekolah yang sangat baik. Percaya kepada Mr. Chen sepenuhnya!

Film #bigbrother telah membuka mata dan cakrawala kita, khususnya guru dan orang tua. Banyak kisah yang menyentuh hati. Bagaimana orang tua yang sebenarnya sangat mencintai dan menyayangi anaknya. Walau langkahnya tidak dipahami sepenuhnya oleh sang anak. Bagaimana keinginan anak yang seharusnya dipahami oleh orang tua. Dan aku tak kuasa menahan air mata yang mengalir dengan sendirinya. Pada beberapa adegan tersebut. Humor ringan juga banyak terjumpai di film ini. Dan banyak kisah lainnya.

Terimakasih, #bigbrother. We can do it!

(pasar kliwon, 17/03/2019 saat membersamai #gusnuhin)

Categories: ilmiah Tags:

Tim Pengabdian FE UNNES Berikan Pelatihan bagi Guru Bismen SMK se Salatiga

September 13th, 2018 No comments

Bertempat di Ruang Laboratorium Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga, sekitar 25 guru SMK Bisnis dan Manajemen mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh tim pengabdian masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kegiatan berlangsung dari pukul 9 sampai dengan pukul 15 pada hari Kamis, 13 September 2018. Haris Wahyudi, S.Pd., M.Pd., Kepala SMK Negeri 1 Salatiga menyambut baik pelaksanaan kegiatan dan harapannya dapat diselenggarakan di lain waktu dengan topik yang berbeda dan sesuai kebutuhan. Peserta terdiri dari guru SMK Bisnis dan Manajemen se Salatiga dari beberapa program studi seperti akuntansi, prakarya dan kewirausahaan, dan lainnya.

Materi pelatihan diantaranya adalah merancang pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi Edmodo. Kegiatan berlangsung menarik dan bapak/guru mengikuti dengan antusias. Menurut narasumber, Kardiyem, S.Pd., M.Pd., peserta dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif dan memadukan pembelajaran tatap muka di kelas. Banyak fitur yang dapat dimanfaatkan dimulai dari paparan materi atau konsep, soal latihan, quiz, dan evaluasi. Edomodo cukup mudah digunakan oleh guru. Narasumber didampingi tim pengabdian lainnya yaitu Ratieh Widhiastuti, S.Pd., M.Si. dan Niswah Baroroh, S.E., M.Si.

Tim pengabdian FE juga memberikan materi pelatihan lainnya yaitu pengembangan bahan ajar. Bahan ajar sangat diperlukan untuk membantu siswa belajar secara mandiri. Demikian ujar dari kedua narasumber, yaitu Rediana Setiyani, S.Pd., M.Si. dan Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si. Bahan ajar bisa berbentuk bahan cetak maupun bahan non cetak seperti media interaktif (audio visual). Lebih lanjut dijelaskan bahwa bahan ajar bisa disusun berdasarkan pengembangan dari guru itu sendiri maupun dengan cara mengkompilasi atau mengembangkan bahan ajar yang sudah ada.

Selain itu, siswa SMK Negeri 1 Salatiga juga memperoleh materi tambahan dari tim Pengabdian FE UNNES. Materi yang disampaikan adalah pengelolaan keuangan personal. Materi ini sangat penting bagi siswa yang merupakan generasi milineal. Salah satu karakteristiknya adalah instant behavior. Disinilah siswa harus mempunyai keahlian dalam mengelola keuangan personal mereka. Demikian dituturkan oleh narasmber, Nudian Susilowati, S.Pd., M.SI., Wulan Suci R., M.Si., dan Satsya Yoga B., M.Sc., CA. Kegiatan yang didampingi oleh 4 mahasiswa (Riska, Fery, Haniffah, dan Ummi) berlansung selama 2 jam.

Read more…

Categories: ilmiah Tags:

Kecurangan Akademik; Fraud Triangle, Fraud Diamond, dan Fraud Pentagon

March 31st, 2017 No comments

 

Kecurangan akademik menjadi fenomena yang tidak pernah selesai untuk dipecahkan. Bentuknya beraneka ragam. Dan bisa terjadi kapan saja oleh siapa saja, baik mahasiswa maupun lainnya. Alasannya juga beraneka ragam. Sagoro (2013) berpendapat bahwa kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa sebenarnya ada yang disadari namun ada pula yang tidak disadari bahwa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan sebuah tindakan kecurangan yang dapat dikenai sanksi. Adanya keinginan untuk memperoleh IPK tinggi, kebanggaan, atau hanya sebatas karena harga diri terkadang membuat mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik. Hendricks (2004) dalam Sagoro (2013) mendefinisikan kecurangan akademik (academic dishonesty) merupakan berbagai bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi mahasiswa secara tidak jujur termasuk didalamnya mencontek, plagiarisme, mencuri, dan memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademis

Beberapa pendekatan digunakan untuk mendeteksi faktor determinan perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa, diantaranya konsep fraud triangle, fraud diamond, dan fraud pentagon. Konsep fraud triangle ini telah lama dikenal dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kecurangan keuangan. Konsep fraud triangle dikenalkan oleh Cressey (1953), seorang kriminolog dengan mengajukan argumentasi bahwa seseorang melakukan sesuatu (termasuk kecurangan) terdapat alasan yang mendasari. Elemen fraud triangle terdiri dari tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization) (Abdullahi dan Mansor, 2015; Tessa dan Harto, 2016).

Konsep fraud triangle ini telah diaplikasikan dalam memahami perilaku kecurangan akademik. Konsep fraud diamond kemudian dikembangkan untuk memahami faktor lain yang mempengaruhi perilaku kecurangan. Wolfe & Hermanson (2004) meyakini bahwa konsep fraud triangle dapat dikembangkan untuk pencegahan dan deteksi perilaku kecurangan dengan menambahkan satu elemen yaitu capability. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penipuan atau kecurangan tidak mungkin dapat terjadi tanpa orang yang memiliki kemampuan yang tepat untuk melaksanakan penipuan atau kecurangan tersebut. Kemampuan yang dimaksud adalah sifat individu melakukan penipuan, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan dan memanfaatkannya.

Konsep baru yang berkembang adalah fraud pentagon yang berusaha untuk lebih bisa menangkap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kecurangan. Tugas (2012) mengajukan elemen kelima dalam konsep fraud pentagon yaitu external regulatory influence. Jika pengaruh regulasi ekternal lemah maka akan sangat memungkinkan terjadinya kecurangan. Tessa dan Harto (2016) menjelaskan bahwa teori terbarukan yang mengupas lebih mendalam mengenai faktor-faktor pemicu fraud adalah teori fraud pentagon (Crowe’s fraud pentagon theory). Elemen kelima yang dimaksud adalah arogansi (arogance).

Dengan memahami faktor determinan terjadinya perilaku kecurangan akademik dalam beberapa perspektif dimungkinkan untuk dapat menentukan kebijakan pengendalian yang lebih efektif. Penelitian yang mampu mengekplorasi faktor determinan terjadinya perilaku kecurangan akademik dapat dilakukan. Pandangan lain mengenai kecurangan akademik, misalkan perkpektif tindakan kriminal juga perlu dihadirkan.

 

Referensi;

Abdullahi, R. and Mansor, N. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory; Understanding the Convergent and Divergent For Future Research. International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences, 5 (4), pp. 38–45.

Sagoro, E. M. 2013. Pensinergian Mahasiswa, Dosen dan Lembaga dalam Pencegahan Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, XI (2), hal. 54-67.

Tessa G., C. Dan Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon Pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016.

Tugas, F. C. (2012). Exploring a New Element of Fraud: A Study on Selected Financial Accounting Fraud Cases in the World. American International Journal of Contemporary Research, 2 (6), pp 112-121.

Wolfe, D. T. And Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of Fraud. The CPA Journal, December 2004, page 39-43.

 

 

Categories: ilmiah Tags:
Skip to toolbar