Demokrasi Mahasiswa atau Sayembara Kuasa ?

Demokrasi Mahasiswa atau Sayembara Kuasa ?

December 4, 2016 GmnI Komisariat unnes

Oleh : Bung Toko

democrazy

Momentum yang musiman setiap tahunnya di setiap universitas itu selalu disorot ramai, seakan melupakan kegagaduhan ratap dan tangis penderitaan yang terus hadir sepanjang masa. Ratap dan tangis yang hanya diingat satu tahun sekali saja, diingat hanya sebagai tameng para serigala yang berlindung di bulu domba penderitaan masa. Serigala-serigala yang saat ini sedang mengonggong nyaring tentang sinergitas, harmonisasi, profesionalitas, inovasi, pluralisme, persatuan, aksi dan sangat banyak sekali kenyaringan-kenyaringan adu mulut yang dalam upaya nya untuk menolong para domba dari jurang penderitaan yang sangat dalam. Namun, kenyaringan-kenyaringan hanyalah tebaran harapan untuk sang domba agar medekat kepadanya, akhirnya sang domba hanya di jadikan sebagai makanan empuk untuk sang serigala pengobral janji.

Tentang Politik dan Universitas

Secara Etimologi, kata “Politik” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Polis” yang berarti Negara atau Kota dan “Teta” yang berarti urusan. Aristoteles yang pertama memperkenalkan dan mengunakannya sering dikenal dengan teori klasik, menurut Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Selain secara etimologi dan pendapat Aristoteles, ada juga pendapat dari Ibnu Aqil tentang politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak di gariskan Rasulullah S.A.W. Dapat diartikan pula politik adalah satu jalan atau jembatan menuju kepada konsesus atau kesepakatan bersama, yang dalam manifestasinya dilalui dengan proses-proses pembuatan kebijakan untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Universitas secara etimologi berasal dari bahasa Latin “universitas magistrorum et scholarium” yang berarti “komunitas guru dan akademisi “ pertama kalinya dikenal pada 387 SM yang diprakarsai oleh Plato. Merujuk pada perkataan Bung Karno pada Kuliah umum di Universitas Pajajaran, Bandung tahun 1958, tentang universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita, bukan saja di lapangan technical and managerial know how, tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan ideologi, di lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi tempat perpecahan.

Politik dan Universitas dua hal yang menjadi satu kesatuan susah untuk di pisahkan, merujuk pada fungsi universitas yang seharusnya tidak hanya menjadi lapangan penyedia teknis dan magerial yang didirikan hanya untuk mengarahkan lulusannya menjadi tenaga profesional, siap kerja, tenaga pendidikan, atau peneliti. Tetapi, bekal-bekal mental, pertumbuhan cita-cita, ideologi, dan lapangan pemikiran yang harus juga tersedia di satu universitas. Salah satunya melalui proses pembelajaran di luar kurikulum yang di manifestasikan melalui organisasi-organisasi mahasiswa, persoalan-persoalan tentang organisasi mahasiswa pasti tidak akan lepas dari politik, karena organisasi mahasiswa tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya tetaplah satu organisasi yang mempunyai tujuan bersama yang dinaungi organisasi tersebut. Untuk menuju kepada satu tujuan itu tidak bisa lepas dari politik jika merujuk pada pengertian politik adalah jalan menuju kemaslahatan bersama dan konsesus.

Demokrasi di Universitas

Suatu usaha dalam mewujudkan tujuan bersama tentu saja mempunyai sistem, tanpa sistem mustahilah tujuan itu akan tercapai. Merujuk di atas tentang Politik dan Universitas yang tidak bisa terlepas dari politik begitupula politik juga tidak bisa lepas dari sistem politik. Sistem politik merupakan sebuah rangkaian kegiatan atau proses di dalam sebuah masyarakat politik dalam mempengaruhi dan menentukan siapa, mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Begitu juga pengertian sistem politik menurut Rusadi Sumintapura bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.

Ada beberapa macam-macam sistem politik yang sering kali di terapkan di dalam pemerintahan, adapun diantaranya yaitu Sistem Demokrasi, Otokrasi, Aristokrasi, Monarki, Oligarki dsb. Politik dalam lingkungan universitas juga mengunakan salah satu dari sitem tersebut, yang saat ini masih kita gunakan adalah sistem politik demokrasi. Menganut pada pengertian sistem politik demokrasi ini adaiah adanya hak-hak rakyat untuk ikut memerintah dan dalam lingkungan universitas rakyat adalah masa yang dinaungi oleh universitas tersebut. Juga dalam organisasi mahasiswa berarti mahasiswa yang di naungi oleh wewenang organisasi tersebut, yang memberikan kuasa untuk memeritah kepada mahasiswa dalam seluruh lapis kelas baik organisator ataupun mahasiswa umum.

Demokrasi berlangsung dengan berdasarkan pada asas-asas. Asas-asas demokrasi itu ialah sebagai berikut.Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dengan tidak melupakan kepentingan umum. Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah. Jika dukungan rakyat tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintahan itu adalah suatu pemerintahan yang demokratis. Begitu juga seharusnya demokrasi yang berlangsung di universitas adalah demokrasi yang tidak melupakan asas-asanya.

Yang sering terjadi dan sering lepas dari sorotan adalah ketika demokrasi di universitas telah melupakan asas-asasnya dan bukanlah satu demokrasi yang berdiri dalam upaya nya untuk mewujudkan tercapainya tujuan bersama. Yang kedua demokrasi di universitas ini dalam penerapannya sekarang sudah tidak lagi memperhatikan partisipasi seluruh kelas mahasiswa, baik itu mahasiswa organisator ataupun dengan mahasiswa “kupu-kupu” (stigma dan julukan yang diberikan mahasiswa organisator kepada mahasiswa yang tidak sejalan dengannya). Bisa dilihat saja partisipasi mahasiswa dalam setiap tahunnya semakin menurun, dalam artian partispasi ini adalah partisipasi paham secara penuh bukan hanya partisipasi asal-asalan saja.

Satu hal sekarang masih buram di universitas kita adalah ketidakjelasan politik dan sistem politik yang sedang terjadi ataupun diterapkan, politik yang seharusnya untuk kemaslahatan bersama hanya menjadi pusat perhatian yang diramai-ramaikan oleh beberapa orang saja. Sistem politik demokrasi yang melupakan asas-asasnya juga sudah tidak bisa didebut lagi dengan demokrasi.

Politik dan Demokrasi Mahasiswa “?”

Politik mahasiswa seperti pengertian sebelumnya yang seharusnya menjadi jalan dan jembatan atau proses untuk mencapai konsesus terhadap seluruh lapis kelas mahasiswa, kemudian beralih fungsi menjadi pangung-pangung para serigala setiap tahunnya dan hanya musiman saja dalam mencari domba-domba untuk dimakannya. Sayembara musiman tersebut membuat para serigala-serigala ini berebut berburu domba-domba, barang siapa mendapatkan domba yang lebih banyak dia adalah srigala yang berhak bertahta.

Musim sayembara tahunan itu membuat beberapa mahasiswa muncul merasa menjadi yang paling pantas untuk menduduki kepemimpinan organisasi-organisasi mahasiswa di universitas. Baik itu BEM Universitas, BEM Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Dewan Perwakilan Mahasiswa dll, dengan meneriakan dan mengumbar banyak sekali kata-kata layaknya titah sang dewa, secara tidak langsung mengatas namakan sebagai utusan tuhan yang siap memikul amanah. Yang tujuannya hanya sebagai ajang unjung citra ataupun memperbanyak curriculum vitae supaya dapat diperhitungkan di dalam dunia kerja dan mudah mencari lapangan pekerjaan dengan pengalamannya berorganisasi yang mentereng. Ataupun, satu strategi untuk memperluas jaringan pribadi dan golongan.

Dampak dari semua itu akan kita coba lihat dari kedua sudut pandang. Positifnya, banyak sekali janji-janji dan harapan yang ditebarkan oleh mahasiswa yang naik dalam percaturan sayembara tersebut membuat kosa kata dan wawasan kita bertambah. Negatifnya, Setelah kita mengetahui kata-kata setinggi titah dewa tersebut tetapi kita tidak mengetahui dan merasakan manifestasinya. Yang kedua adalah munculnya sekat-sekat ataupun golongan yang semakin lama akan semakin susah untuk mecapai konsesus bersama, bahkan sampai dengan saling mendendam antara satu golongan dengan golongan yang lain, munculnya batas-batas pertemanan agar tidak dianggap penghianat oleh golongannya dan sampai masuk kepada hal-hal yang sesungguhnya tidak penting tetapi dijadikan alasan untuk menjadi sekat-sekat pembatas mencapai konsesus itu. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan pengertian politik itu sendiri untuk mencapai tujuan bersama bukanlah tujuan pribadi ataupun golongan.

Dampak negatif sayembara musiman yang bertambah besar setiap tahunnya itu berbuah simalakama. Pertama, semakin tingginya rasa skeptisme mahasiswa yang sering mereka sebut dengan mahasiswa kupu-kupu karena komedi dan dangelan yang ditunjukan oleh para mahasiswa yang naik dalam percaturan sayembara musiman itu. Kedua, semakin melunturnya peran mahasiswa dalam gerakan yang dinamis bersama masyarakat karena rasa skeptisme sebagian mahasiswa yang disebabkan oleh beberapa gelintir pengobral janji palsu, yang memanggap gerakan hanyalah omong kosong karena para pengobral ini juga meneriakan sebagai peyambung gerakan dan peran aspiratif dalam membela hak-hak rakyat yang tidak diwujudkan. Lalu dengan kondisi seperti itu siapa yang perlu disalahkan, tetapi para pengobral janji palsu itu menuduhkan tuduhan palsunya kepada sebagian mahasiswa skeptis itu secara tidak sadar padahal semakin tumbuhnya skpetisme yang besar itu disebabkan oleh para pengobral janji dalam sayembara musiman. Ketiga, inkonsistensi dari para pengobral janji palsu ini yang hanya muncul musiman saja menumbuhkan semakin besarnya ketidakpercayaan terhadap organisasi-organisasi mahasiswa yang ada dalam menjalankan program-program nya yang pastinya dinilai tidak konsisten karena tidak mewujudkan janji-janji yang telah diobral dalam musim sayembara.

Kondisi seperti ini tentunya tidak akan dapat kita biarkan berlarut-larut, politik dan demokrasi mahasiswa yang sudah meluntur dari asas-asas yang semestinya. Saat ini telah berubah menjadi sayembara musiman berebut kursi tahta kepentingan, jika ini terus berlarut-larut terlalu lama tidak akan pernah terwujud konsesus dan tujuan bersama untuk masa depan yang lebih baik, bagaimana akan terwujud masa depan yang lebih baik jika konsep dan tujuannya pun belum pernah tercapai. tentunya hal itu adalah satu pekerjaan tambahan kita semua untuk di dikaji dan ditemukan solusinya

Demokrasi Mahasiswa atau Sayembara Kuasa ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: