Pola Pemukiman Semarang

A. Latar Belakang
Dewasa ini kita memandang sebuah kota pasti memiliki acuan yang besar dari segi kehidupan jika kita lihat dari segi lingkungan fisik kota itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, di daerah perkotaan terdapat pembangunan yang sudah lebih maju jika dibandingkan dengan daerah-daerah di pedesaan. Banyaknya pembangunan di bidang infrastruktur yang dilaksanakan di wilayah perkotaan seperti misalnya pusat perbelanjaan baik tradisional atau modern yang berupa mall dan pasar-pasar, lalu sekolah-sekolah dengan berbagai macam jenjangnya, pusat pelatihan, tempat kursus, dan berbagai bimbingan belajar secara tidak langsung memikat hati para masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan. Dengan adanya masyarakat yang ada di wilayah perkotaan, secera tidak langsung dapat terlihat pemukiman penduduk yang membentuk pola tertentu. Dan setiap pola pemukiman penduduk kota itu sendiri berbeda dengan pola pemukiman penduduk desa.
Arti dari pemukiman itu sendiri merupakan suatu kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu. Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, sebagai wujud dari pola interaksi manusia sebagai makhluk sosial yang notabennya tidak bisa hidup sendiri. Pemukiman-pemukiman yang dibangun oleh penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung pada kondisi lingkungan di kawasan sekitarnya. Oleh karena itu, pola-pola pemukiman di setiap wilayah memiliki ciri tersendiri yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
Wilayah pemukiman di daerah perkotaan terbentuk secara alamiah karena mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, dengan maksimalnya pembangunan infrastruktur yang ada di kota memberikan pengaruh yang secara tidak langsung terhadap pola pemukiman di wilayah perkotaan. Lantas, kajian mengenai gambaran pola pemukiman yang ada di kawasan kota semarang itu sendiri dapat dijumpai dan di amati di daerah perkotaan seperti di kawasan simpang lima, dan di sekitar fasilitas umum seperti rel kereta, terminal dan sebagainya.
Dengan mengkaji adanya fasilitas-fasilitas yang menjadi nilai lebih dalam suatu wilayah, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai bagaimana pola pemukiman masyarakat kota yang berkonsentrasi pada suatu daerah perkotaan yang terletak di wilayah Nggombel Kota Semarang.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, di dapatkan rumusan nmasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana lingkungan fisik di Semarang?
2. Bagaimana pola pemukiman di kota Semarang?
3. Bagaimana interaksi yang terjadi antar masyarakat di kota Semarang sebagai dampak adanya pola pemukiman mereka?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan lingkungan fisik di Semarang.
2. Mengidentifikasi pola pemukiman di kota Semarang.
3. Menjelaskan interaksi yang terjadi antar masyarakat di kota Semarang sebagai dampak adanya pola pemukiman mereka.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Fisik Kota Semarang
Lingkungan fisik di daerah Semarang sangat bervariasi. Semarang yang dijadikan sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah ini memiliki kontur fisik yang beragam. Ada daerah pegunungan, daerah dataran tinggi, daerah dataran rendah, hingga daerah pesisir yang terletak di bagian utara Semarang. Dengan dijadikannya Semarang sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah membuat pembangunan infrastruktur tumbuh dan berkembang dengan pesat. Dengan adanya pertumbuhan infrastruktur yang mulai memadati kota Semarang membuat masyarakatnya menjadi heterogen. Dinamika masyarakatnya menjadi lebih berkembang. Hal tersebut dapat terlihat dari latar belakang asal masyarakatnya yang dating dari berbagai macam daerah di luar Semarang. Melihat banyaknya masyarakat yang mendiami kawasan perkotaan tersebut membuat mereka membentuk pola pemukiman sebagai tempat tinggal mereka. Kawasan pemukiman masyarakat banyak dijumpai di berbagai kontur wilayah seperti di sekitar pusat perbelanjaan, fasilitas umum seperti stasiun, terminal dan masih banyak lagi. Pola pemukiman mereka dibuat ada yang pola pemukimannya dekat pasar johar seperti kauman
B. Pola Pemukiman Masyarakat Kota Semarang
Di kota Semarang pada dasarnya memiliki pola pemukiman memanjang (linier) karena rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang ini pada umumnya dapat kita temukan pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, rel kereta, dan jalan raya. Pola ini dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini. Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun rel kereta berpola memanjang dari satu titik tertentu ke titik lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan tersebut.

 Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai
Pola ini terbentuk karena sungai merupakan sumber air yang melimpah dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya sumber air dan sarana transportasi. Permukiman penduduk di sepanjang alur sungai biasanya terbentuk di sisi kanan dan kiri sungai dan memanjang dari hulu hingga ke hilir. Di Semarang, pola permukiman ini banyak ditemukan di sepanjang sungai banjir kanal.
 Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya
Perkembangan kemajuan zaman memicu munculnya banyak jalan raya sebagai sarana transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya yang ramai membantu pertumbuhan ekonomi peduduk yang tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang jalan raya. Pola permukiman linier di sepanjang jalan raya dapat ditemukan di pusat kota Semarang, seperti di sekitar daerah Tugu Muda, Simpang Lima, Kota Lama, Pasar Johar, Masjid Agung, Bandara Ahmad Yani.
 Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api
Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api biasanya hanya terkonsentrasi di sekitar stasiun kereta api yang ramai dikunjungi orang. Rel kereta api dan stasiun kereta api merupakan sarana vital yang mampu menghubungkan berbagai tempat yang berjauhan, sehingga sangat banyak dikunjungi dan menarik untuk ditinggali. Pola permukiman linier di sepanjang rel kereta api di Semarang dapat kita jumpai di daerah sekitar Semarang Indah dan PRPP.

C. Interaksi Antar Masyarakat
Interaksi sosial antar masyarakat perkotaan biasanya bersifat impersonal dan kompleksitas. Hubungan sosial antara masyarakat eksternal dan impersonalitas. Dengan jumlah penduduk yang banyak dan memadati hampir seluruh daerah kota, menyebabkan masyarakat menjadi individualis. Masyarakat merasa dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Masyarakat di kota juga memiliki pekerjaan yang lebih variatif jika dibandingkan dengan masyarakat desa. Jadi mereka bekerja untuk dirinya sendiri dengan intensitas waktu yang berbeda sehingga tidak ada waktu bagi mereka untuk berkumpul atau sekedar berkenalan dengan tetangganya.
Karena intensitas bertemu dari masyarakat yang kurang, ini juga berakibat pada interaksi antar masyarakat. Setiap individu di daerah kota memiliki sikap gengsi dan sikap individualis yang tinggi. Misalnya saja dalam hal meminjam dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Keadaan inilah yang bertentangan jauh dengan kondisi sosial masyarakat pedesaan.
Ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat vperkotaan menjadi individualis. Factor yang utama adalah karena dengan bentuk pola pemukiman seperti misalnya sudah banyak perumahan, dimana kondisi social masyarakat di perumahan cenderung lebih tertutup dan kurang berineraksi dengan masyarakat sekitarnya. Selain factor tempat tinggal dan pola pemukiman yang memungkinkan masyarakat tersebut menjadi lebih individual. Ditambah lagi dengan perbedaan tiap kepentingan dalam satu pola pemikiman masyarakat tersebut juga membuat masyarakat daerah perkotaan menjadi individualistis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Daerah perkotaan merupakan salah satu daerah yang menarik bagi para pengurban. Daerah perkotaan merupakan pusat dari segala pembangunan. Dengan adanya pembangunan tersebut, membuat masyarakat menjadi pindah ke kota dan membentuk pola pemukiman di kota. Pola pemukiman di kota dapat kita jumpai di kawasan bantaran sungai, sepanjang perlintasan rel kereta api dan di sepanjang jalanan. Pola tersebut dapat dijumpai di daerah Kota Semarang. Pola pemukiman daerah perkotaan di Semarang secara tidak landsung mempengaruhi interaksi antar masyarakat itu sendiri. Dengan adanya pola pemukiman yang berada di daerah perumahanmisalnya saja, disana potensi pembentukan sikap individual seseorang sangat tinggi. Jadi, ada keterkaitan antara pembangunan di kota dengan pola pemukiman warga perkotaan serta interaksi dalam masyarakat perkotaan tersebut.

LAMPIRAN DOKUMENTASI

 Pola pemukiman masyarakat dilihat dari daerah perbukitan

 Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya

 Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai

Posted by fadlansesar   @   18 November 2015

Like this post? Share it!

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

1 Comments

Comments
Nov 30, 2015
2:24 pm

informasinya menarik kakak untuk dibaca ,, sertakan gambar kak kalo bisa,, dibuat artikel aja kak….

Leave a Comment

Name

Email

Website

Previous Post
«
Next Post
»