Etnomedicine pada Masyarakat Dayak

Kali ini saya akan membagikan artikel tugas kuliah saya pada mata kuliah Antropologi Kesehatan yang saya ambil pada semester 5 mengenai Etnomedicine pada Masyarakat Dayak.

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan. Hampir di setiap daerah memiliki kebudayaan yang menonjol yang berbeda dengan daerah lain yang dapat menjadi ciri khas daerah tersebut.  Seperti halnya dalam memaknai konsep Sehat, Sakit dan Penyakit juga dilatarbelakangi oleh kebudayaan terutama pada masyarakat tradisional. Apa yang dianggap sehat, sakit dan penyakit di kebudayaan satu belum tentu dianggap demikian oleh kebudayaan lain.

Pada masyarakat Dayak menganggap sehat yaitu apabila tubuh seseorang berada dalam kondisi yang normal. Semua fungsi tubuhnya dapat berjalan atau bekerja dengan baik dan dapat beraktivitas dengan baik.

Pada masyarakat Dayak menganggap sakit yaitu apabila seseorang berada dalam kondisi yang tidak seperti biasanya. Sebagian tubuhnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.  Masyarakat menganggap akibat sakit adalah hilangnya separuh roh orang tersebut yang dibawa oleh makhluk halus.

Pada masyarakat Dayak menganggap penyakit yaitu karena faktor personalistik atau memandang penyakit berasal dari personal tertentu atau agen-agen tertentu seperti dukun, roh-roh jahat atau mahluk gaib yang sifatnya magis.

Orang Dayak dalam menyembuhkan penyakit mereka lebih percaya menggunakan sistem pengobatan tradisional yang sesuai dengan kebudayaan yang dipercayainya daripada menggunakan sistem medis modern. Sistem medis yang digunakan masyarakat Dayak dalam mengobati penyakit yaitu dengan melakukan Ritual Mantra Belian. Ritual Belian dilakukan apabila ada seseorang yang sakit cukup parah dan lama tak kunjung sembuh. Pada masyarakat Dayak ritual Belian ada dua macam yaitu Balio dan Sentiu.

Pada ritual Balian Balio pada video tersebut ada seseorang yang memiliki sakit dengan sebagian tubuh yang tidak dapat digerakan. Masyarakat Dayak mempercayai bahwa sakit yang di derita oleh pasien adalah hilangnya separuh roh pasien tersebut yang diambil oleh roh jahat sehingga sebagian tubuh pasien tidak dapat digerakan. Dalam ritual Belian Balio dilakukan di rumah si pasien. Ada 2 Pemelian yang mengobati pasien. Pemelian sudah dianggap sebagai dokter yang dapat menyembuhkan penyakit. Anggota keluarga pasien baik laki-laki maupun perempuan membantu dengan suka rela dalam ritual tersebut terutama menyiapkan sesaji maupun benda yang dibutuhkan pada saat ritual. Isi sesaji berbeda-beda tergantung pada sakit yang diderita pasien. Setelah siap semua ritual dilakukan pada malam hari. Pemelian menari dan membaca mantra dengan diiringi musik untuk mengundang para dewa atau roh leluhur yang dapat penyembuhkan pasien. Belian ini dilakukan sedikitnya 3 malah tergantung parahnya sakit pada pasien. Pada malam terakhir pemelian utama memohon ke Dewa agar turun ke bumi. Tugas pemelian adalah sebagai perantara komunikasi dengan Dewa. Datangnya dewa atau roh leluhur ditandai dengan pemelian yang kesurupan. Setelah selesai pemelian memberikan air putih untuk pasien untuk diminum.

Ritual Balian yang ke-2 yaitu Sentiu. Pada ritual sentiu dibuat tandu, sesaji dan alat-alat musik. Tandu digunakan untuk berbaring si pasien dan dipegangi patung toga. Tubuh pasien dioles minyak oleh pemelian. Jumlah pemelian ada 3. Ritual dilakukan di Balai yang khusus digunakan untuk ritual balian. Pertama pemellian utama membacakan doa yang berisi mantra pada Awir atau sesaji. Lalu setelah dibacakan mantra ketiga pemelian menari memutari pasien untuk mengundang roh-roh yang dapat membantu dalam penyembuhan. Setelah beberapa putaran ketiga balian keluar Balai menuju hutan untuk mencari roh-roh leluhur. Setelah roh leluhur datang ditandai dengan karasukannya pemelian lalu ketiga pemelian masuk kembali ke Balai untuk menyedot beberapa bagian tubuh pasien. Setelah disedot keluarlah keluarlah betuan kecil berwarna hitam.

Sumber : Samanta, Gloria. 2014. Mantra Balian dari Penjaga Tradisi Hulu Mahakam. https://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/mantra-belian-dari-penjaga-tradisi-hulu-mahakam

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: