Analisis Artikel Jurnal Tentang Makna Sakit Pada Bocah Gembel Oleh Masyarakat Dieng

    Hai, apa kabar? Kali ini akan dibahas tentang tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan semester 5. Postingan ini berisi tentang analisis artikel jurnal “Sistem Pengetahuan Kebudayaan Masyarakat Dieng dalam Memaknai Sakit pada Bocah Gembel (Studi Kasus di Dusun Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo” karya Unik Dian Cahyawati, S.Pd. Analisis ini menggunakan beberapa teori dan konsep sehat-sakit yang ada telah dipelajari di mata kuliah Antropologi Kesehatan.

Jurnal tersebut dapat didownload di Jurnal Antropologi Kesehatan.

Analisis

        Pada jurnal tersebut dijelaskan mengenai pengetahuan masyarakat Dieng mengenai penyakit yang terjadi pada bocah gembel. Bocah gembel sendiri merupakan anak-anak yang memiliki rambut gembel yang menempel pada rambut normal anak-anak, dimana anak-anak yang mengalami rambut gembel biasanya adalah anak-anak yang usianya dibawah sepuluh tahun (2-10 tahun). Awal kemunculan rambut gembel ini disertai pula dengan sumeng atau demam tinggi, sehingga masyarakat lokal dusun Sigedang memaknai bahwa sumeng merupakan suatu penyakit yang menjadi pertanda bahwa akan tumbuhnya rambut gimbal pada anak tersebut.

            Masyarakat dusun Sigedang memaknai sumeng bukan sebagai tanda akan munculnya penyakit lain, tapi sebagai pertanda akan muncul atau bertumbuhnya rambut gimbal pada anak, sehingga dapat dikatakan bahwa sumeng dimaknai sebagai suatu penyakit yang bersifat personalistik yang disebabkan oleh agen-agen supranatural. Penyebab rambut gembel itu dipercaya karena adanya warisan dari nenek moyang mereka. Mereka justru menganggap sumeng pada bocah gembel sebagai suatu anugerah sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

            Sumeng telah dianggap sebagai hal yang biasa karena masyarakat disana bahwa sumeng selalu terjadi pada bocah gembel. Karena dianggap sebagai hal yang biasa, tindakan masyarakat lokal disana untuk menangani penyakit biasa itu adalah dengan tidak melakukan pengobatan. Dengan kata lain, masyarakat membiarkan penyakit itu sembuh dengan sendirinya hingga bocah gembel tersebut meminta sendiri untuk dilakukan ruwatan. Namun, ada juga masyarakat yang menyerahkan penanganan atau pengobatan sumeng tersebut pada tabib di Desa Sigedang ketimbang ditangani oleh tenaga medis.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: