Masyarakat Nelayan Desa Tambak Lorok


A. Kondisi umum lingkungan desa Tambak Lorok

Desa tambak lorok terletak di bagian Semarang Utara, Kelurahan Tanjung Mas. Desa ini terletak dipesisir laut pelabuhan Tanjung Mas, tidak terlalu jauh dari pusat kota Semarang. Aktivitas warga dikampung ini tidak jauh berbeda dengan masyarakat nelayan didaerah lain. Desa ini merupakan desa nelayan karena hampir 90% masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Kondisi disekitar perkampungan nelayan ini tergolong kurang bersih karena terdapat limbah limbah dari pengupasan kerang hijau yang cangkangnya dibuang atau dibiarkan berceceran disekitar rumah masyarakatnya, limbah konveksi bekas-bekas kain dan juga sampah-sampah dari kegiatan rumah tangga masyarakat. Kondisi alam di pesisir pelabuhan Tanjung Mas juga sudah mulai tercemar, air laut yang sudah mulai keruh yang disebabkan oleh kapal-kapal bermesin yang menggunakan bahan bakar solar mulai mengotori air laut. Kondisi jalan yang mulai rusak dan udara yang gersang sehingga menyebabkan debu-debu berterbangan membuat akses jalan menuju perkampungan ini sedikit tidak nyaman. Diperkampungan ini terdapat pasar sebagai tempat jual beli masyarakatnya, karena masuk sebagai kampung nelayan barang-barang yang dijual dipasar juga tidak jauh dari hasil tangkapan nelayan berupa udang, rajungan maupun ikan-ikan laut lainnya.

Keadaan rumah mereka juga tidak terlalu layak, jika dibandingkan dengan rumah pada masyarakat desa pada umumnya sebagian besar bentuk rumah diperkampungan nelayan Tambak Lorok ini terlihat berbeda dibagian atapnya yang cenderung lebih rendah, namun ada juga beberapa bentuk rumah panggung di desa ini yang bertujuan agar saat rob air tidak masuk kerumah. Menurut data yang saya peroleh dari bapak Trianto sebagai narasumber yang diwawancarai penduduk yang tinggal di perkampungan nelayan ini sebagian besar tidak berasal dari semarang melainkan pendatang dari Demak. Ada juga yang berasal dari jepara bahkan dari surabaya.

B. Mata pencaharian

Desa yang terletak dipesisir laut pelabuhan Tanjung Mas ini, 90% masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Menurut narasumber yang saya wawancarai yaitu bapak Trianto yang juga seorang nelayan masyarakat desa Tambak Lorok tidak hanya bekerja sebagai nelayan, namun ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik yang terletak tidak jauh dari perkampungan mereka, penjahit dan pengupas kijing (kerang hijau). Pengupas kijing (kerang hijau) disini biasanya dilakukan oleh para perempuan. Nelayan desa Tambak lorok biasanya melaut pada musim-musim tertentu. Hasil tangkapan mereka saat melaut kebanyakan adalah udang dan rajungan, tetapi jika laut sedang pasang pada awal bulan januari sampai akhir bulan januari mereka tidak pergi melaut melainkan beralih profesi sebagai pencari kerang hijau. Masyarakat desa Tambak Lorok menanam bambu-bambu di pinggiran laut untuk membudidayakan kerang hijau sebagai alternatif jika gelombang laut sedang tidak bersahabat yang mengakibatkan para nelayan desa Tambak Lorok tidak dapat melaut. Dengan tidak melautnya para nelayan dan menjadi pencari kerang hijau membuat pengeluaran untuk bahan bakar kapal juga lebih hemat. Tidak hanya beralih sebagai pencari kerang hijau, para nelayan desa Tambak Lorok ini juga memanfaatkan waktunya jika sedang tidak berlayar dengan memperbaiki mesin-mesin kapal mereka atau sekedar membersihkan kapal dan mengecat ulang kapalnya. Seiring dengan perkembangan jaman pekerjaan sebagai nelayan di desa Tambak Lorok ini tidak diturunkan kepada anak-anak si nelayan, meskipun mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan namun para pemuda ataupun anak-anak para nelayan tidak mau menjadi nelayan juga seperti ayahnya, namun mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik.
Para nelayan desa Tambak Lorok biasanya pergi melaut pada pagi hari sekitar pukul 06.00-12.00 namun jika melaut pada malam hari nelayan desa ini pulang pagi hari. Sementara para suami pergi melaut, para istri dirumah biasanya mengasuh anak ataupun cucu mereka, sebagai buruh pengupas kijing dan juga membantu para suami jika sudah pulang dari melaut. Ada juga yang berjualan warungan di depan rumah sebagai penghasilan tambahan. Pengahasilan yang didapat sebagai nelayan tidak menentu, jika pada hari biasa para nelayan bisa mendapat penghasilan sekitar 200-300 ribu dalam sekali melaut.

C. Pendidikan Masyarakat Desa Tambak Lorok

Seperti pada masyarakat nelayan didaerah-daerah lain, pendidikan pada masyarakat desa Tambak Lorok masuk dalam kategori menengah kebawah. Sebagian besar masyarakatnya hanya mengenyam bangku pendidikan sampai sekolah dasar ataupun sekolah menengah pertama, lulusan sekolah menengah atas juga ada namun itu sudah maksimal. Ada juga yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi namun hanya satu dua orang saja yang mampu. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Tambak Lorok yang tergolong menegah kebawah, terkait dengan mata pencaharian masyarakatnya yang sebagian besar adalah nelayan. Penghasilan nelayan yang tidak seberapa dalam sekali melaut, tutur bapak Trianto.

D. Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Tambak Lorok

Pembagian startifikasi sosial di masyarakat perkampungan nelayan Tambak Lorok ini tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan masyarakatnya, karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Sebagian besar para nelayan di desa ini umumnya memiliki kapal sendiri untuk melaut. Dalam sekali melaut biasanya kapal hanya diisi minimal oleh 2 orang nelayan. Namun jika kapal beranjang bisa diisi 8 sampai 10 orang nelayan saja, kapal beranjang sudah jarang digunakan dikarenakan harganya yang cukup mahal hingga puluhan juta. Jika kapal-kapal biasanya melaut mencari udang, pada kapal beranjang ini nelayan melaut mencari ikan teri. Pembagian kerja para nelayan saat melaut juga tidak terlalu diribetkan, kata bapak Trianto jika sudah di tengah laut mereka bekerja bersama saling bahu membahu, jika jaring yang ditebarkan sudah terisi hasil mereka menariknya keatas bersama-sama. Hasil tangkapan para nelayan dijual di tengkulak atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan bakul seret, para nelayan tidak menjual hasil tanggkapan laut mereka ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) karena menurut para nelayan harga lelang di TPI kurang dibanding jika dijual di tengkulak.

E. Interaksi antar masyarakat Tambak Lorok

Masyarakat nelayan desa Tambak Lorok hidup berdampingan dengan damai dan rukun. Namun dalam hal interaksi di masyarakat Tambak Lorok masih kurang, misalnya saja dalam pembangunan jalan sekitar desa, masyarakatnya kurang kompak dalam gotong royong pembangunan jalannya. Mayoritas masyarakat nelayan desa Tambak Lorok ini beragama islam. Pada masyarakat nelayan desa ini setiap bulan juga diadakan arisan PKK yang laksanakan pada minggu ke 2 sama seperti masyarakat desa pada umumnya. Terdapat perkumpulan-perkumpulan warga nelayan juga program pos pelayanan terpadu atau yang sering kita sebut dengan posyandu.

F. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat nelayan didesa Tambak Lorok tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah kampung nelayan lainnya. Bertempat tinggal di pesisir laut dan dengan bekal pendidikan yang rendah membuat kehidupan masyarakat desa Tambak Lorok ini bisa dikatakan jauh dari kata cukup. Pekerjaanya masyarakatnya yang sebagian besar adalah seorang nelayan juga membuat stratifikasi sosial didesa ini tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan antar masyarakatnya.

  1. #1 oleh Ahmad Muthohar pada November 27, 2015 - 5:33 am

    Judulnya agar bisa diperbaiki lagi… Hehehe

  2. #2 oleh Syarafina Nandanisita pada November 29, 2015 - 4:06 am

    judulnya kurang mengena

  3. #3 oleh Resti Bona Yulita pada November 30, 2015 - 2:41 am

    sangat bermanfaat

  4. #4 oleh Lenni Novia Lestari pada November 30, 2015 - 4:36 am

    penulisannya dirapikan kembali ya

  5. #5 oleh Diah Rohmatul Laeli pada November 30, 2015 - 5:13 am

    judulnya kurang menarik 🙂

  6. #6 oleh siti zakiyatur rofi'ah's blog pada November 30, 2015 - 6:44 am

    Bagus

  7. #7 oleh nuufid rahayu ambarwati pada Desember 1, 2015 - 12:21 am

    dokumentasinya mana kakak

  8. #8 oleh PUTRI AYU pada Desember 2, 2015 - 7:47 am

    kak dikasih gambar hehehe

  9. #9 oleh ignasia intan pada Desember 2, 2015 - 8:23 pm

    lengkap sekali kaka bagus lanjutkan yaa

  10. #10 oleh Siti Farikhah pada Desember 3, 2015 - 6:16 am

    good

(tidak akan di tunjuk-tunjukan)


Lewat ke baris perkakas