Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein


Berpikir secara global dalam sosiologi bisa memerlukan berbagai pendekatan yang berbeda. Beberapa ahli menggunakan teori sistem dunia. Teori sistem dunia menekankan bahwa sistem dunia (bukan bangsa negara) harus menjadi unit dasar analisis sosial. Situs-sistem mengacu pada pembagian kerja internasional, yang membagi dunia ke dalam negara-negara inti, negara-negara semi-pinggiran, dan negara-negara pinggiran. Negara-negara inti fokus pada keterampilan yang lebih tinggi, produksi padat modal, dan seluruh dunia berfokus pada rendah keterampilan, produksi padat karya, dan ekstraksi bahan baku. Ini terus memperkuat dominasi negara-negara inti. Meskipun demikian, sistem yang dinamis, dan masing-masing negara dapat memperoleh atau kehilangan status mereka inti (semi-pinggiran, pinggiran) dari waktu ke waktu. Untuk sementara waktu, beberapa negara menjadi hegemon dunia; selama beberapa abad terakhir, status ini telah lulus dari Belanda ke Inggris dan, terakhir, ke Amerika Serikat.

Versi yang paling terkenal dari pendekatan sistem dunia telah dikembangkan oleh Immanuel Wallerstein di tahun 1970-an dan 1980-an. Wallerstein menelusuri munculnya sistem dunia dari abad ke-15, ketika ekonomi feodal Eropa mengalami krisis dan berubah menjadi salah satu kapitalis. Eropa (Barat) dimanfaatkan keuntungan dan memperoleh kontrol atas sebagian besar ekonomi dunia, memimpin pengembangan dan penyebaran industrialisasi dan ekonomi kapitalis, secara tidak langsung mengakibatkan pembangunan tidak merata.
Pendekatan lain yang termasuk dalam teori sistem dunia termasuk teori ketergantungan dan neokolonialisme. Teori ketergantungan mengambil ide dari pembagian kerja internasional dan menyatakan bahwa negara-negara pinggiran tidak miskin karena mereka tidak berkembang secara memadai, melainkan miskin karena sifat dari hubungan mereka dengan negara-negara inti. Hubungan ini bersifat eksploitatif, seperti sumber daya yang dibutuhkan oleh negara-negara pinggiran untuk mengembangkan disalurkan ke negara-negara inti. Negara-negara miskin sehingga dalam keadaan terus-menerus ketergantungan pada negara-negara kaya.
Immanuel Wallerstein memperoleh pengakuan sebagai ahli Afrika pada tahun 1960-an, sumbangsih terpentingnya bagi Sosiologi adalah bukunya The Modern World system (1974). Buku tersebut cepat meraih sukses. Lahir pada tanggal 28 September 1930, Wallerstein mendapatkan ijazahnya dari universitas Columbia, termasuk gelar doctor pada tahun 1959. Selanjutnya ia memperoleh jabatan sebagai dosen di Columbia, setelah bertahun-tahun disana dan lima tahun jeda di Universitas McGill, Montreal, pada tahun 1976 Wallerstein menjadi professor utama sosiologi di universitas negeri New York di Binghamton. Wallerstein meraih penghargaan prestius Sorokin atas jilid pertama buku The Modern World System pada tahun 1975. Sejak saat itu, ia terus mengerjakan topik ini dan menghasilkan sejumlah artikel dan dua jilid tambahan, tempat dia menganalisis sistem dunia sampai tahun 1840-an. Sebenarnya, dalam banyak hal, perhatian yang telah diberikan dan masih akan ditujukan kepada analisisnya lebih penting ketimbang karya itu sendiri. Konsep sistem dunia menjadi fokus pemikiran dan penelitian dalam bidang sosiologi, sebuah prestasi yang tidak banyak dimiliki oleh ilmuwan lain. Kini banyak sosiolog yang meneliti dan melahirkan teori tentang sistem dunia bersikap kritis terhadap Wallerstein dalam satu atau lain hal, namun mereka jelas mengakui peran penting yang dimainkannya dalam kelahiran gagasan-gagasan mereka. “analisis sistem dunia” bukanlah teori mengenai dunia sosial, ataupun mengenai bagian dari dunia itu. analisis ini adalah protes terhadap cara-cara dimana penelitian ilmiah distrukturkan bagi kita semua dipertengahan abad ke-19. (Wallerstein 1987 : 309)
Teori sistem dunia dapat dipandang sebagai skema teoretis, atau mitos pengorganisir (organizing myth), untuk memahami pola-pola kemajuan bangsa Eropa dan keterbelakangan Dunia Ketiga sebagai fenomena yang saling berkaitan. “Keberhasilan” yang diperoleh satu pihak mengakibatkan pemiskinan pihak lain. tesis mendasar mengenai teori sistem dunia sebagai “ilmu sosial” historis menyebutkan bahwa perekonomian dunia bangsa Eropa dibangun disepanjang abad ke-16 lewat penstrukturan pola-pola perdagangan dan pembangunan yang timpang antara Eropa Barat sebagai “pusat” (core) serta Eropa Timur dan Amerika Latin sebagai “pinggiran” (periphery). Pola pembangunan yang timpang serta pertukaran yang tidak adil ini bertahan hingga sekarang meskipun keanggotaannya diwilayah-wilayah pusat, semipinggiran dan pinggiran mungkin telah berubah.
Tulisan-tulisan Wallerstein yang terpenting menerapkan perbandingan-perbandingan historis dalam skala luas untuk mendapatkan dan memperlebar gambaran menyeluruh mengenai ekspansi, fluktuasi dan perubahan sistem dunia. Lingkup analisisnya mirip dengan sosiologi historis dari Barrington Moore atau yang lebih mutakhir, Theda Skocpol. Akan tetapi, perbandingan-perbandingan yang ia lakukan membuahkan kesimpulan yang amat berbeda dengan mereka. Segi paling menonjol dalam karya Wallerstein sebagai teorities sosial adalah perhatiannya yang terus-menerus terhadap masalah-masalah epistemologis dan metodologis yang tampak jelas dalam semua tulisannya.
Teori sistem dunia lahir atas kritikan terhadap teori modernisasi dan teori dependensi, di mana Immanuel Wallerstein mengatakan bahwa dunia adalah sebuah sistem kapitalis yang sangat kuat pengaruhnya terhadap sejumlah negara yang ada di dunia, sehingga dalam kaitan integrasi yang terjadi juga hanya berdasarkan kepentingan ekonomi dari pada relasi politik. Dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi hanyalah bersifat profit dan defisit. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada satupun negara yang mampu melepaskan diri dari sistem kapitalis.
Beberapa hal yang melatar belakangi munculnya teori sistem dunia:
a. Negara-negara di Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, dan singapura) terus mencapi pertumbuhan ekonomi tinggi. Sulit untuk mengaitkan bahwa ini sebagai hasil kerja para imperialis, pembangunan yang bergantung, atau ketergantungan yang dinamis, karena industri di kawasan ini secara nyata menjadi sebuah tantangan bagi Amerika serikat. Analisisnya adalah terjadi usaha mandiri atau memanfaatkan kesempatan yang datang dari negara-negara yang awalnya adalah negara semi pinggiran menjadi negara sentral.
b. Krisis di berbagai negara sosialis, yakni perpecahan Republik Rakyat China dan Uni soviet. Kegagalan Revolusi Kebudayaan, stagnasi ekonomi di negara-negara sosialis, perkembangan yang evolutif dan mulainya negara sosialis menerima investasi modal asing yang kavitalistik. Fenomena tersebut menandai kegagalan Marxisme revolusioner dan revolusi Marxisme. Analisisnya adalah terjadinya krisis di negara sosialis, membuat negaranya terpakasa meminjam modal kepada negara dengan sistem kapitalis. Artinya bahwa sosialis tidak lepas dari pengaruh dari kapitalis.
c. Munculnya krisis di Amerika Serikat, Perang Vietnam, Krisis Watergate, embargo minyak tahun 1975, inflasi ekonomi Amerika pada akhir 1070-an, kebijaksanaan perdagangan dan investasi produktif, defisit anggaran belanja pemerintah, defisit neraca pembayaran yang makin meluas pada tahun 1980-an menandai hancurnya hegemony politik ekonomi Amerika. Terjadinya krisis di negara sentral membuat negara-negara semi pinggiran memanfaatkan kesempatan untuk memandirikan negaranya atau pun membuat suatu kebijakan baru yang membuat negaranya semakin pesat berkembang.

Menurut Wallertstein jika dunia hanya dibagi dalam dua bentuk negara, masih banyak negara yang belum masuk kedalam 2 kategori tersebut. Maka menurut Wallerstein sistem dunia yang kapitalis dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu, negara sentral, negara semi-preferi, dan negara negara preferi (pinggiran). Munculnya negara semi pinggiran oleh Wallerstein dikarenakan pemikiran jika hanya terdapat 2 kutub di dunia yaitu negara sentral dan pinggiran saja, maka disintegrasi akan muncul dengan mudah dalam sistem dunia itu. Sehingga, negara semi pinggiran dinilai akan menghindari disintegrasi tersebut. Kemudian, negara semi pinggiran juga dinilai bisa menjadi iklim ekonomi baru. Para pemilik modal bisa memindahkan modalnya dari tempat yang sudah tidak lagi efisien ke tempat baru yang sedang tumbuh. Hal ini terjadi karena di negarasentral yang sebelumnya merupakan ekonomi unggul mengalami penurunan atau kehilangan keuntungan biaya komparatif sebagai akibat meningkatnya upah yang terus menerus karena eksploitasi buruh di negara-negara pinggiran.
Penekanan pada teori ini adalah peralihan kekuatan negara sangat dinamis. Negara sentral bisa menjadi negara semi pinggiran, negara semi pinggiran bisa menjadi negara sentral dan negara pinggiran, sedangkan negara pinggiran bisa menjadi negara semi pinggiran. Jadi sistem kapitalis membentuk dunia yang sangat dinamis. Contohnya Amerika yang bisa menggulingkan Inggris dan Belanda sebagai negara sentral setelah Perang Dunia II pasca kehancuran dahsyat di Eropa sebagai. Maka ketika itu Amerika berada pada posisi negara semi pinggiran dan beralih menjadi negara sentral.
Wallstrein merumuskan tiga strategi terjadinya proses kenaikan kelas:
1. Kenaikan kelas terjadi karena menjemput dan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara semi pinggiran.
2. Kenaikan kelas terjadi karena adanya undangan. Sebagai contoh perusahaan-perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi setengah pinggiran.
3. Kenaikan kelas terjadi karena usaha yang dilakukan negara dalam memandirikan negaranya.Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
Artinya dari strategi yang dipaparkan oleh Wallstrein, setiap negara mampu untuk melepaskan diri dari statusnya sebelumnya, tetapi barangkali negara tersebut tidak bisa melepaskan diri dari kekuatan kapitalis yang mengikat. Hal ini terjadi karena setelah beberapa lama masuk dalam sistem kapitalis, maka menurut penulis mereka telah memiliki pengalaman yang telah di selektif terhadap apa yang mereka lihat, rasakan, dan mereka dapatkan, maka mereka mampu mempelajari semua sistem kapitalis dan secara tidak sadar mereka akan tetap menggunakan sistem kapitalis sebagai sistem ekonominya, karena keterikatan dan pengalaman yang telah didapatkan.
Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain :
1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak negara.
2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia.
3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan perjuangan kelas yang berskala nasional.

Daftar Pustaka
https://redblood.blog.fisip.uns.ac.id/2011/11/23/immanuel-wallerstein/
https://www.academia.edu/6708759/Teori_Sistem_Dunia_World_Sistem_Theory

  1. #1 oleh Rossy Juliana (Rojul) pada November 20, 2015 - 1:07 pm

    tulisannya kurang spasi rim, kalau bisa dirapikan lagi 😀 thanks

  2. #2 oleh Ayustya Citarestu pada November 23, 2015 - 6:56 am

    menambah wawasan sekali (y)

  3. #3 oleh Syarafina Nandanisita pada November 29, 2015 - 4:04 am

    menginspirasi 🙂

  4. #4 oleh Resti Bona Yulita pada November 30, 2015 - 2:40 am

    sangar bermanfaat

  5. #5 oleh Lenni Novia Lestari pada November 30, 2015 - 4:33 am

    ditunggu teori-teori yang lain ya

  6. #6 oleh Diah Rohmatul Laeli pada November 30, 2015 - 5:11 am

    sangat menambah wawasan 🙂

  7. #7 oleh siti zakiyatur rofi'ah's blog pada November 30, 2015 - 6:36 am

    Sangat bermanfaat sekali bu

  8. #8 oleh nuufid rahayu ambarwati pada Desember 1, 2015 - 12:09 am

    trimakasih buat ilmunya kakak

  9. #9 oleh nuufid rahayu ambarwati pada Desember 1, 2015 - 12:10 am

    trimakasih atas ilmu tambahannya kakak

  10. #10 oleh Anis Istiqomah pada Desember 2, 2015 - 5:19 am

    sangat menambah wawasan ,,,
    lanjutkan..

  11. #11 oleh PUTRI AYU pada Desember 2, 2015 - 7:43 am

    thanks kak materinya 🙂

  12. #12 oleh ignasia intan pada Desember 2, 2015 - 8:22 pm

    Spasinya dong kaka antar paragraf biar enak dibacanya hehe

  13. #13 oleh Siti Farikhah pada Desember 3, 2015 - 6:15 am

    semangat menulis 😀

(tidak akan di tunjuk-tunjukan)


Lewat ke baris perkakas