Critical Review Buku Konstruksi Gender dalam Realitas Sosial Karya Tri Marhaeni Pudji Astuti

Oleh Abdur Rohman*

_________________________

TIDAK hanya dalam buku “Konstruksi Gender dalam Realitas Sosial”, beberapa tulisan bu Heni (begitu saya menyebutnya, karena beliau juga sekaligus dosen saya pada mata kuliah Antropologi Gender) terlihat jelas selalu menyoroti isu-isu gender dan perempuan di negeri ini. Pada suatu kesempatan, bu Heni pernah menjelaskan bahwa persoalan utama gender hakikatnya terletak pada apakah laki-laki dan perempuan –jika dalam lingkup keluarga– bersedia berkonsensus atau tidak, menegosiasikan peran masing-masing atau tidak, serta melakukan komunikasi yang sehat ketika terjadi penyimpangan di salah satu pihak. Dari sini, saya berasumsi bahwa khas pemikiran dalam tulisan beliau sangat terasa dan menunjukkan sebagai figur yang fungsionalis, membuka wacana yang bertumpu pada kesadaran setiap individu, laki-laki maupun perempuan. Harmonis dalam kehidupan. Continue reading →

Asiknya Belajar Antropologi Kesehatan

SEBUAH ungkapan berbunyi, “Tak kenal, maka tak sayang” atau yang sering dimodifikasi menjadi “Tak kenal maka taaruf“, memang patut diterapkan terlebih dahulu di sini: sebagai awalan dalam memahami keasyikan studi Antropologi. Terutama, dalam hal ini, Antropologi Kesehatan.

Berbeda dengan kesehatan dalam kajian ilmu kesehatan; kebidanan, kedokteran, dan sebagainya antropologi kesehatan dengan akar antropologi; yaitu disiplin ilmu yang mempelajari seluruh aspek perilaku manusia – yang meliputi gagasan, cipta, karya, karsa, rasa masyarakat atau singkatnya, ilmu yang mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial maupun budaya jika meminjam ungkapan Koentjaraningrat (1984: 76), tentu menaruh fokus pada bagaimana perilaku masyarakat dengan kebudayaannya – termasuk dalam menyikapi persoalan kesehatan. Continue reading →

Ahmadiyah di Indonesia: Sparatis atau Demokratis?

KEBERADAAN Ahmadiyah sebagai salah satu aliran agama Islam di Indonesia sangat menimbulkan kontroversial. Berbagai kecaman datang dari kalangan pemuka Islam atas dogma-dogma yang diajarkan dianggap yang telah menyimpang dari ajaran agama Islam pada umumnya. Ada yang berusaha membakar masjid yang digunakan penganut Ahmadiyah untuk beribadah, ada yang memboikot untuk dihentikan aktivitas keagamaannya, hingga bahkan kecaman ini memuncak dengan mendesak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebagai pemimpin bangsa pada saat itu untuk mengeluarkan Kepres yang terkait dengan aliran Ahmadiyah (Koran Merdeka, 2013). Continue reading →

Ulasan Akhir 10 Blog Sejawat

Blog No. 1

  1. Nama Pemilik Blog:  Bagus Mustofa
  2. Alamat Blog: https://blog.unnes.ac.id/mustofa
  3. Kelebihan/Keunggulan: Beberapa Ilustrasi (gambar, dll) yang disertakan dalam postingan cukup menarik, Headline atau tulisan tajuk menarik; memikat untuk terus dilihat sekaligus ditelusuri mengenai apa saja isi yang akan didapat.
  4. Kekurangan/Kelemahan: Penataan kurang rapi, terlalu dominan satu warna, kurang ada variasi-variasi warna maupun hiasan dinding seperti pernak-pernik yang unik misalnya, dsb. Terakhir, judul postingan secara teknis (bentuk huruf, ukuran, bayangan yang demikian) saya ‘rasa’ kurang menarik.
  5. Saran dan Usulan Tambahan/Perbaikan:  Ada beberapa saran yang ingin saya kemukakan, diantaranya tertuju pada Headline, menurut postingan2 yang ada, kurang diberi sub (keterangan) berkaitan dengan materi-materi yang diisi, misal ‘dunia sosiologi dan antropologi’ atau lainnya. Kemudian terlalu dominan pada satu warna (blog), yaitu biru muda. Memang cukup bagus untuk warna biru muda yang tidak terlalu mempengaruhi pencahayaan pada teks isi, akan tetapi disini yang tampak adalah warna teks isi yang cenderung coklat. Maka, mungkin dapat membantu jika diubah menjadi hitam pekat. Pada judul postingan, dihilangkan bayangan supaya lebih jelas-terbaca.

Continue reading →

Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas

Bila diartikan secara bahasa, lokal berarti setempat, sedangkan kearifan berarti pemikiran, gagasan, atau perilaku yang bijaksana. Jadi, kearifan lokal merupakan sebuah gagasan setempat yang berisi pandangan hidup dan pengetahuan lokal yang mengandung kebijaksanaan, kearifan, bernilai baik yang tertananam dan diikuti oleh satu generasi ke generasi berikutnya. Kearifan lokal sering juga dijadikan sebagai dasar (akal) untuk masyarakat bertindak terhadap sesuatu maupun suatu peristiwa yang terjadi. Kearifan lokal muncul dengan berevolusi bersama masyarakat dan lingkungannya, adapun persebarannya melalui sastra lisan dan menuskrip. Kearifan lokal yang bernilai luhur dan tertanam kuat pada masyarakat dijadikan sebagai alat untuk berpandangan hidup, mengambil keputusan, serta mengatasi masalah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat di berbagai bidang. Continue reading →