SOS X BAB 2A. Pengertian Individu

Individu dalam konsep sosiologik menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, yang mempunyai pikiran, kehendak, kebebasan, memberi arti (meaning) pada sesuatu, maupun menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri (aktor). Dunia yang berada diluar individu, dunia eksternal. Contoh sistem interaksi adalah kebiasaan.
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yaitu makhluk yang selalu hidup bermasyarakat.Sedangkan ibnu khaldun menyatakan bahwa manusia itu harus hidup dimayarakat.Individu berasal dari kata in-dividere, artinya tidak dapat dibagi – bagikan.Jiwa manusia itu materiil merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Jika manusia dibelah menjadi dua: yaitu belahan fisik (konkret), dan belahan non fisik (abstrak).

B. Individu Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri hubungan dengan sesama manusia lain dalam menjalani hidup. Fredman (dalam Udin S. Winataputra, 2008) menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk “immediate adaptatian to environment” atau kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Naluri manusia berhubungan dengan sesama dilandasi dengan alasan – alasan sebagai berikut:
1. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan yang lain.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam disekelilingnya.
Keinginan-keinginan tersebut mendorong manusia untuk berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungannya dengan menggunakan pikiran, akal, dan perasaannya sehingga ia bertahan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

C. Kelompok Sosial
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Untuk dikatakan sebagai kelompok sosial, menurut Soekanto (1982 :111 ) terdapat beberapa persyaratan, yaitu
1. Adanya kesadaran dari kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian kelompok tersebut.
2. Adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok.
3. Adanya kesamaan faktor, contohnya tujuan atau nasib yang sama.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Kelompok sosial terbentuk melalui proses interaksi dan proses sosial. Manusia menyesuaikan diri satu dengan yang lainnya. Proses penyesuaian tersebut lama – kelamaan menjurus kepada proses sosialisasi. Selama menjadi kelompok, ia bersedia melakukan beberapa kompromi terhadap tuntutan kelompok.

D. Macam – Macam Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Tipe – Tipe Kelompok.
Mac Iver Page dalam Udin S. Winataputra (2008) menggolongkan kelompok sosial dalam sudut pandang berdasarkan berbagai kriteria (ukuran). Contoh: keluarga, rukun tetangga, desa, kota, koperasi, dan negara. Sistematika dari Mac Iver dan Page menggambarkan tipe – tipe terpenting dari kelompok – kelompok sosial sebagai alternatif khususnya yang berdasarkan pada kepentingan dan derajat organisasi.
2. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu.
Kelompok dapat dipandang dari sudut individu dapat dilihat dari keterlibatan individu dengan kelompok sosial dimana ia tinggal. Individu biasanya lebih tertarik pada kelompok – kelompok sosial.Dalam susunan masyarakat sederhana individu sebagai anggota nasyarakat secara relatif dan terbatas.Dalam susunan masyarakat yang sudah kompleks, individu menjadi anggota beberapa kelompok sekaligus.
3. In Group dan Out Group
Konsep in group dan out group merupakan pencerminan dari adanya kecenderungan sikap – sikap “ethocentrisme” dari individu – individu, suatu sikap dalam menilai kebudayaan menggunakan ukuran – ukuran sendiri (menurut Polak dalam Udin S. Winataputra, 2008) atau mempercayai sesuatu (believe). In group didasari oleh perasaan simpati sedangkan out grup didasarkan suatu kelainan dengan wujud antagonisme atau antipati.
4. Primary group dan Secondary Group
a. Primary group
Charles Horton Cooley menyatakan primary group adalah kelompok – kelompok yang ditandai ciri – ciri kenal mengenal antara anggota – anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Pendapat selo Soemardjandan Soemardi dalam “setangkai bunga sosiologi” (Udin S. Winataputra, 2008) menyatakan bahwa primary group merupakan kelompok – kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya.
Davis dalam Udin S. Winataputra (2008) memperjelas pendapat Cooley dengan menggarisbawahi ciri – ciri utama tentang primary group adalah
1) Kondisi fisik
Sifat saling mengenal dan kedekatan secara personal memberi kemungkinan terbentuknya primary group. Adanya norma – norma dan perbedaan kasta dalam masyarakat dapat menjadi penghalang dalam terbentuknya primary group. Salah satu syarat terbentuknya primary group adalah kelompok harus kecil, karena ketidakmungkinan individu untuk berhubungan sekaligus dengan banyak orang.
2) Sifat hubungan primer
Sifat utama hubungan primer adalah adanya kesamaan tujuan dari individu – individu yang bersangkutan, diantaranya hubungan yang bersifat pribadi, spontan sentimentil, dan inklusif.
3) Kelompok – kelompok yang konkrit dan hubungan yang primer
Banyak diantara hubungan sosial yang ada terdapat norma – norma atau nilai sosial yang bersifat memaksa sehingga tidak terjadi terwujud primary group yang baik. Hubungan primer yang masih murni terdapat pada masyarakat yang masih sederhana organisasinya, misalnya di pedesaan. Keputusan yang diambil akan lebih matang dan menguntungkan bagi kepentingan pribadi maupun kelompok secara kolektif.
b. Secondary Group
Rouceck and Warren (1962 : 46) menjelaskan pengertian secondary group pada kelompok – kelompok besar yang terdiri dari banyak orang, hubungan bersifat fleksibel, dan sifat hubungan tidak begitu langgeng. Batasan tersebut tidak sesuai dengan sifat sebuah kelompok dimana suatu kelompok sosial mempunyai tujuan bersama yang ingin dicapai.
Batasan yang ada dalam secondary group dan primery group dapat kita bedakan dengan menekankan perbedaan dari sudut pandang hubungan atau interaksi – interaksi sosial yang membentuk stuktur kelompok sosial yang bersangkutan.Contoh dari secondary group adalah bangsa yang menunjukkan kurang akrab antar masyarakatnya.
5. Gemeinschaft dan Gesselschaft
Tonnies dan Loomis dalam Udin S. Winataputra (2008) menyatakan bahwa Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat dalam hubungan bathin yang alamiah dengan dasar rasa cinta dan kesatuan batin yang dikodratkan. Sedangkan Gesselschaft adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka pendek, bersifat imajiner, dan strukturnya bersifat mekanis.
Tonnies mengemukakan beberapa ciri dari Gemeinschaft sebagai berikut.
Intimate : hubungan menyeluruh yang sangat mesra
Private : hubungan pribadi hanya untuk beberapa orang saja
Exlusive : hubungan hanya kita dan tidak ada selain kita
Selanjutnya Tonnies juga menyatakan ada 3 tipe Gemeinschaft, yaitu Gemeinschaftby blood adalah ikatan berdasarkan ikatan darah; Gemeinschaftof place adalah ikatan berdasarkan kedekatan tempat tinggal; dan Gemeinschaft of mind adalah ikatan berdasarkan jiwa dan pikiran atas kesamman ideologi.
6. Formal Group dan In Formal Group
Formal Group merupakan kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas yang sengaja dibuat untuk mengatur anggotanya.Anggota group mempunyai kedudukan dan wewenang pembagian tugas.Sedangkan Informal Group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti.Biasanya bersadarkan itensitas pertemuan dan pengalaman bersama.
7. Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
Selain kelompok sosial yang teratur, terdapat wilayah sosial yang secara relatif tidak teratur.
a. Kerumunan
Kerumunan merupakan kelompok sosial yang bersifat temporer, tidak terorganisasi dan tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Ciri – ciri dari kerumunan adalah iteraksi berisfat spontan dan kedudukan yang sama dalam berkumpul.
Ada beberapa macam kerumunan.
1) Kerumunan formal, yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan.
2) Kerumunan Ekspresif, contohnya orang menghadiri pesta.
3) Kerumunan sementara, yaitu kerumunan yang bersifat kurang menyenangkan, contohnya pengantri karcis.
4) Kerumunan orang panik
5) Kerumunan penonton
6) Kerumunan berlawanan dengan hukum
b. Publik
Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan.Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat – alat komunikasi pendukung seperti pembicaraan berantai secara individual, media masa maupun kelompok.Dengan alat penghubung, dimungkinkan bagi suatu publik untuk mendapatkan pengikut. Setiap aksi publik dipengaruhi oleh keinginan individu, jadi tingkah laku pribadi dari publik pun didasari oleh tingkah laku individu atau perilaku individu
8. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
a. Masyarakat Setempat
Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang dapat menunjukkanwarga sebuah kota, desa, suku atau bangsa. Ciri utama masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggota-anggotanya.
Adapun tipe-tipe dari masyarakat setempat diantaranya dapat digolongkan dengan menggunakan tiga kriteria sebagai berikut.
1) jumlah penduduk;
2) luas,kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman
3) Fungsi – fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat organisasi masyarakat yang bersangkutan.
b. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Kehidupan masyarakat pedesaan, hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin secara erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok.Pekerjaan inti penduduk biasanya terkonsentrasi pada sektor pertanian.Pada umumnya golongan orang-orang tua dijadikan sebagai penasihat dalam kehidupan sehingga peranan mereka menjadi begitu penting.Masalah yang timbul kemudian adalah sulitnya mengadakan perubahan – perubahan karena pandangan mereka yang didasarkan pada tradisi yang kuat.
Masyarakat kota (urban community) tekanan pengertian terletak pada sifat-sifat serta ciri – ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup. Perbedaan yang terlihat dari penekanan perhatian pada fungsi dan pemenuhan kebutuhan sosial.
Beberapa ciri lain yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan di antaranya sepcrti dikemukakan oleh Soekanto (1982:149):
1) Kehidupan keagamaan
Kecenderungan bagi masyarakat desa mengarah pada kehidupan agamis (religious trend).
2) Kemandirian
Hal terpenting bagimasyarakat perkotaan adalah individu atau manusia sebagai perseorangan.Di desa-desa orang kurang berani untuk menghadapi orang laindengan latar belakang yang berbeda.
3) Pembagian kerja
Pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga mempunyai batas – batas yang nyata.
4) Peluang memperoleh pekerjaan
Dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota dibanding warga pedesaan.
5) Jalan pikiran
Pola pikir rasional pada masyarakat perkotaan memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan kepentingan dan bukan faktor pribadi.
6) Jalan kehidupan
Dengan jalan kehidupan yang cepat bagi warga kota menempatkan dihargainya atau pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.
7) Perubahan sosial
Pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih berguna dibanding warga desa, karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.

Sumber:

Elisanti, dan Rostini Tintin. 2009. Sosiologi 1: untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Maryati, Kun dan Juju Suryawat. 2013. Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
https://Pendidik-Dasar.Blogspot.Co.Id/2013/04/Individu-Dan-Kelompok-Sosial.Html

(Diunduh pada tanggal 19 Desember 2015 Pukul 11:42)
https://pendidik-dasar.blogspot.co.id/2013/04/individu-dan-kelompok-sosial.html

(Diunduh pada tanggal 19 Desember 2015 Pukul 11: 58)