1. SOS XI BAB 4Pengertian Konflik

Dalam banyak definis, kekerasan dan ancaman selalu dikaitkan dengan konflik, kekerasan merupakan alat dari konflik untuk mencapai tujuan. Dapat juga dikatakan bahwa kekerasan merupakan proses akhir dari konflik. Kata “konflik” berasal dari bahasa Latin “configure” yang artinya saling memukul. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai percekcokkan, perselisihan, atau pertentangan. Dengan demikian, secara sederhana, konflik merujuk pada adanya dua hal atau lebih yang bersebrangan, tidak selaras, dan bertentangan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusahamenyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan, misalnya perbedaan ciri badaniah, emosi, kebudayaan, kebutuhan, kepentingan, atau pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam masyarakat.

  1. Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Berikut merupakan sebab-sebab konflik yang terjadi dalam masyarakat:

  1. Perbedaan Antarindividu : Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
  2. Perbedaaan Kebudayaan : Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain.
  3. Perbedaan Kepentingan : Setiap individu ataupun kelompok sering kali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
  4. Perubahan Sosial Budaya yang Terlalu Cepat : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat seperti yang sedang terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya yang juga terlalu cepat.
  5. Perbedaan Etnis : Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Ditambah dengan fenomena primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial.
  6. Perbedaan Ras : Konflik rasial didasari oleh paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses ekonomi yang besar dan kuat.
  7. Perbedaan Agama : Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Hal ini disebabkan karena masing-masing umat tidak pernah mempertentangkan akidah dan keyakinan agama masing-masing.
  1. Berdasarkan Sifatnya
  • Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Konflik ini dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda.
  • Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan konsensus dari perbedaan pendapat tersebut.
    1. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
  • Konflik vertikal
  • Konflik horizontal
  • Konflik diagonal
    1. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
  • konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak.
  • konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
    1. Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Masyarakat
  • konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik.
  • konflik politik, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
  • konflik ekonomi, merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
  • konflik budaya, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
  • konflik ideologi, merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang.
    1. Berdasarkan Cara Pengelolaannya
  • konflik interindividu
  • konflik antarindividu
  • konflik antarkelompok
  1. Dampak Sebuah Konflik

Konflik dapat memiliki dampak atau akibat positif maupun negative
Segi positif konflik adalah sebagai berikut:

  • Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
  • Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok
  • Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group solidarity) yang sedang berkonflik dengan kelompok lain.
  • Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok
  • Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
  • Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat
  • Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.

Segi negative suatu konflik adalah sebagai berikut:

  • Keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok
  • Kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia
  • Berubahnya sikap kepribadian para individu, baik yang mengarah pada hal-hal positif atau negative
  • Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah
  • Upaya Penyelesaian atau Pengendalian Konflik dan Kekerasan
  • Akomodasi: Proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa.
  • Coercion: Merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan yang berifat sepihak.
  • Negosiasi atau Kompromi: Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
  • Arbritasi: Bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara meminta bantuan ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. keputusan yang dibuat harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.
  • Mediasi: Penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara mendatangkan pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun, keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.
  • Adjudication: Penyelesaian konflik melalui pengadilan.
  • Toleransi: Suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal.
  • Statlemate: Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang.
  • Konsiliasi: Suatu bentuk penyelesaian konflik sosial yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil.
  • Rekonsiliasi: Upaya kompromistis yang ditempuh untuk mengakomodasi dua kepentingan yang berbeda. Bertujuan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.
  • Transformasi Politik: Sebuah proses penyelesaian konflik yang membutuhkan kontribusi timbal balik dari pihak yang ditransformasikan dan dari pihak yang hendak dituju oleh proses tersebut.
  1. Kekerasan
    1. Pengertian

Kekerasan adalah bentuk lanjutan dari konflik sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan tindakan melukai orang lain dengan sengaja, membunuh, atau memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut sebagai kekerasan langsung (direct violence). Kekerasan juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang, mengurangi atau meniadakan hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan menteror orang lain. Jenis kekerasan yang terakhir disebut kekerasan tidak langsung (indirect violence)

  1. Teori-Teori tentang Kekerasan
  • Teori Faktor Individual

Agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya kekerasan. Faktor penyebab perilaku kekerasan adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi meliputi kelainan jiwa, seperti psikopat, psikoneurosis, frustasi kronis, serta pengaruh obat bius. Faktor yang bersifat sosial, antara lain konflik rumah tangga, faktor budaya, dan media massa.

  • Teori Faktor Kelompok

Terjadi karena benturan identitas kelompok yang berbeda. Contohnya konflik antarsupoter bola

  • Teori Dinamika Kelompok

Kekerasan yang timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan rasa memiliki) yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam sebuah masyarakat dan tidak mampu ditanggapi dengan seimbang oleh sistem sosial dan nilai masyarakatnya.

Daftar Pustaka

Maryati, Kun, dkk. Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga

https://sosiosociety.blogspot.co.id/2014/12/pemecahan-masalah-konflik-dan-kekerasan.html (Diunduh pada 19 Desember 2015 pukul 13:21)

https://sosiologi-sman-1-cibeber-cikotok.blogspot.co.id/2015/02/materi-kelas-xi-bab-4-        konflik-kekerasan.html (Diunduh pada 19 Desember 2015 pukul 13:29)