Jumlah Pengunjung

Materi Antropologi SMA/MA Kelas XI Peminatan Bahasa Materi 5 : Metode Etnografi Dan Manfaatnya Dalam Mencari Solusi Berbagai Permasalahan Sosial-Budaya

        etnografi

          Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethnos = rakyat dan graphia = tulisan, adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi. Etnografi merupakan pelukisan dan analisis tentang kebudayaan suatu masyarakat atau suatu suku bangsa. Etnografi biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, berupa tulisan, foto, gambar, atau film yang berisi laporan atau deskripasi tersebut yang dipelaajari oleh ahli etnografi adalah unsur kebudayaan suatu masyarakat seperti bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, dan religi.

            Etnograi merupakan produk dari Antropologi dan merupakan suatu metode penelitian yang digunakan dalam ilmu Antropologi. Metode penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan sumber-sumber yang luas. Dalam hal etnografi sebagai produk dari Antropologi biasanya dalam karya etnograi tersebut hanya membahas tentang satu suku bangsa, komunitas, atau bahkan suatu fenomena di daerah tertentu (daerah yang terbatas), dan hasil etnografi tersebut biasanya kemudian digunakan untuk menggeneralisasikan pada kejadian atau fenomena yang sama pada daerah atau suku bangsa lain. Misalnya, pada karangan Clifford Geertz yang meneliti tentang religi di suatu daerah di Pulau Jawa kemudian menyimpulkan bahwa seluruh masyarakat yang bersuku bangsa Jawa memiliki kesamaan pada sistem rligi, padahal belum tentu seluruh masyarakat suku Jawa memiliki kesamaan sistem religi pada daerah yang digunakan Geertz untuk melakukan penelitian tentang religi Jawa, pada hal ini Geertz telah melakukan penggeneralisasian pada sistem reigi pada suku Jawa.

            Etnografi klasik/awal adalah etnografi yang muncul dan dikaitkan dengan asal-usul antroplogi. Para ahli antroplogi masa itu menerapkan teori evolusi biologi terhadap bahan-bahan tulisan tentang suku bangsa di dunia, bersumber dari tulisan yang dikumpulkan oleh para musafir, penyebar agama Kristen, pegawai pemerintah kolonial dan penjelajah alam. Tulisan tersebut mereka gunakan untuk melihat perkembangan budaya manusia dari pertama muncul sampai saat ini. ilmuwan antropologi pada waktu itu melakukan kajian etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah ada, ilmuan antropologi pada masa itu tidak pernah terjun langsung ke lapangan, sehingga penelitian yang dilakukan kurang lengkap. Etnografi awal bersifat Eropa sentris dalam melihat kebudayaan masyarakat di luar Eropa jika dilihat dari penerapan teori evolusi.

            Etnografi modern hanya mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Peneliti harus melakukan observasi sambil berpartisipasi langsung dalam masyarakat yang di teliti. Struktur sosial dan budaya masyarakat menurut interpretasi peneliti. Ciri etnografi pada masa ini adalah hanya mempelajari kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat dan bersifat holistik . Etnografi modern dibedakan dengan etnografi mula-mula berdasarkan ciri penting, yakni mereka tidak terlalu mamandang hal-ikhwal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997).

            Etnografi baru, struktur sosial dan budaya masyarakat bukan menurut interpretasi peneliti, melainkan ada dalam pikiran masyarakat dan itulah yang harus dikorek keluar oleh peneliti. Tipe etnografi ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dan kemudian di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etnografi baru ini bertolak dari definisi budaya dari Ward Goodenough. Menurutnya budaya masyarakat adalah terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui agar seseorang dapat berperilaku yang dapat diterima masyarakat. Salah satu hal penting dalam penelitian adalah bahasa. Alat bantu bahasa dipergunakan untuk memasuki kehidupan masyarakat yang akan diteliti. Ethnografi Baru Generasi Pertama kurang lebih 1960-an. Berakar dari ranah antropologi kognitif, “etnografi baru” memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Karena tujuannya adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini. Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap fase dalam proses penelitian ini. James P. Spradley, Metode Etnografi (1997:xvii-xviii) .

            Seperti yang diungkapkan G.R. Lono Lastoro Simatupang, bahwa tak akan pernah ada representasi (ekspresi) yang identik dengan realita. Dilain penelitian etnogarfi bersifat partial, juga karya etnografi masih sangat kuat akan pengaruh subyektifitas dari peneliti.

          Sejatinya, Ilmu apapun yang paling benar adalah “realitas”. Kenyataan yang diperoleh, entah dari pengalaman, melihat/mendengar secara langsung merupakan wujud dari realitas. Perlu ditekankan bahwa melihat/mendengar disini adalah dari segi prosesnya, jadi peristiwa melihat dan mendengar tadi belum di representasikan dalam bentuk kalimat olahan fikiran dan kata. Ketika melakukan sebuah penelitian etnografi, sudah barang tentu yang paling utama kita mengandalkan kelima indera fisik kita, dan saat itulah kita menyaksikan dan merasakan langsung bahwa realitas dari kehidupan suatu masyarakat adalah benar adanya. Namun menjadi parsial, dikarenakan sangat tidak mungkin dalam melakukan penelitian kita hanya terfokus sebatas apa yang bisa ditangkap oleh indera kita, disitu kita harus mengolah dan merepresentasikan apa yang kita dapat, baik dalam bentuk tulisan, gambar, foto, ataupun video.

          Dalam berbagai penelitian pada umumnya fenomena masyarakat yang terjadi adalah masyarakat sangat loyal dan mendukung kehadiran peneliti. Kondisi seperti itu tentu tidak cukup dan kurang memuaskan, sehingga peneliti harus mencari dan memilih informan yang sesuai untuk dilakukan tanya jawab secara intensif. Dalam proses interview/wawancara, data penelitian yang diperoleh peneliti merupakan proyeksi kehidupan yang pada waktu tertentu saja dan bukan seluruh gambaran kehidupan masyarakat (bersifat partial), penelitian merekam sebagian saja kehidupan masyarakat sejauh peneliti tinggal bersama masyarakat secara langsung, ketika masyarakat secara sadar menerima dan mengakui kehadiran peneliti, masyarakat sejatinya sudah menjadi lain dari kehidupan asli sebelum kedatangan peneliti. Masyarakat cenderung berjiwa fungsional dan menjadi apa yang seperti peneliti harapkan. Sebab itulah etnografi bersifat Partial Truths. Yang bisa dilakukan hanyalah merekam sebagian sisi kehidupan masyarakat, terlebih dalam melakukan penelitian, seorang peneliti masih menerapkan teknik seleksi bahwa ini adalah yang harus atau menarik untuk saya teliti dan hal ini bukan menjadi bahan penelitian saya (tidak menarik).

           Pokok kajian dalam etnografi visual; 1. Menggunakan sistem visual dan budaya visual sebagai fokus kajiannya. Kerja etnografi mengarah pada kajian terhadap budaya dan sistem visual sebagai fokus kajian suatu komunitas. 2. Menggunakan bahan‐bahan visual dalam penelitian antropologi, Materi visual diperlakukan sebagai representasi suatu komunitas yang diteliti untuk didokumentasikan ataupundieksplorasi lebih lanjut. Materi visual tersebut diperoleh dari penggunaan alat perekam seperti foto dan video.

         Cara melakukan analsis terhadap data visual khususnya data yang berupa fotografi; Barthes (1981) menjelaskan bahwa dalam sebuah foto terkandung dua tingkat pemaknaan yaitu tingkat denotatif dan konotatif. Pada tingkat denotatif, citra visual sebuah foto dapat menunjukkan hubungan analogis dengan kenyataan. Dengan mudah kita dapat menunjuk dengan jari untuk mendiskripsikan hubungan citra visual dengan kenyataan, sedangkan pada tingkat kedua berupa pemaknaan konotatif. Pada tingkat konotatif pemaknaan hadir melalui proses penafsiran yang melibatkan konteks kultural, historis, ideologis, juga politis. Oleh karena itu maknanya akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Oleh karena itu foto perlu didukung dengan kehadiran teks dalam bentuk caption. Melalui caption, foto-foto diberi konteks namun Kategori didasarkan pada cara pembacaan yang ditawarkan oleh Roland Barthes (1981) dengan Studium dan Punctum.foto bukan sebagai ilustrasi tetapi untuk merasionalisasikan foto.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Etnografi

https://tugaspenelitiankebudayaan.blogspot.com/2009/10/kekurangan-kelebihan-etnografi-versi.html

https://tugaspenelitiankebudayaan.blogspot.com/2009/10/kekurangan-kelebihan-etnografi-versi.html

https://anastasiatika.blogspot.com/2009/12/kelebihan-dan-kekurangan-dari-etnografi.html

https://tugaspenelitiankebudayaan.blogspot.com/2009/10/kekurangan-kelebihan-etnografi-versi.html

Menuju Antropologi yang Transparan, oleh G.R. Lono Lastono Simatupang.

.ml.scribd.com/doc/137293794/Essay-Media-antopologi

Etnofotografi Selayang Pandang https://tentangantro.blogspot.com/2013/12/etnofotografi-selayang-pandang.html

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: