Materi Antropologi Kelas XI BAB 1: Keterkaitan antara keberagaman budaya, bahasa dialek, tradisi lisan dengan kehidupan masyarakat dalam suatu daerah.


6

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak budaya, dimana setiap daerahnya memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Perbedaan kebudayaan ini menyebabkan keunikan tersendiri, seperti yang disebutkan oleh Nasikun (2000) bahwa Indonesia memiliki struktur masyarakat yang unik secara horizontal yang ditandai adanya keberagaman tata cara kehidupan, bahasa yang digunakan, seni budaya yang dimiliki maupun tradisi dan secara vertikal yang ditandai adanya kelas-kelas dalam masyarakat seperti lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Berbicara mengenai keberagaman, tentunya tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat komunikasi manusia baik lisan maupun tertulis yang di setiap daerahnya memiliki bahasanya sendiri. Secara tradisional, bahasa dirtikan sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa sendiri sebagai alat komunikasi antar daerah yang ada di Indonesia sekarang ini masih mendapat pengaruh dari dialek masing-masing daerah. Perbedaan dialek di daerah satu dengan daerah lainnya dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.

Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu seperti bahasa dan dialek yang ada di bahasa Jawa yang terkenal dengan bahasa alusnya. Di dalam bahasa Jawa terdapat adat sopan santun Jawa yang menuntut penggunaan gaya bahasa yang tepat. Kondisi tersebut tergantung dari tipe interaksi tertentu yang memaksa orang untuk terlebih dahulu menentukan setepat mungkin kedudukan orang yang diajak berbicara. Terdapat Tingkatan yang ada di dalam bahasa Jawa adalah ngoko,krama madya dan krama inggil. Contohnya :
Ngoko Krama Madya Krama Inggil Arti
ngabani ngabani ndhawuhi memerintah

Tingkatan ketiga bahasa ini, bahasa Jawa kini telah mengalami berbagai perubahan dimana setiap penjuru memiliki dialek jawa yang berbeda-beda. Di bagian barat Jawa, orang-orangnya mengucapkan suatu dialek Banyumas yang khas, di mana vokal bawah belakang dalam bahasa Jawa umum diucapkan sebagai vokal bawah tengah yang sering kali diakhiri dengan pita suara tutup pada akhir kata. Di daerah tengah-tengah komplek Gunung Merapi – Merbabu-Lawu, dipergunakan dialek Jawa Tengah Solo – Jogja, yang merupakan daerah pusat kebudayaan Jawa – Keraton sehingga memiliki penggunaan bahasa yang cukup rumit. Sedangkan di sebelah utara daerah ini terdapat dialek Jawa pesisir, dialek ini tidak jauh berbeda dari dialek Solo – Jogja. Bagian barat daerah subkebudayaan pesisir sangat dipengaruhi kebudayaan dan bahasa Sunda yang tampak pada dialek Cirebon, Indramayu, Tegal, dan daerah-daerah sekitarnya. Kemudian begitupula di sebelah timur daerah subkebudayaan Jawa Tengah adalah Sungai Brantas yang juga melingkupi daerah-daerah sekitar Madiun dan Kediri, logat yang diucapkan di daerah itu sangat dipengaruhi oleh dialek Solo – Jogja dan bahkan mirip sekali, kecuali yang dipakai di delta Sungai Brantas, khususnya Kota Surabaya yang memiliki dialek yang sangat khas pula.
Di samping bahasa dialek terdapat juga tradisi lisan, tradisi lisan adalah cerita lisan tentang suatu tempat atau tokoh yang dibuat teks kisahan dalam berbagai bentuk, seperti syair, prosa, lirik, syair bebas, dan nyanyian. Dalam tradisi lisan terdapat banyak cerita-cerita seperti cerita tentang terjadinya suatu tempat yang berbentuk syair bebas, cerita rakyat mengenai seorang tokoh di suatu daerah, baik tokoh yang bersifat baik maupun buruk, dan cerita rakyat tentang misteri/kegaiban di suatu tempat, misalnya makam seorang tokoh, goa, batu besar, dan sebagainya. Contoh tradisi lisan dalam masyarakat :
a. Asal mula gunung Tangkuban Perahu (cerita rakyat dari Jawa Barat) : Menceritakan seorang laki-laki bernama Sangkuriang mencintai seorang perempuan bernama Dayang Sumbi, yang ternyata ibu kandungnya.
b. Malin Kundang (cerita rakyat dari Sumatra Barat) : Menceritakan seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya bernama Malin Kundang, dimana anak laki-lakinya tersebut menjadi anak durhaka setelah sukses.

Bahasa dialek dan tradisi lisan yang berbeda di setiap daerah merupakan wujud dari keberagaman kebudayaan yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki banyak perbedaan di setiap daerahnya, bahkan ada pula bahasa dialek dan tradisi lisan yang hampir mirip tetpai ada segi perbedaannya, hal itu dapat disebabkan karena letak geografi yang berdekatan, yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang sering antara penutur yang satu dengan yang lain. Jika kita mengamati bahasa dengan terperinci dan teliti, kita akan melihat perbedaan bentuk dan makna dari sebuah bahasa. Besar kecilnya pengungkapan antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang lain akan terdengar perbedaan-perbedaannya, umpamanya antarsatuan bunyi /a/ yang diucapkan seseorang dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti itu disebut variasi. Apalagi ketika kedua orang yang lafal atau bahasanya yang kita bandingkan itu datang atau berasal dari daerah yang berlainan, kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa dari tingkat formalitas yang berlainan. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan tersebut yang nantinya akan memunculkan persepsi baru dalam memaknai sesuatu yang menghasilkan ragam-ragam bahasa yang disebut dengan istilah- istilah baru yang berlainan.

Sumber :
Handoyo,Eko, dkk.2007.Studi Masyarakat Indonesia.Semarang: FIS Unnes

Indriyawati, Emmy. 2009.Antropologi Untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta:Pusat Perbukuan

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta

 

  1. Belum dikomentari.
(tidak akan di tunjuk-tunjukan)


Lewat ke baris perkakas