Hajatan masyarakat Aspol candi Stom (Prespektif Etika Jawa)

Pola kegiatan masyarakat yang dilakukan seminggu sekali ,pengajian dan hajatan di mushola atau bergantian dirumah warga di Aspol Candi Stom Semarang

A.Latar Belakang

Dalam sebuah struktur masyarakat terdapat berbagai kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang hidup di dalam sebuah aturan yaitu di dalam struktur sosial yang sudah ditentukan masing-masing di dalam lingkungan tempat tinggal. Di sebuah masyarakat terdapat satu lembaga yang membina masyarakat ataupun yang biasa kita sebut RT(rukun tetangga), dalam hal ini ketua RT adalah salah satu aktor yang berperan penting dalam memimpin dan membina warganya yang tinggal di lingkungan RT tersebut. struktur dalam masyarakat di lingkup tetangga samping kanan dan kiri lingkungan tempat tinggal merupakan tanggung jawab RT karena peran RT disinilah dimaksudkan. Lebih luas lagi adalah RW(rukun warga) disini ketua RW yang mengetuai dan membina cakupan luas dari warga-warga yang ada di kelompok-kelompok masyarakat. Di struktur masyarakat kita sudah mengenal RT dan RW,namun struktur dari masyarakat jawa lebih ke pola-pola dan perilaku masyarakat yang dilakukan sehari-hari dari kehidupan berumah tangga. Dari segi stereotipe masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang berperilaku sopan ,alus dan ramah dengan sesama unggah-ungguh. Dari sini kita bisa tahu struktur dari sifat dan perilaku masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial di dalam kehidupan masyarakat. Jawa ataupun central Java Indonesia merupakan pulau yang luas dan memiliki peranan sosial yang tinggi ,lebih tepatnya di kota Semarang yang dimana kota Semarang merupakan kota ATLAS (Aman,Tentram,Lancar,Asri dan Sehat).

  1. Tujuan

Tujuan yang dimaksud dari struktur masyarakat lingkungan yang berada di rumah saya adalah pola –pola pelaksanaan pengajian yang dilakukan warga Candi Stom, mewakili masyarakat kota semarang yang dimana melakukan pengajian yang bertujuan sebagai ,pertemuan dan komunikasi antar warga,tidak hanya sekadar pengajian saja namun para warga bisa bertemu dalam pertemuan tersebut. hal-hal yang lain adalah mengetahui bagaimana para warga melakukan slametan dalam pengajian kenapa pengajian yang dilakukan ini identik dengan slametan ataupun hajatan.

  1. C. Rumusan Masalah
  2. kenapa kegiatan pengajian/ hajatan dilakukan hanya seminggu sekali saja?
  3. bagaimana pelaksanaan pengajian ,mengapa dilakukan di mushola dan dari rumah ke rumah(bergantian)?
  4. siapa saja peserta jamaah pengajian yang diadakan seminggu sekali?
  1. Pembahasan
  2. Kegiatan pengajian dan hajatan yang sekaligus dilaksanakan setiap seminggu sekali.

Sebagain besar masyarakat Jawa merupakan umat yang memeluk agama Islam, karena banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang dilakukan di Masjid,mushola ataupun langgar. Para warga yang beragama Islam melakukan sholat lima waktu di Masjid, tidak sekedar menyelesaikan kewajiban lima waktu saja namun setelah selesai Sholat ,biasanya mereka melakukan wiridan atau berdzikir selama 10 sampai 15 menit, dan setelah itu dilakukan sholat sunnah. Setiap hari umat islam mengerjakan dengan teratur karena sebagai kewajibannya, namun di struktur masyarakat semarang di Aspol Candi Stom di lingkungan rumah saya ini pengajian dilakukan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari kamis yang dilakukan malam hari ataupun biasa disebut malam jumat. Pengajian biasanya dilakukan saat malam hari setelah sholat magrib, namun ada pula yang melakukanya setelah sholat isya,tetapi yang dilakukan oleh masyarakat Candi yaitu sering melakukan pengajian dan hajatan setelah magrib. Masyarakat candi selalu melakukan kegiatan pengajian setiap hari kamis malam jumat dan itu debarengi dengan hajatan dari tuan rumah yang bersangkutan memiliki hajat tertentu,karena pola pengajian yang dilakukan seminggu sekali dan bergiliran. Pengajian yang dilakukan di dalam mushola sifatnya hanya pengajian biasa yang rutin dilakukan oleh bapak-bapak dan ibu-ibu hanya melakukan kegiatan mengaji ,berdoa untuk dirinya sendiri yang dipimpin oleh pak ustad. Sedangkan pengajian yang dengan selingan hajatan ,merupakan bentuk pengajian yang sama dilakukan oleh masyarakat ,namun pengajian tersebut merupakan giliran atau menunggu giliran dari salah satu warga yang bersedia mengadakan hajatan dalam proses pengajian tersebut, atau lebih bersifat kolektif, biasanya warga mengajukan diri untuk mengadakan hajat dirumahnya setelah akhir pengajian, pada saat itu salah satu warga akan bilang kepada pak ustad untuk malam jumat besok pengajian akan dilaksanakan dirumah ibu Siti, lalu pak ustad yang memimpin pengajian tersebut akan memberikan pengumuman kepada para jamaah. Berbeda dengan pengajian yang dilakukan tanpa hajatan, karena pengajian yang dilakukan saat hajatan lebih terfokus kepada doa yang dipanjatkan kepada orang yang memiliki hajat, dan selain itu hajatan dalam pengajian tersebut tuan rumah juga menyiapkan hidangan yang sudah siap dihidangkan oleh para peserta atau jamaah yang melaksankan kegiatan hajatan tersebut. namun jika ttidak diselingi dengan hajatan pengajian hanya disuguhi dengan air mineral gelas dan hidangan yang tersedia atau apa adanya seikhlasnya dari setiap warga,itupun jarang dan hanya air mineral gelas yang didapat setelah melakukan pengajian.

Pola pengajian dan hajatan ini biasanya dilakukan karena peristiwa khitanan,kelahiran,syukuran,dan pernikahan. Dari hari yang ditentukan untuk pengajian adalah hari kamis malam jumat begitu