Materi SMA Kelas XI BAB I Kesamaan dan Keragaman Bahasa dan Dialek

https://html1-f.scribdassets.com/6xf04luz9c1iscxm/images/11-e78a4eda87.jpg

Budaya lokal sama artinya dengan budaya daerah. Contohnya adalah budaya daerah Jakarta, budaya daerah Makassar, budaya daerah Medan, budaya daerah Samarinda, budaya daerah Bandung, budaya daerah Semarang, budaya daerah Surabaya, dan sebagainya. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah dengan didukung oleh anggota masyarakat yang lebih luas yang terdiridari berbagai suku bangsa (Zulyani Hidayah, 1998). Menurut Koentjaraningrat (1989), suku bangsa adalah merupakan kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Suku bangsa adalah suatu kelompok yang berada dalam suatu kelompok sosial yang lebih besar.

Berdasarkan daerahnya, wilayah Indonesia menurut Koentjaraningrat(1999) terdiri dari beberapa budaya lokal, yaitu :
a.Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang sangat sederhana, dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam kombinasi dengan berburu dan meramu. Penanaman padi tidak dibiasakan, sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti; gelombang pengaruh kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami. Isolasi tersebut akhirnya dibuka oleh zending atau missie
b. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasa bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar dengan suatu bagian atas yang dianggap lebih halus dan beradab didalam masyarakat kota.
c. Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam disawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak sempit. Masyarakat kota yang menjadikan arah orientasinya mewujudkan suatu bekas kerajaan pertanian bercampur dengan peradaban kepegawaian yang di bawa oleh sistem pemerintahan kolonial.
d. Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri yang lemah.
e. Tipe masyarakat metropolitan yang mulai mengembangkan suatu sektor perdagangan dan industri yang agak berarti, tetapi masih didominasi oleh aktivitas kehidupan pemerintahan,dengan suatu sektor kepegawaian yang luas dan dengan kesibukan politik di tingkat daerah maupun nasional.
Pengaruh Budaya Asing
Menurut Dwi Wahyudiarto (2005:37) “ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu di muka bumi, yaitu daerah Sabana Tropikal di Afrika Timur”. Dari daerah ini manusia menyebar ke seluruh muka bumi. Penyebaran manusia terjadi dalam waktu yang sangat lama akibat dari pertumbuhan penduduk, migrasi serta adaptasi fisik dan sosial budaya. Menurut Koentjaraningrat (1999:151-152) “penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusiadi ikuti oleh penyebaran berbagai unsur kebudayaan yang disebut dengan proses difusi”. Atas dasar teori ini, sekarang kita dapat memberi jawaban atas pertanyaan “apa penyebab terdapatnya kesamaan unsur-unsur kebudayaan pada berbagai masyarakat di dunia termasuk masyarakat Indonesia?” Jawabannya adalah persamaan unsur-unsur kebudayaan disebabkan adanya penyebaran kebudayaan dari suatu masyarakat kemasyarakat lainnya, adanya penyebaran kebudayaan dari masyarakat asing ke masyarakat Indonesia, atau sebaliknya.
Hubungan AntarBudaya
Hubungan antarbudaya telah terjadi sejak zaman dahulu kala. Banyak penyebab terjadinya hubungan antar budaya. Ketika kerajaan asli Indonesia mengundang orang-orang pandai dari golongan Brahmana (Pendeta) yang beragama Wisnu dan Brahma untuk memberi konsultasi dan nasehat mengenai struktur upacara-upacara kenegaraan menurut sistem negara-negara di India Selatan, mereka juga dengan sendirinya membawa serta budaya Hindu yang pada masa itu mendominasi kebudayaan umat manusia. Terjadilah hubungan antar budaya asli bangsa Indonesia dengan budaya Hindu. Ikatan kerja sama perdagangan antara pedagang-pedagang Indonesia dengan pedagang asing seperti pedagang Persia dan Gujarat dengan sendirinya menyebabkan terjadinya hubungan antar budaya, yaitu antara budaya bangsa Indonesia dengan budaya yang dibawa oleh para pedagang Persia dan Gujarat, yaitu agama Islam. Beberapa orang Indonesia kemudian naik haji ke Mekah dan sepulang dari sana berusaha menyiarkan dan menerapkan ajaran agama Islam yang lebih murni. Hingga tidak mengherankan apabila masyarakat Indonesia sangat kental dengan budaya Islam. Hubungan antar budaya terus terjadi sampai saat ini. Hubungan itu semakin meluas dan cepat. Hubungan antar budaya semakin meluas karena hubungan itu tidak lagi terjadi pada hanya golongan elit masyarakat, tetapi sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat pada semua aspek kehidupan manusia. Hubungan antar budaya terjadi dengan cepat karena hubungan itu terjadi setiap detik dan waktu akibat dari ditemukannya teknologi, transportasi, dan komunikasi yang menumbuhkan media massa dan media elektronik seperti radio, televisi, VCD, dan sebagainya.
1. Akulturasi
ada lima hal yang harus diperhatikan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses akulturasi, yaitu:
a.Keadaan sebelum proses akulturasi.
b.Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
c.Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima.
d.Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
e.Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing. (Koentjaraningrat, 1999).
Keadaan sebelum proses akulturasi berhubungan dengan budaya asli bangsa Indonesia sebelum dipengaruhi oleh budaya asing.
2. Asimilasi
Pada umumnya proses asimilasi terjadi antara suatu golongan mayoritas dan golongan minoritas. Pada situasi dan kondisi seperti itu, biasanya golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat khas dari kebudayaannya lambat laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan golongan mayoritas. Keberhasilan asimilasi sangat didukung oleh toleransi dan simpati antar kedua golongan.
Kebudayaan Nasional Indonesia
Ada empat ketentuan arah dan tujuan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia.
1.Kebudayaan nasional merupakan perwujudan hasil upaya dan tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya dalam arti luas.
2.Kebudayaan nasional merupakan perpaduan puncak-puncak kebudayaan daerah, sehingga mewujudkan konfigurasi budaya bangsa.
3.Pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju ke arah kemajuan adab yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
4.Tidak menutup kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional, serta mempertinggi kemanusiaan bangsa Indonesia.
Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
Indonesia sebagai sebuah masyarakat majemuk adalah sebuah masyarakat negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat negara tersebut. Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini penekanan keanekaragaman adalah pada suku bangsa dan kebudayaan suku bangsa. Dalam masyarakat Indonesia, setiap masyarakat suku bangsa secara turun temurun mempunyai dan menempati wilayah tempat hidupnya yang diakui sebagai hak ulayatnya yang merupakan tempat sumber-sumberdaya di mana warga masyarakat suku bangsa tersebut memanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Masyarakat majemuk seperti Indonesia, bukan hanya beranekaragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horisontal, tetapi juga secara vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi sosial-politiknya.
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Dalam masyarakat plural ditemukan adanya budaya dominan dan budaya inferior. Hal ini diantaranya disebabkan oleh:
1.Faktor Demografis
Kesenjangan jumlah penduduk yang sangat timpang antara pulau Jawa dan luar Jawa. Luas pulau Jawa hanya seperempat dari luas pulauluar pulau Jawa, tetapi 70% penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Karena itu secara demografis penduduk pulau Jawa lebih dominan jika dibandingkan dengan penduduk di luar pulau Jawa.
2.Faktor Politis
Ketidakseimbangan komposisi suku bangsa yang menjabat dipemerintahan melahirkan dominasi etnik tertentu dalam struktur pemerintahan Indonesia. Keadaan ini tanpa disadari melahirkan berbagai kebijakan dari pemerintah pusat yang cenderung tidak adil, sebab seringkali menguntungkan kelompok/golongan tertentu dan menimbulkan ketidakpuasan pada kelompok / golongan lainnya. Kegagalan mengakomodasi kepentingan politik suku bangsa danter sumbatnya komunikasi politik akan menimbulkan perlawanan yang luar biasa kuatnya dari suku bangsa yang bersangkutan.
3.Budaya Lokal
Pemerintahan RI yang berpusat di pulau Jawa merangsang tumbuhnya kebudayaan lokal menjadi kebudayaan yang dominan. Budaya lokal ini didukung oleh para birokrat pemerintahan yang memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan bernegara Indonesia. Ide dan gagasan mereka mendominasi kehidupan perekonomian,pendidikan, politik, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Hal ini melahirkan ketimpangan antara pulau Jawa dengan luar pulau Jawa dan sangat mengancam integrasi nasional. Acuan utama untuk mewujudkan masyarakat multikultural Indonesia adalah mutikulturalisme. Para pendiri bangsa Indonesia telah menggunakan kulturalisme dalam mendesain kebudayaan nasional.
Relativitas Budaya
Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah terbentuk sejak 1945 tetapi penduduk multi etnis, multi agama, multi bahasa, dan multi rasial cenderung menelusuri identitasnya pada hal-halyang asli seperti dari mana mereka berasal dan dibesarkan. Dalam rangka hidup berkelompok, penduduk akan mencari, membentuk atau memasuki organisasi yang anggota-anggotanya berasal dari agama, bahasa, etnik,dan ras yang dianggap sama. Hal yang demikian itu oleh Geertz dilihat sebagai pengelompokan yang keanggotaannya di dasari ikatan primordial. Dalam konteks lokal ke Indonesiaan, di mana pola peri kehidupan beragama sangat beragam dan plural, relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-perbedaan kebudayaan.Tetapi hal terpenting bahwa dalam keberagaman budaya yang adadi Indonesia ini adalah kita tidak boleh memahami perilaku kelompok lain hanya dengan membandingkan kebiasaan dan perilaku budaya sendiri. Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsur kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang. Fokus sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu lingkungan budaya tertentu, beberapa unsur kebudayaan adalah benar karena unsur-unsur itu sesuai dengan lingkungan tersebut, sedangkan unsur-unsur lain salah karena unsur tersebut mungkin sangat bertentangan dengan bagian-bagian kebudayaan lain. Dengan kata lain, suatu kebudayaan adalah perpaduan dan berbagai unsur dari kebudayaan haruslah benar-benar serasi apabila unsur-unsur itu diharapkan berfungsi secara efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia
Gejala sosial yang tidak terlihat secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari tetapi yang mendasar dan mendalam di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat dilihat melalui suku bangsa. Melalui suku bangsa inilah sebuah prinsip yang dikembangkan anggotanya mempunyai kekuatan sosial yang tidak bisa ditawar ataupun dibendung. Hal ini pula yang sering menimbulkan potensi konflik di daerah. Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaannya. Adapun ciri-ciri suku bangsa adalah:
1.Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya.
2.Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam kebudayaan.
3.Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi.
4.Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang lain.
Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya

Setiap suku bangsa memiliki identitas umum yang paling dasar yang membentuk kesamaan antara orang-orang dalam satu suku bangsa. Identitas umum itu juga membentuk perbedaan dengan orang-orang diluar suku bangsanya. Identitas umum yang paling dasar itu membentukdan terlihat dari budaya suku bangsa yang khas dan unik. Bila setiap suku bangsa di Indonesia memiliki budaya sendiri, kalian dapat bayangkan di Indonesia terdapat banyak sekali budaya, berkisar antara 364 sampai dengan 656 budaya suku bangsa. Kalian akan sampai pada kesimpulan,di Indonesia sudah pasti terdapat keberagaman budaya.

Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga memerlukan identitas kolektif (group identity) sebagai sarana penataan sosial (organizing reference) untuk mempermudah pergaulan lintas kelompok sosial. Berbagai identitas kelompok dikembangkan untuk memperkuat kesadaran kolektif (peoplehood), antara lain kelompok suku bangsa (ethnic group) yang dilandasi oleh keyakinan akan asal-usul nenek moyang bersama, baik yang nyata maupun fiktif, serta kesamaan pengalaman sosial dan kebudayaan yang mengikat kesetiakawanan sosial. Kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau setidak-tidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan.
Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya
Dengan berbagai persoalan keberagaman budaya tersebut memunculkan sebuah pemahaman baru tentang budaya daerah yang mempunyai ciri khas dan karateristik sendiri yang berbeda dengan yang lain sehingga perlu dipertahankan. Yang terjadi kemudian adalah munculnya pandangan etnosentrisme yaitu suatu pandangan yang menyebutkan bahwa kelompoknya adalah pusat segalanya dan semua kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi. Dengan mengatakan bahwa suku bangsa sendirilah yang paling baik merupakan pandangan etnosentrisme. Etnosentris memerupakan pengembangan sifat yang mampu meningkatkan nasionalisme dan patriotisme suatu bangsa tertentu. Tanpa etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk mempertahankan suatu bangsa dan meningkatkan integrasi bangsa akan sangat sulit dicapai. Selain itu dengan etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan yang datang dari luar baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri maupun yang mampu mendukung tujuan masyarakat suku bangsa tersebut. Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsur kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang. Misalnya suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup di kutub yang sangat dingin. Konsep relativisme kebudayaan tidak berarti bahwa semua adat istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak mengetahui bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat lainpola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam kebudayaannya dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam itu kecuali ada penggantinya. Dalam konteks lokal ke-Indonesiaan, di mana polaperi kehidupan beragama sangat beragam dan plural maka relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-perbedaan kebudayaan.
Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial Terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lamadan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan bangsa yang hendak dimajukan itu tidak mungkin dibiarkan terselenggara tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat dengan segala kebutuhan yang timbul dalam proses perkembangan masyarakat bangsa. Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa,agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaan,ataupun kedaerahan. Adanya kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan menjamin kesejahteraan hidup warganya. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan hanya mungkin terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata sosial, terutama pranata hukum yang merupakan mekanisme kontrol secara ketat dan adil dalam mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip demokrasi dalam kehidupan nyata. Masyarakat Indonesia harus memiliki toleransi terhadap perbedaan dalam bentuk apapun. Diskriminasi sosial, politik, budaya, pendidikan dan ekonomi secara bertahap harus dihilangkan untuk menegakkan demokrasi demi kesejajaran dalam kesederajatan kemanusiaan sebagai bangsa Indonesia. pengembangan model pendidikan yang menggunakan wacana multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai pluralitas bangsa. Sikap simpati, toleransi dan empati akan tertanam kuat karena melalui pendidikan multikultural ini masyarakat menyadari adanya perbedaan sekaligus mengantarkan pada penghayatan nilai-nilai kebersamaan sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Pendidikan multikultural mampu mempertahankan simbol-simbol kebudayaan yang ada di tanah air sehingga masa depan bangsa akan berjalan sesuai karakter dan jati diri bangsa. Perlunya pengakuan kebudayan Indonesia yang tinggi dibanding kebudayaan asing lainnya merupakan simbol yang seharusnya dibangun untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa. Seiring dengan perkembangan globalisasi dunia, pendidikan multikultural sangat penting untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal yang tidak kalah menariknya dengan budaya kapitalisme yang ditawarkan di media-media massa.
Posted by sella ewinda p   @   21 Desember 2015

Like this post? Share it!

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

1 Comments

Comments
Jan 22, 2016
8:10 am
#1 mrbayu :

Kok yang materi antro cuma ada 3 ruang lingkup materi. Yang lain tidak ada !!!

Leave a Comment

Name

Email

Website

Previous Post
«
Next Post
»