Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Sitiadi Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen

aab

Oleh: Siti Mukharomah

Masyarakat desa yang terkenal dengan masyarakat yang homogen sebenarnya terdapat pelapisan atau stratifikasi sosial, meskipun pelapisan sosial tersebut berbeda dengan yang terdapat di kota. Pelapisan sosial merupakan salah satu ciri unik struktur sosial masyarakat Indonesia secara vertical (Nasikun, 1988:30). Pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat desa khususnya masyarakat desa di Jawa pada zaman dahulu didasarkan pada kekuasaan tanah atau feodal. Masyarakat jawa dalam hal ini diartikan sebagai kumpulan individu yang mempunyai sistem atau aturan dan tujuan yang ingin dicapai yang dibatasi oleh administrasi yang tinggal di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.

Pada masyarakat desa di Jawa, seseorang yang memiliki lahan atau sawah yang banyak dan luas akan menduduki kelas sosial yang tinggi. Masyarakat akan menunjukan sikap menghormati dan menghargai kepada seseorang yang menduduki lapisan atas, yang dalam hal ini adalah tuan tanah. Kekuasaan feodal tersebut seperti halnya Sultan Hamengkubuwono yang memiliki dan menguasai tanah di Jogja, sehingga dia menduduki lapisan atas selain dari statusnya sebagai seorang raja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin tingginya pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat desa, sistem pelapisan tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan tanah. Seseorang bisa menduduki lapisan atas seperti para tuan tanah karena ukuran pendidikan atau pengetahuan, ukuran kehormatan, dan ukuran kekayaan. Keadaan demikian juga terjadi pada masyarakat di Desa Sitiadi, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen.

            Dari penjelasan tersebut tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui struktur sosial secara vertical (stratifikasi sosial) yang terdapat pada masyarakat Desa Sitiadi, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Hal ini menarik untuk dikaji karena pelapisan sosial pada masyarakat desa Jawa (Sitiadi) yang dulu hanya didasarkan ukuran feodalisme, sekarang sudah berkembang menjadi lebih kompleks dan karena adanya pelapisan sosial tersebut mengakibatkan perbedaan cara bersikap masyarakat terhadap seseorang yang menduduki suatu kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Masyarakat desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan lebih erat dan lebih dalam dengan warga masyarakat dan sistem kehidupan yang berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan yang hidup dalam sector agraris. Sector agraris menunjukan bahwa masyarakat desa di Jawa bermata pencaharian sebagai petani, termasuk pada masyarakat Desa Sitiadi. Stratifikasi sosial adalah penggolongan atau pembedaan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, previlese, dan prestise (Ibrahim, 2003: 105). Lapisan-lapisan hierarki menunjukan kelas-kelas bertingkat yang menyebabkan adanya lapisan bawah dan lapisan atas. Kedudukan atau status sosial seseorang yang tinggi mempengaruhi masyarakat dalam bersikap hormat, menghargai, dan patuh.

Pelapisan sosial yang terdapat pada masyarakat Desa Sitiadi yaitu: Pertama, yaitu golongan priyayi. Priyayi yang dimaksud bukan yang dikatakan oleh Geertz yaitu seorang keturuna raja atau pegawai dari kerajaan. Akan tetapi yang termasuk priyayi di Desa Sitiadi adalah guru, PNS, lurah beserta pamong-pamongnya, Kyai atau pemuka agama (kaum), dan juragan sawah atau juragan tanah. Masyarakat menempatkan guru dan PNS berada di lapisan atas berdasarkan ukuran pengetahuan. Dimana masyarakat menganggap bahwa guru dan PNS adalah orang yang pintar dan memiliki pengetahuan yang tinggi. Guru juga dianggap berjasa dalam mendidik seseorang sampai sukses sehingga orang-orang selalu menghormati dan menjadikan tokoh panutan masyarakat dalam hal pendidikan.

Lurah beserta pamong-pamongnya menduduki lapisan atas berdasarkan ukuran kekuasaan. Masyarakat menghormati, menghargai, dan tunduk kepada lurah karena lurah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam hal memimpin warga desanya. Terlebih jika lurah bersikap ramah terhadap warganya.

Kyai atau pemuka agama di masyarakat desa berada di lapisan atas, karena figurnya yang tidak kalah penting dengan lurah. Bahkan Kyai di masyarakat Desa Sitiadi dianggap sebagai petinggi desa. Pelapisam sosial pada Kyai ini lebih di dasarkan pada ukuran kehormatan. Masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat Desa Sitiadi pada khususnya sangat menyanjung dan menghormati Pak Kyai, karena memiliki peranan penting dalam memberikan arahan dan petunjuk seseorang dalam hal keagamaan ke jalan yang benar. Semua perintah atau ucapan darinya akan dijadikan taati oleh masyarakat Desa Sitiadi. Oleh karena itu Pak Kyai dijadikan contoh dan pedoman oleh masyarakat Desa Sitiadi dalam kehidupan beragama. Contoh lurah dan pak Kyai memiliki memiliki tempat yang spesial oleh warga Desa Sitiadi yaitu saat mengadakan hajatan pak lurah dan Pak Kyai akan diundang dengan makanan yang lebih diistimewakan dari warga lainnya.

Pemilik sawah dan lahan yang luas (juragan sawah atau tuan tanah) menduduki lapisan atas berdasarkan ukuran kekuasaan. Walaupun, sekarang pemilik sawah dan lahan yang luas bukan satu-satunya orang yang menduduki lapisan atas. Hal tersebut terjadi karena sistem feodalisme yang terdapat pada masyarakat Jawa khususnya masyarakat Desa Sitiadi mengalami sedikit pergeseran. Pemilik sawah dan tanah yang luas ini dihormati oleh masyarakat karena mereka banyak menggarapkan sawahnya kepada orang lain, dengan sistem maro.

Lapisan kedua, atau lapisan menengah yaitu penggarap lahan milik orang lain (juragan sawah), penyewa sawah untuk digarap, pedagang kecil,dsb Dalam hal ini orang yang menggarap sawah milik orang lain modalnya bisa berasal dari pemilik sawah ataupun modal sendiri. Hasil panen yang diperoleh dari maro tersebut akan dibagi rata menjadi dua yaitu untuk pemilik sawah dan penggarap. Sedangkan sawah yang disewa biasanya sawah milik desa yang harus dibayar setahun sekali dengan harga yang berbeda-beda tergantung dengan luas sawah yang di sewa.

Lapisan ketiga, atau lapisan paling bawah yaitu buruh tani yang tidak memiliki tanah dan tidak menyewa tanah. Kebanyakan mereka hidup dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Selain itu adanya perasaan “nrimo ing pandum” sehingga rasa berserah diri kepada nasib sangatlah besar pada diri buruh tani. Dalam masyarakat buruh tani ini tidak mendapatkan privilese dari masyarakat, karena status sosialnya yang rendah.

Jika dikaitkan dengan stratifikasi sosial yang berada di kraton (pelapisan antara raja, bangsawan, priyayi, ulama, punggawa, petani, pedagang, buruh) dengan stratifikasi sosial yang ada pada masyarakat Desa Sitiadi (pelapisan antara guru, PNS, lurah, pamong desa, Kyai, Juragan Sawah atau tuan tanah, penggarap sawah, penyewa sawah, pedagang kecil, dan buruh tani) memiliki bentuk yang hampir sama, dimana orang yang berada di kelas paling atas dijadikan pedoman atau panutan hidup oleh anggota masyarakatnya serta adanya rasa menghormati dan menghargai karena berhubungan dengan status dan perannya dalam masyarakat.

SIMPULAN

Stratifikasi atau pelapisan sosial yang ada di Desa Sitiadi Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen terdiri dari tiga sistem lapisan. Lapisan pertama atau lapisan atas yaitu golongan Priyayi yang terdiri dari guru, PNS, Lurah, Kyai, dan tuan tanah/juragan sawah. Lapisan kedua atau lapisan menengah yaitu penggarap sawah dan penyewa sawah, pedagang kecil. Lapisan ketiga atau lapisan bawah terdiri dari buruh tani. Stratifikasi sosial tersebut memiliki bentuk yang hampir sama dengan keraton, dimana orang yang menduduki kelas paling atas dijadikan pedoman atau panutan hidup oleh anggota masyarakatnya serta dihormati dan dihargai. Hal ini tercermin pada piramida stratifikasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Jabal Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Universitas Muhammadiyah Malang

Nasikun.1988. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: CV Rajawali

7 comments to Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Sitiadi Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen

Leave a Reply to heri Cancel reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: