sosio is logic

soiologi ada disekitar kita tanpa kita sadari

GAYA HIDUP REMAJA TENGGER DESA NGADAS

 

 

 

Abstrak

Remaja Suku Tengger di Desa Ngadas merupakan objek kajian observasi yang sangat menarik untuk diteliti,  dimana para remaja di sana hidup dalam lingkungan adat yang mengikat. Di samping itu mereka juga tinggal di desa pariwisata yang membuat mereka harus menerima kebudayaan baru yang datang bersamaan dengan para wisatawan yang mengunjungi desa mereka. Dalam penelitian ini penulis ingin menjelaskan bagaimana dampak budaya baru dan teknologi bagi  para remaja Tengger di Ngadas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengamatan, wawancara, dan dokumentasi suara dan gambar dalam pengambilan datanya. Seperti desa-desa adat lainnya para remaja Tengger juga diikat dengan peraturan yang mengatur pergaulan hidup mereka dengan teman sebayanya. Tingkat pendidikan di desa Ngadas rendah akibat lapangan kerja yang terbuka lebar, sehingga para remaja memilih untuk bekerja dari pada sekolah. Perkembangan pariwisata membuat para remaja di sana dengan cepat menerima budaya baru dari luar serta teknologi akibat globalisasi. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi mereka dapat dengan cepat mengetahui informasi, dan melakukan komunikasi. Mereka juga telah mengenal internet dan bahkan mempunyai akun jejaring sosial. Gaya hidup mereka pun menjadi lebih modern, tetapi tetap menjaga dan ikut serta dalam segala adat istiadat desa mereka.

Kata Kunci :Gaya hidup, Kondisi sosial budaya,Modernisasi,  Remaja, Tengger

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

THE LIFESTYLE OF  TENGGER’S  TEENAGERS NGADAS VILLAGE

Group 12

 

Abstrac

Tengger’s teenagers in Ngadas village is one of the most interested observation object to research, which they lived in custom bounding environment. Besides, they also live in rural tourism that makes them have to accept the new culture that comes along with the tourists who visit their village. In this study the authors would like to explain how the impact of a new culture and technology for Tengger’s youth in Ngadas. This study used a qualitative approach with the method of observation, interviews, and documentation of sound and image in its undertaking. As with other indigenous villages, Tengger’s teenagers also tied with the regulations governing who manage their social life with their peers. The level of education in Ngadas is low because the jobs wide open, so the teenagers chose to work from the school.  Due to tourism make the teens there quickly accept new culture from the outside due to globalization and technology. With the information and communication technology they can quickly find out the information, and communication. They have known the internet and even have a social networking account. Their lifestyle also being modern, but they still keep their culture and participated in all their culture custom.

Key words: Lifestyle, Socio-cultural conditions, Modernization, Teenagers, Tengger

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

 

Menurut Salim (2002:148) modernisasi adalah suatu ‘proses transformasi besar’ masyarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, dimana hal tersebut juga memberi pengaruh terhadap keadaan di seluruh dunia. Begitu pula pada gaya hidup remaja Desa Ngadas Suku Tengger yang lebih tepatnya terletak di kaki Gunung Bromo Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Hal tersebut terlihat pada remaja masyarakat Desa Ngadas dalam aspek nilai dan norma, penggunaan teknologi, gaya berpakaian dan pola kehidupan yang mengalami pergeseran.

Remaja merupakan bagian penting dalam masyarakat. Peran remaja dalam suatu masyarakat dianggap hal yang penting karena remaja merupakan generasi penerus bagi budaya dalam masyarakat. Sehingga apabila kelompok remaja dalam suatu masyarakat sudah berubah kearah yang negatif dan tidak dapat dikendalikan lagi maka suatu masyarakat tersebut telah terancam dalam situasi yang bersiap untuk kehilangan kebudayaannya. Jadi peran serta dan eksistensi remaja dalam masyarakat menentukan bagaimana keadaan masyarakatnya sesuai karakter budaya yang mereka miliki. Kehidupan remaja dalam setiap masyarakat akan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya karena adanya pengaruh oleh budaya yang ada disekitar mereka tinggal baik lingkungan dan adat istiadat yang ada.

Remaja di Desa Ngadas adalah merupakan kajian objek observasi yang sangat menarik, dimana para remaja disana hidup dalam lingkungan adat yang telah terjaga dengan sangat baik sehingga remaja disana memiliki rasa tanggungjawab untuk menjaga budayanya yang sangat kuat tersebut. Disamping itu para remaja di Desa Ngadas tersebut juga hidup dalam lingkungan pariwisata dengan tingkat pariwisata internasional yang kemudian menyebabkan para remaja dihadapkan dengan wisatawan asing maupun lokal yang pastinya berasal dari luar daerahnya, dimana wisatawan pasti membawa budayanya masing – masing yang pastinya berbeda. Dari masalah diatas tergambar bahwa bagaimana keadaan yang sangat kompleks yang dialami oleh para remaja didesa Ngadas Suku Tengger. Maka dapat  dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana kondisi sosial budaya remaja Tengger Desa Ngadas ?
  2. Bagaimana gaya hidup para remaja suku Tengger Desa Ngadas ?

 

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian di Desa Ngadas adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Usman (2004:81) metode penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu. Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan urutan : 1) menyusun instrumen pertanyaan, 2) peneliti terjun langsung dalam masyarakat, 3) wawancara langsung dengan masyarakat dan pengumpulan dokumentasi, 4) mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami, 5) mencatat, 6) menganalisis, 7) menafsirkan dan melaporkan, 8) menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.

Wawancara dilakukan dengan cara berkomunikasi langsung dengan informan. Dalam pelaksaannya, tim peneliti membawa pedoman wawancara yang merupakan garis besar mengenai hal-hal yang akan ditanyakan. Adapun narasumber yang diteliti adalah sejumlah sekitar 4 orang , antara lain: Bapak Slamet (36 Tahun), Meri (17 Tahun), Rumi (34 tahun) ,dan Lila (15 tahun)

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengambil beberapa gambar dan melakukan observasi. Dalam pelaksanaan observasi, yaitu observasi mengenai gaya hidup remaja Ngadas, dilihat dari gaya berpakaian, berinteraksi dengan teman, dan penggunaan teknologi pada remaja. Jenis observasi adalah observasi partisipasif (participant observe) dimana peneliti terjun langsung dengan narasumber, lokasi, aktivitas, dokumentasi, dan gambar-gambar yang terdapat di sekitar desa Ngadas.

Teknis analisis data dalam penetian ini meliputi: (1)Pengumpulan data(2)Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dari narasumber di desa Ngadas. Penyajian data dalam laporan penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif  dan disajikan dalam bab pembahasan. Penarikan kesimpulan dari peneliti ini dilakukan dengan melihat hasil pada bab pembahasan, kumpulan data hasil wawancara, dan hasil diskusi kelompok.

 

 

PEMBAHASAN

Kondisi Sosial Budaya Remaja Masyarakat Tengger

Desa Ngadas terletak di kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Desa ini merupakan salah satu dari puluhan desa tepat tinggal masyarakat Tengger. Desa ini merupakan desa wisata karena terletak di bawak Gunung Bromo salah satu wisata terkenal di Jawa Tengah bahkan Indonesia dan dunia. Tanah vulkanik pegunungan yang subur menyebabkan para penduduk memanfaatkannya sebagai lahan untuk mencari uang dengan berkebun di sekitar desa. Tanaman yang ditanam adalah sayuran seperti kol, bunga kol, bawang, dan jamur. Bukan hanya orangtua yang terlihat di ladang, banyak juga remaja yang ikut serta membantu orangtuanya. Pekerjaan sebagai petani tidak memiliki penghasilan yang cukup banyak sehingga, para remaja dan anak-anak usia sekolah yang seharusnya melanjutkan sekolah harus berhenti dan membantu orangtuanya mencari nafkah. Dengan penduduk sebanyak 682 orang sangat di sayangkan bahwa yang dapat mencapai tingkat sarjana di desa ini baru mencapai 3 orang saja. Tingkat pendidikan di desa ini dapat dilihat dari sedikitnya bangunan sekolah yang berdiri di sana. Sehingga anak-anak yang ingin bersekolah harus berjalan jauh sampai ke desa tetangga, karena di Ngadas hanya memiliki sekolah dasar saja. Hal ini ditegaskan dengan tingkat kelulusan tiap jenjang pendidikan desa Ngadas yaitu sebagai berikut: yang  tamat Sekolah Menegah Atas mencapai 62 orang, yang dapat tamat Sekolah Menengah Pertama mencapai 120 orang dan sisanya hanya mencapai tingkat sekolah dasar saja. Hal ini sangat berbanding terbalik jika kita melihat bagitu banyak  usia sekolah yang ada di  desa Ngadas, dari anak-anak hingga usia remaja. Jika ada remaja yang berasal dari kelurga yang mampu secara ekonomi, maka biasa mereka melanjutkan sekolah di luar desa Ngadas seperti ke Surabaya dan Jember. Tetapi itupun sangat sedikit jumlahnya.

Sebagai pemuda yang memerlukan banyak bekal untuk hidupnya di masa yang akan datang, pemuda Tengger lebih memilih untuk bekerja dibanding dengan menempuh pendidikan. Dari beberapa narasumber mereka mengatakan bahwa mereka hanya ingin sekolah sampai di jenjang SMA, dan sekolah yang mereka pilih adalah sekolah kejuruan, misalnya jurusan perhotelan dengan tujuan agar dapat langsung bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bagi remaja sebagai sarana untuk mencari pekerjaan dengan cepat. Dengan banyaknya lapangan pekerjaan di sana,  menjadi salah satu alasan mengapa mereka tidak ingin lama-lama bersekolah. Tidak perlu lulus sekolah dengan jenjang yang tinggi mereka dapat langsung bekerja. Pekerjaan yang tersedia pun tidak menuntut ijazah, tetapi memerlukan keahlian saja. Hal ini bisa jadi karena remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya, yang menurut Maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan. Remaja membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya.

Wisata di Bromo sangat menguntungkan bagi para penduduk di sana terutama para remaja, dimana mereka dapat mencari pekerjaan tambahan dan juga yang paling penting mereka mendapatkan informasi baru dari luar dan teknologi-teknologi yang belum mereka kenal sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu narasumber kami, yaitu Meri (remaja kelas 2 SMA):

 

“Pariwisata di Bromo itu, menguntungkan kami.Jadi bapak juga punya penghasilan tambahan. Dari turis-turis yang datang saya bisa belajar banyak,terus juga dapat informasi. Saya jadi pengen belajar Bahasa Inggris biar bisa jadi pemandu wisata.”

 

Potensi desa Ngadas sebagai desa wisata juga membuat para penduduknya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membuat lapangan pekerjaan di bidang jasa wisata. Para remaja di sana juga sudah menekuni pekerjaan di bidang jasa wisata, yaitu dengan masuk dalam paguyuban Jeep, dimana Jeep tersebut disewa untuk mengantarkan para wisatawan ke tujuan wisata  Gonung Bromo. Selain itu mereka juga menyewa kuda.

Remaja yang meminjamkan Jeep untuk disewakan oleh para wisatawan dapat memperoleh upah yang besar yaitu sekitar Rp 1.000.000,- per harinya. Masyarakat desa menganggap bahwa nominal tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Dengan pendapat yang tinggi pemuda Tengger mampu membeli barang-barang elektronik yang canggih dan  mahal.

Setelah Ngadas menjadi daerah tujuan wisata, terjadi perubahan mata pencaharian para penduduknya. Di samping itu juga para penduduknya harus menyesuaikan pola pikir mereka dengan pola pikir yang baru, di mana sebelumnya mereka sangat dekat dengan pertanian dengan kekeluargaannya, kerjasamanya, dan gotong royong antar satu dengan lainnya. Mereka harus dihadapkan dengan pola mata pencaharian baru di bidang bisnis dan jasa wisata. Dimana dalam bidang bisnis terkenal dengan persaingan antar para pemilik usaha. Banyak bisnis dan jasa yang berkembang di sana antara lain, usaha home stay, penyewaan kuda di Gunung Bromo, penjual bunga-bunga edelwais jawa untuk souvenir dan penyewaan Jeep. Untuk penyewaan Jeep sendiri, di Ngadas terdapat satu paguyuban yang dibentuk semacam koperasi yang menyewakan Jeep kepada penduduk, kemudian disewakan lagi kepada para wisatawan yang datang dengan biaya satu kali sewa Rp 300.000,-. Dalam kesehariannya para pemuda Tengger bekerja sebagai jasa pariwisata, dimana ada menjadi supir Jeep, penyewa kuda, penjual souvenir di tempat wisata dan lain-lain. Mereka bekerja hanya di waktu pagi mulai dari pukul 03.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB, setelah itu mereka akan pulang dan membantu orang tuanya ke sawah untuk bertani. Walaupun mereka telah bekerja di pagi hari, mereka tidak pernah sungkan atau malas untuk membantu orang tua mereka untuk bertani di sawah. Hal ini dapat dilihat bagaimana pada musim kemarau atau musim menyiram tanaman para pemuda mengambil air dari daerah lain yang jauh dengan menggunakan motor yang dimilikinya untuk menyiram tanaman di sawah agar tidak mati kekeringan. Ada juga di antara mereka yang bekerja menjaga stand tempat pengumpulan hasil pertanian yang ada pada daerah tersebut.

Walupun mempunyai pekerjaan baru masyarakat Tengger tetap mempertahankan pekerjaan pertamannya yaitu bertani. Dalam masyarakat Tengger memang pekerjaan pertama dan utamanya adalah bertani, jauh sebelum daerah tersebut dijadikan sebagai daerah wisata. Dari hal tersebut dapat dilihat bagaimana para orang tua mengajarkan anaknya dalam bertani dengan memberikan peran anak untuk memebantu mengerjakan pekerjaan di sawah. Secara tidak langsung itu adalah  cara pewarisan pekerjaan dari orang tua kepada anaknya.

Walaupun begitu deras arus globalisasi dan modernisasi yang masuk tidak menjadi penggeser kebudayaan atau tradisi adat dari suku bangsa Tengger itu sendiri. Walaupun para pemuda Tengger sibuk dengan aktivitas dan hobinya yang menarik dan asik, meraka tidak melupakan tradisi adat meraka sebagai suku bangsa Tengger. Pemuda Tengger selalu ikut serta dan berperan aktif dalam tradisi adat maupun kebudayaan yang diadakan. Sesibuk apapun pemuda Tengger selalu menyempatkan untuk ikut serta dalam kegiatan tradisi adat maupun keagamaan tersebut. Tidak ada diantara mereka yang tidak ikut dalam kegiatan, mereka masih percaya akan adanya bahaya atau hal buruk yang akan terjadi jika meraka tidak mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam kesehariannya pemuda Tengger  selalu menggunakan bahasa jawa kuno yang biasa mereka sebut bahasa jawa Tengger. Terlepas dari hal tersebut sebagai masyarakat jawa yang selalu menjunjung tinggi Ungah-ungguh, pemuda Tengger juga menerapkap hal tersebut. Pemuda Tengger akan sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Seperti dalam berbahasa mereka akan menggunakan bahasa jawa Krama Inggil. Jika lewat di depan yang lebih tua membungkukkan diri atau bahkan menunda sampai orang tersebut pergi dan masih banyak lainnya. Pemuda Tengger juga akan nurut dengan apa yang diperintahkan orang yang lebih tua dari mereka dan lebih mengutamakannya.

 

Gaya Hidup Remaja Masyarakat Suku Tengger Desa Ngadas

Remaja Tengger merupakan remaja desa yang dalam pergaulannya masih terikat dengan adat istiadat. Akan tetapi, desa Ngadas merupakan desa wisata sehingga banyak wisatawan yang  datang berkunjung. Wisatawan yang datang juga membawa pemahaman-pemahaman baru yang kemudian mengubah pemahaman mereka dalam hal tata pergaulan dan bagaimana mereka mengikuti hal tersebut agar dapat dikatakan lebih modern.

Gaya hidup merupakan ciri sebuah masyarakat modern, atau dapat juga disebut modernitas. Sehingga siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri maupun orang lain (Chaney 1996:40). Remaja Tengger juga memiliki gaya hidup sendiri, dimana mereka bersikap sehari-hari kepada orang tua, teman-teman, dan para wisatawan yang datang. Bagaimana mereka berpakaian dan bagaimana mereka menanggapi teknologi yang masuk dalam kehidupan mereka. Hal tersebut karena mereka sudah berkenalan dengan modernitas yang masuk bersama dengan globalisasi yang membawa teknologi ke dalam kehidupan mereka. Sehingga gaya hidup mereka sudah merupakan salah satu ciri masyarakat modern. Menurut pemikiran Kephart (dalam Chaney, 1996 : 93) menyebutkan bahwa gaya hidup suatu masyarakat tergantung pada bentuk-bentuk kultural masing-masing yang berupa berupa gaya , dan tata krama. Karena pada dasarnya budaya merupakan keseluruhan gaya hidup suatu masyarakat, kebiasaan, adat istiadat, sikap, dan nilai-nilai yang menyatukan mereka dalam suatu masyarakat.

Remaja yang tampil dalam pembahasan ini, sebagai individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebagaimana kebutuhan-kebutuhan remaja yang dijelaskan oleh Garrison (dalam wordtasyrief : 2011) yaitu: 1)Kebutuhan akan kasih sayang. 2)Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, merupakan hal yang sangat penting; ”melepaskan diri” dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan dengan lawan jenis. 3)Kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Remaja dituntut untuk membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan. 4)Kebutuhan untuk berprestasi, menjadi sangat penting dan mengarah pada kematangan. 5)Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, bergantung hubungan dan penerimaan teman sebaya. 6)Kebutuhan untuk dihargai. 7)Kebutuhan memperoleh falsafah hidup. Misalnya untuk mendapatkan suatu ketetapan dan kepastian, remaja memerlukan beberapa petunjuk yang akan menjadi dasar dan ukuran dalam membuat keputusan-keputusan. Falsafah hiduplah yang berperan untuk itu.

Akan tetapi gaya hidup yang mereka pakai tidak meninggalkan kearifan lokal budaya mereka sehingga gaya berpakaian mereka terkesan sederhana dan apa adanya. Mereka juga jarang memakai pakaian adat mereka jika melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Seperti remaja pada umumnya mereka memakai kaos dan celana jeans untuk pakaian sehari-hari. Bahkan beberapa remaja putri terlihat sudah meluruskan rambut mereka agar terlihat lebih menarik. Selain itu juga memakai celana yang terlalau pendek seperti tren untuk perempuan sekarang masih menjadi hal yang aneh di sana, sehingga untuk tren-tren yang seperti itu masih di anggap terlalau mencolok sehingga tidak begitu diminati.

Di samping itu sebagai mahluk sosial, remaja juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial antara lain yaitu kebutuhan untuk hidup berkelompok. Para remaja di Ngadas juga diikat dengan aturan yang mengatur bagaimana mereka bergaul dengan teman sebaya mereka, kontrol sosial tersebut berasal dari adat, dan orang tua. Akan tetapi, mereka tetap diberikan kebebasan untuk bergaulan dengan teman sebayanya. Kebanyakan para remaja putra dan putri di desa Ngadas tidak terbiasa untuk berkumpul bersama. Remaja putra yang ikut dalam komunitas motor King dan Vixion lebih sering berkumpul di sebuah warung kopi bersama-sama setiap hari pada pukul 18.00 WIB, sedangkan para remaja putri lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya di rumah mereka masing-masing. Tetapi hal tersebut bukan karena ada aturan adat yang mengikat bahwa anak laki-laki tidak boleh bertemu dengan anak perempuan, akan tetapi mereka mempunyai kesibukan masing-masing yang harus diselesaikan.

Akan tetapi, beberapa dari mereka yang tidak lagi melanjutkan pendidikan di Ngadas memilih untuk menyewakan Jeep dari pada menggarap ladang bersama orangtuannya. Hal ini menyebabkan semakin sedikit para remaja yang berminat untuk menjadi petani dan terkesan lebih menyukai sektor usaha. Dikhawatirkan lama kelamaaan tidak ada lagi yang menggarap ladang di Ngadas dan mendatangkan orang luar untuk menjadi petani di sana. Selain itu, untuk lebih mempermudah mobilitas para penduduk untuk pergi ke ladang atau kemana saja, mereka saat ini memilih untuk memakai sepeda motor dari pada berjalan kaki karena medan yang terjal, walaupun bukan berarti tidak ada yang tidak berjalan kaki lagi. Hal ini mengakibatkan para pemuda di sana ramai-ramai membeli sepeda motor. Oleh karena banyak pemuda yang menggunakan sepeda motor, maka mereka membentuk sebuah komunitas motor, dimana di dalamnya berkumpul semua pemuda yang memiliki motor dengan merk King dan Vixion. Akan tetapi, dulu sebelum komunitas motor itu ada, di Ngadas terdapat sebuah karang taruna  untuk para remaja. Akan tetapi, karena kegiatan dengan waktu yang tidak pasti sehingga kegiatannya tidak berjalan dengan baik dan akhirnya tidak berjalan sama sekali dan dibubarkan. Dan setelah itu para remaja lebih sibuk di ladang atau di komunitas baru mereka. Akibatnya fungsi sepeda motor menjadi bergeser sehingga menjadi barang untuk menunjukan harga diri mereka. Para anggota komunitas ini biasanya berkumpul di sebuah warung kopi yang terletak di pertigaan jalan setiap hari pada pukul 18:00 WIB. Seperti yang dikemukakan oleh Pak Slamet, salah satu warga Ngadas sebagai berikut :

 

“Anak-anak laki-laki di sini biasanya kumpul tiap sore jam 6, di warung kopi di pertigaan depan.Itu biasanya yang ikut komunitas motor. Kalau yang perempuan kebanyakan dalam rumah kalau tidak ya, di ladang”

 

Produk dari modernisasi yang masuk mulai dari televisi, handphone (HP), Personal Computer (PC), sampai motor dan mobil telah masuk dengan cepat dalam masyarakat Tengger. Televisi bukan lagi menjadi hal asing bagi masyarakat Tengger. Hampir disetiap rumah terdapat televisi, selain sebagai media informasi televisi juga sebagai sarana hiburan yang asik, bagi masyarakat Tengger.

Selain televisi terdapat pula produk modernisasi lain yang menjadi barang wajib bagi pemuda Tengger yaitu HP. Hampir semua pemuda Tengger terutama yang tinggal di desa Ngadas sudah memiliki HP. Mereka mulai memiliki HP sejak masuk dan duduk di bangku SMP. Bagi mereka HP adalah barang yang wajib dimiliki oleh setiap orang yang merupakan alat komunikasi satu sama lain. HP yang dimiliki juga sudah bervariasi dari yang biasa sampai yang paling canggih, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu buah. Dari HP atau PC yang dimilikinya, pemuda Tengger dapat memperoleh informasi yang cepat dan up to date. Biasanya mereka mencari informasi mengenai harga pakaian, barang-barang elektronik dan lainnya dari HP yang ada layanan internetnya selain dari PC. Mereka juga sudah memiliki akun-akun internet seperti facebook, twitter, bbm, e-mail dan lain-lain. Dari akun dan layanan internet tersebut pemuda Tengger mengetahui dunia luar, mereka mengenal artis-artis luar negeri, film dan musik dari mancanegara, pekembangan atau hal-hal yang sedang booming serta berita terbaru. Dengan mengenal berbagai publik figur, melalui media elektronik pemuda Tengger mulai mengikuti gaya publik figur yang mereka sukai. Mulai dari model potong rambut, warna rambut, cara berpakain sampai  cara berperilaku juga mereka ikuti. Namun masih dalam batas dan tidak samapai melanggar adat yang berlaku pada suku Tengger.

Untuk teknologi, walaupun mereka telah mengenal televisi, HP, dan bahkan internet serta jejaring sosial akan tetapi akses terhadap hal-hal tersebut masih sangat kurang. Hal ini disebabkan karena akses sarana ke desa tersebut yang terbilang agak sulit. Teknologi yang masuk ke desa Ngadas tentu saja membawa dampak bagi gaya hidup serta perilaku remaja di desa tersebut. Perbedaan gaya hidup dan perilaku para remaja setelah dan sesudah teknologi yang masuk ke desa Ngadas. Para remaja Ngadas sekarang terlebih yang putra lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan duduk nongkrong dan menikmati kopi dari pada pergi ke ladang untuk ngobrol dan membahas tentang otomotif. Akan tetapi teknologi juga memberikan mereka informasi dan wawasan yang lebih luas. Sehingga mereka mengerti bagaimana pentingnya teknologi bagi hidup mereka. Para remaja di Ngadas umumnya sudah menggunakan HP mereka sendiri. Hal ini awalnya karena mereka membutuhkan untuk berkomunikasi akan tetapi sekarang ini akibat media televisi yang selalu memberikan iklan mengenai teknologi gadget yang baru setiap harinya dengan fitur-fitur yang luar biasa, membuat mereka selalu berkeinginan untuk memiliki hal tersebut walaupun sebenarnya untuk ukuran remaja sebuah desa kecil mereka belum terlalu memerlukan. Sesungguhnya bukan hanya remaja Tengger desa Ngadas akan tetapi, para remaja umumnya memaksa untuk memiliki teknologi tersebut seperti halnya smartphone bukan dengan tujuan untuk menggunakan untuk kepentingan mereka akan tetapi hanya untuk kebanggaan diri mereka yang akan merasa keren jika sudah memegang benda tersebut di tangan mereka. Karena setelah ditinjau ternyata memakai smartphone untuk para remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri merupakan suatu pemborosan, karena aplikasi yang diaktifkan dalam layanan android juga memakai biaya yang tidak murah juga.

Media juga membawa peranan penting untuk hal ini, karena lewat media hal-hal baru diperkenalkan ke ruang publik. Beberapa remaja Tengger sudah memiliki keinginan untuk memiliki gadget seperti android yang sesuai dengan tren yang sedang berlangsung. Hal ini dikemukakan oleh Meri (17) :

 

“Kalau gadget seperti android saya tidak mengerti ya .Tapi sebenarnya saya pingin, ya karena berhubung belum ada, tapi kalau ada sih, selagi positif ya, saya mau.”

 

Di era postmodern sekarang ini, tingkat konsumen semakin meningkat, banyak orang melakukan aktivitasnya atau pekerjaannya bukan lagi semata-semata sebagai kebutuhan, melainkan sebagai gaya hidup. Orang-orang dari yang tua hingga yang masih remaja, laki-laki maupun perempuan membeli suatu barang tanpa melihat fungsi dari benda tersebut. Apalagi dengan peran media yang semakin gencar akhir-akhir ini. Para remaja juga berubah gaya hidupnya menjadi lebih konsumtif, apalagi dengan tren gadget sekarang ini yang selalu berubah-ubah. Jiwa remaja yang selalu ingin diperhatikan dan selalu ingin bersaing mengakibatkan mereka akan selalu mengikuti tren yang sedang berlangsung,  walaupun sebenarnya mereka tidak begitu memperhatikan kegunaan dari benda yang akan mereka konsumsi tersebut.

Hal demikian sudah dapat dilihat pada beberapa remaja desa Ngadas. Hal itu terlihat dengan komunitas motor yang mereka bangun di sana. Hal tersebut merupakan gaya hidup baru para remaja putra Ngadas yang sebelumnya belum pernah ada. Sebelumnya memang motor digunakan sebagai alat transportasi yang cukup efisien mengingat medan Ngadas yang cukup terjal dari satu tempat ke tempat lain. Sebelumnya masyarakat Ngadas hanya menggunakan kuda dan sepeda bahkan jalan kaki. Setelah sepeda motor sudah mulai masuk di desa Ngadas, para penduduknya ramai-ramai membeli motor untuk kebutuhan masing-masing. Para remaja pun tidak ingin ketinggalan mereka membeli  motor sesuai dengan kebutuhan mereka. Beberapa dari mereka yang sudah memiliki motor membentuk komunitas motor. Remaja lain yang sebenarnya tidak begitu membutuhkan motor King atau Vixion tertarik membeli agar dapat masuk ke dalam komunitas tersebut dan tetap eksis. Pada awalnya mereka membentuk komunitas tersebut merupakan sebuah gaya hidup baru, yang biasanya hanya ada di daerah perkotaan yang pertukaran informasi sangat lancar sehingga mengakibatkan tingkat konsumerisme yang tinggi.

Untuk ukuran desa sekecil Ngadas gaya hidup baru sudah mulai muncul perlahan dan masuk dalam kehidupan remaja sekarang yang juga  mengubah pola pikir mereka. Para penduduk masih menjaga dan menjunjung tinggi adat istiadat. Walaupun para remaja sudah mempunyai pemikiran yang modern akibat modernisasi yang disebabkan oleh globalisasi akan tetapi, perilaku mereka masih dapat terkontrol dan teratur dalam pergaulannya. Para remaja putra dan putri jarang terlihat bergaul bersama bukan berarti di Ngadas pacaran dilarang. Hal ini di ungkapkan oleh Slamet (36) :

 

“Di sini pacaran gak dilarang.Tapi kalau pacaran itu keluarga tahu semua. Jadi tidak sembunyi-sembunyi. Karena kalau pacaran itu diperkenalkan ke keluarga.”

 

 

Hal serupa juga di kemukakan oleh Meri (17) :

“Kalau pacaran sih gak dilarang mbak. Orangtua juga tahu kok. Kalau saya, selama pacaran membawa pengaruh positif sih, saya sih oke aja ya.”

 

Dalam hal pacaran pemuda Tengger melakukannya secara terang-terangan, namun hal ini tidak untuk semua usia. Pacaran secara terang-terangan dilakukan setelah pemuda Tengger sudah masuk di bangku SMA atau sederajat. Bagi mereka yang belum duduk di bangku SMA masih tersembunyi dan tertutup. Hal ini disebabkan karena mereka yang sudah duduk di bangku SMA sudah cukup umur dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan diizinkannya berpacaran mereka dapat berpacaran secara terang-terangan, sehingga orangtua mereka dapat mengontrol dan mengawasinya. Hal yang paling penting dirasa mereka sudah besar dan saatnya untuk mencari pasangan hidup, namun bagi mereka yang masih dibawahnya dianggap masih kecil belum waktunya pacaran juga belum mengerti apa itu pacaran, sehingga pacaran masih dianggap sebagai main-main saja.

Dalam berpacaran menjadi hal yang biasa jika laki-laki datang berkunjung ke rumah perempuan dan begitupun sebaliknya jika perempuan datang berkunjung ke rumah laki-laki. Dengan terbuka di hadapan orang tua dan masyarakat mereka menunjukkan adanya hubungan di antara mereka. Mayarakat dan orangtua pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena sangat tidak mungkin jika mereka melakukan hal yang dilarang dihadapan mereka dan jikalau ada sesuatu yang tidak diinginkan sudah jelas pelakunya.

Jika terjadi hal yang tidak diinginkan dalam berpacaran, seperti halnya hamil diluar nikah dalah hal yang tabu yang harus disembunyikan dan ditutup rapat-rapat. Bagi si pelaku, mereka akan segera dinikahkan sebelum banyak orang yang mengetahui. Dan mereka percaya tidak akan terjadi hal buruk yang menimpa karena hal itu akan dibersikan pada upacara Wolu yang merupakan upacara untuk membersihkan desa dari hal-hal buruk.

Para remaja di desa Ngadas juga sama seperti remaja umumnya, dapat dikatakan bahwa remaja Tengger di desa Ngadas telah hidup dengan gaya hidup baru yang berteknologi dengan tetap memegang budaya sebagai pegangan agar tidak terseret dalam arus negatif globalisasi.

 

 

SIMPULAN

Ngadas merupakan salah satu desa wisata yang ada di Indonesia., yang terletak di bawah gunung Bromo. Para penduduknya bekerja sebagai petani. Setelah Bromo menjadi tempat wisata, sebagian panduduknya pun beralih menjadi penyedia jasa wisata.Tingkat pendidikan di desa Ngadas masih rendah. Hal tersebut bukan disebabkan oleh faktor ekonomi, melainkan karena terbukanya kesempatan kerja yang luas. Rata-rata masyarakat Ngadas lebih memilih sekolah kejuruan agar dapat langsung bekerja.

Gaya hidup remaja Ngadas sudah terpengaruh dengan modernisasi yang masuk ke desa mereka yang disebabkan karena berkembangnya pariwisata. Hal ini menyebabkan remaja Ngadas tidak dapat menghindar dari pekembangan teknologi yang mulai berkembang di desa mereka. Para remaja juga sudah mengenal teknologi dan menyadari pentingnya teknologi bagi kehidupan mereka. Mereka sudah mengenal jejaring sosial dan sudah memiliki akun jejaring sosial.

Di dalam pergaulannya, remaja Ngadas masih diikat dengan aturan-aturan adat yang  ada. Namun di desa Ngadas pacaran tidak dilarang, karena sebagian dari muda mudi yang menjalin hubungan telah diketahui oleh orangtuanya.

Terdapat sebuah komunitas untuk para remaja putra, yaitu komunitas motor Vixion dan King. Komunitas ini terbentuk karena sebagian dari remaja putar di Ngadas telah memiliki motor untuk sarana transportasi di desanya.

Beberap kebutuhan remaja menurut Garisson, dapat tercermin secara langsung dalam gaya hidup yang jalani oleh remaja Ngadas yaitu sebagai berikut : Kebutuhan akan keikutsertaan dalam kelompok, kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia masih muda, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain dan kebutuhan untuk memperoleh falsafah hidup.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. 2005. Culture Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Chaney, David. 1996. Lifestyle: Sebuah Pengantar Konprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Lash, Scott. 2004. Sosiologi Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius.

Mizan. 1997. Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.

Mudjiran, dkk.2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press

Wordtasyrief. 2011. Peer Group dan Kebutuhan Remaja. Jakarta: Blog.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 Kelompok 12

 

Ketua                     :             Maria Ansela Sudi                            (3401413095)

Anggota                 :         

  1. Mur Ifatul Miskiah                           (3401413093)
  2. Sella Ewinda Putri                            (3401413125)
  3. Sekar Arum Ngarasati (3401413026)
  4. Putri Novitasari             (3401413011)
  5. Zakaria Ahmad             (3401413081)
  6. Muhammad Zuhad Rifqi             (3401413047)
  7. Levina Thirza Astria             (3401413052)
  8. Anjar Mugiantoro                         (3401413040)
  9. Farika Tri Ariyanti             (3401413044)

 

 

Dosen Pembimbing :           Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A

 

 

 

posted by zakaria ahmad in sosiologi and have Comments (3)

3 Responses to “GAYA HIDUP REMAJA TENGGER DESA NGADAS”

  1. Tulisannya bisa lebih dirapikan, agar estetika penulisan dirasakan hidmat oleh pembaca. Sebaiknya anda harus belajar banyak dari saya. Hahaha…

  2. Ahmad Muthohar di follow tho…. Brooo :supermaho :hoax :2thumbup

  3. Tri Yuliana says:

    lagi2 jarak antar paragrafny kaka
    tp artikelnya bagus, buat nostalgia kita pas disana

Place your comment

Please fill your data and comment below.
Name
Email
Website
Your comment

Skip to toolbar