28
Oct 18

Qualcomm Sebut Apple Utang Rp106 Triliun

Qualcomm Sebut Apple Utang Rp106 Triliun

Perusahaan pemasok chip internasional Qualcomm Inc mengatakan dalam pengadilan di San Diego bahwa Apple Inc tidak melakukan pembayaran royalti paten senilai US$ 7 miliar (Rp106 triliun). Qualcomm merupakan penyedia chip untuk Apple selama bertahun-tahun.

Dilansir dari Reuters, Apple dan Qualcomm saat ini sedang terlibat serangkaian aktivitas hukum. Apple telah menuduh Qualcomm melakukan praktek lisensi paten secara tidak adil. Sebaliknya, Qualcomm menuduh Apple atas pelanggaran hukum paten.

Lihat juga: Grab Siapkan Kamera dan Tombol Darurat Untuk Pengemudi

Dalam pengadilan Qualcomm mengemukakan besar royalti yang belum dibayar. Apple keberatan dengan besar utang royalti kepada Qualcomm.

Apple memperdebatkan bahwa Qualcomm memaksa mereka membayar dua kali untuk paten yang sama. Sekali dibayar saat Apple menggunakan chip Qualcomm pada iPhone dan sekali lagi atas royalti paten.

Qualcomm merespons dengan mengatakan praktek itu legal. Malah kini Apple dituding sedang mencari cara untuk menghancurkan bisnis Qualcomm.

Selain soal pembayaran paten, perseturuan Qualcomm dan Apple juga terjadi karena Qualcomm menuduh Apple membocorkan rahasia perusahaan untuk membantu Intel Corp meningkatkan kualitas chip-nya.

Lihat juga: Jack Ma Mengakui Pernah Membenci Bill Gates

Dari sisi Qualcomm, manajemen mengungkapkan Apple membocorkan rahasia detil chip Qualcomm dengan salah satu insinyur Intel. Tuduhan ini juga sudah masuk dalam arsip hukum sejak beberapa bulan lalu.

Sementara itu, Apple menyebut Qualcomm menolak menjawab pertanyaan yang diajukan manajemen saat meminta penjelasan tentang spesifik rahasia perusahaan yang dibocorkan.

Intel, yang tidak disebutkan sebagai tergugat dalam gugatan Qualcomm, tidak berkomentar.

Qualcomm mengatakan kepada para investor pada Juli bahwa chip modemnya benar-benar dihapus dari generasi terbaru iPhone yang dirilis bulan ini, meninggalkan Intel sebagai pemasok tunggal.

Dahulu, ketika Apple menggunakan modem Qualcomm, perusahaan menyediakan akses ke perangkat lunak rahasia untuk membantu Apple mengintegrasikan modem ke iPhone.

Lihat juga: Sejarah Android

“Faktanya, ini tampaknya meningkatkan cipset Intel ke titik di mana Apple memutuskan untuk mengalihkan beberapa bisnis berbasis Apple Qualcomm ke Intel,” tulis Qualcomm dalam arsipnya.


27
Oct 18

Grab Siapkan Kamera dan Tombol Darurat Untuk Pengemudi

Grab Siapkan Kamera dan Tombol Darurat Untuk Pengemudi

Grab akan menyediakan kamera keamanan di dalam mobil dan tombol darurat untuk mitra pengemudi.

Kepala Hubungan Masyarakat Grab Indonesia, Tri Sukma Anreianno, mengatakan bahwa fitur kamera keamanan sedang diuji coba bagi 1.000 mitra pengemudi di Medan, Palembang, dan Jakarta.

“Kami melihat kualitas video, kualitas suara, rekaman, manajemen data, streaming data. Kalau sudah bagus, kami bisa roll out awal tahun depan secara nasional,” ujar Tri di Jakarta, Kamis (25/10).

Lihat juga: Grab Tunjuk Mantan Bos Amazon

Tri mengatakan kamera keamanan ini berfungsi untuk merekam segala kejadian yang berada di dalam mobil. Rekaman video akan dijadikan barang bukti untuk mengantisipasi tuduhan-tuduhan tindakan yang dilakukan penumpang atau pengemudi.

Baru-baru ini, seorang penumpang Grab melalui media sosial mengklaim pengemudi melakukan tindakan senonoh. Namun, barang buktinya tidak jelas karena penumpang tersebut juga enggan bertemu dengan Grab ketika diajak melakukan mediasi.

Dengan kamera ini, Grab berharap tak ada lagi saling klaim dengan bukti yang tidak jelas.

“Kalau terjadi dispute tidak lagi terjadi saling klaim. Jadi jelas masalahnya apa. Misalnya ada tuduhan tidak sopan, jangan-jangan malah penumpangnya. Segala sesuatu harus jelas, tidak ada dispute lama-lama,” kata Tri.

Lebih lanjut, Tri juga mengatakan mitra pengemudi juga akan diberikan fitur tombol darurat.

Lihat juga: Jack Ma Mengakui Pernah Membenci Bill Gates

Sama seperti tombol darurat untuk konsumen, mitra pengemudi bisa mendaftarkan maksimal tiga kontak orang terdekat. Tri mengatakan ada call center Grab yang bersiaga 24 jam untuk mengantisipasi tindakan yang tidak diinginkan.

“Kamera keamanan dan tombol, ada call center yang memantau 24 jam. Ketika mitra menekan tombol darurat, nanti bisa langsung dihubungi ke tim keamanan terdekat. Call center bisa pantau kondisi di dalam mobil seperti apa kejahatan dan bahayanya seperti apa,” ujar Tri.

Tri menargetkan tombol darurat untuk mitra bisa terealisasi pada kuartal keempat 2018 ini.

Dalam kesempatan yang sama, mitra pengemudi Grab, Dian, mengatakan fitur ini sangat berguna bagi pengemudi, terutama perempuan, karena ia sering harus menerima pesanan di tengah malam.

“Jadi dari saya juga kalau mau ngalong tidak apa-apa. Saya jadi tidak takut apalagi saya perempuan. Saya pernah jam 11 malam ke Merak tarifnya 750 ribu. Tidak mungkin saya lewatkan,” kata Dian.

Lihat juga: e-Commerce Tranpostasi Online Diduga Tak Hapus Jejak Data

Ia mengapresiasi program dari Grab ini karena bisa menjamin keselamatannya. Dian mengaku merasa lebih aman dengan tombol darurat dan kamera keamanan ini.

“Saya tenang, paling tidak ada yang kontrol 24 jam. Paling tidak ya kalau ada sesuatu, bisa terungkap barang buktinya. Kami tidak merasa sendirian,” tutur Dian.


26
Oct 18

Jack Ma Mengakui Pernah Membenci Bill Gates

Jack Ma Mengakui Pernah Membenci Bill Gates

Pendiri Alibaba Jack Ma mengakui dirinya sempat membenci sosok pendiri Microsoft Bill Gates. Ma mengatakan saat ia muda, ia membenci Gates lantaran dianggap melakukan monopoli.

Pemilik nama asli Ma Yun ini mengatakan Gates sempat menjadi sumber frustasi baginya ketika di awal merintis Alibaba Group di tahun 1999. Situasi saat itu cukup sulit bagi perusahaan rintisan (startup) yang baru berkembang seperti Alibaba.

Lihat juga: e-Commerce Transportasi Online Diduga Tak Hapus Jejak Data

“Ketika saya masih muda, saya membenci Bill Gates karena saya pikir Microsoft mengambil semua peluang. IBM dan Oracle juga mengambil semua peluang,” kata Ma.

Sumber frustasi Ma bukan tanpa alasan, tarif akses teknologi yang dikenakan oleh perusahaan sekelas Microsoft terasa terlalu tinggi bagi pebisnis yang baru memulai usaha. Alibaba tak ubahnya perusahaan kecil kala itu.

Kendati demikian, Ma kemudian sadar bawa itu bukanlah salah Gates atau raksasa teknologi lainnya. Rasa frustasinya hanya alasan umum yang dibuat-buat untuk mencari pelampiasan yang justru berpotensi menjatuhkan banyak calon pengusaha.

Lihat juga: Energi Listrik, Simpan Saja di Bodi

“Kebanyakan orang terus mengeluh. Tetapi jika Anda bisa menyelesaikan keluhan, jika Anda memecahkan masalah, maka itu adalah kesempatan,” tuturnya.

Alih-alih mengeluh dan menyalahkan orang lain, pria berusia 54 tahun itu mengakui bahwa ada solusi untuk akses teknologi yang terasa terlalu mahal. Startup bisa memulai dengan teknologi sederhana dan lebih murah. Teknologi ini pula yang dirasa terjangkau bagi Alibaba dan jutaan bisnis rintisan lainnya saat itu.

“Biaya teknologi informasi ini terlalu mahal bagi kami, jadi kami harus berinovasi. Kami harus merancang teknologi yang cukup sederhana,” ujar Ma mengutip CNBC.

Ia mengakui jika di satu titik, inovasi ini harus dipaksakan. Ia mengatakan banyak inovasi yang muncul bukan karena ingin dilakukan, namun karena adanya keterpaksaan.

Lihat juga: 5 Jenis Fobia Aneh Manusia Dengan Teknologi

Sejak menyadari fakta tersebut, Ma justru memiliki hubungan sebaliknya – menjadi dekat dengan Gates. Ia juga tak segan mengakui jika keberadaan Bill dan Melinda Gates Foundation merupakan inspirasi baginya untuk mendirikan badan amal.


25
Oct 18

e-Commerce Transportasi Online Diduga Tak Hapus Jejak Data

e-Commerce Transportasi Online Diduga Tak Hapus Jejak Data

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) menilai sebagian besar perusahaan e-Commerce dan aplikasi transportasi daring tak memiliki mekanisme penghapusan data pribadi pengguna.

Deputi Direktur Riset Elsam Wahyudi Djafar mengatakan pihaknya menilai sebagian besar e-Commerce maupun perusahaan transportasi berbasis aplikasi masih tak melindungi data pribadi pengguna. Salah satunya, kata dia, adalah tak ada mekanisme khusus untuk penghapusan data pribadi para pengguna.

Lihat juga: Energi Listrik, Simpan Saja di Bodi

Riset Elsam pada 2016 misalnya menyebutkan dugaan pelanggaran privasi antar-perorangan meningkat karena penggunaan layanan transportasi berbasis daring. Data yang dimasukkan, contohnya adalah nomor telepon.

“Kita tak pernah tahu seberapa lama data itu digunakan, karena belum ada penghapusan data,” kata Wahyudi dalam diskusi mengenai perlindungan privasi di Jakarta, Kamis (25/10).

Dia menuturkan salah satu kasus yang terjadi akibat ketiadaan penghapusan data adalah dugaan teror terhadap konsumen karena data yang masih tersimpan. Elsam juga menemukan kasus saat pengendara perusahaan transportasi berbasis daring yang mengirimkan pesan kepada perempuan untuk motif pribadi.

Lihat juga: Grab Tunjuk Mantan Bos Amazon

Penggunaan Data

Wahyudi menilai e-Commerce pun sebagaian besar tak memiliki mekanisme penghapusan data pribadi para pengguna. Perusahaan, kata dia, mengumpulkan data namun tak pernah memberitahukan sampai kapan data itu akan digunakan.

Di sisi lain, katanya, pemerintah tak memiliki regulasi untuk mengatur secara rinci perlindungan privasi.

“Selama ini, peraturan hanya mewajibkan perusahaan untuk melakukan perlindungan secara internal perusahaan, tanpa ada yang menjamin perusahaan telah melaksanakan,” katanya.

Elsam menilai dengan ketiadaan mekanisme itu, penumpang merasa kehilangan privasinya dengan belum adanya prosedur khusus perusahaan untuk melindungi data pribadinya.

Lihat juga: Tiga Teknologi Dalam Dunia Pekerja

Oleh karena itu, dia menuturkan, pihaknya mendorong agar RUU Perlindungan Data Pribadi segera dibahas dan disahkan. Selama ini, aturan mengenai privasi lebih banyak diatur melalui Peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.

Pada Juli lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan hingga saat ini RUU Data Pribadi belum menjadi bagian Program Legislasi Nasional 2018. Namun, katanya, masih ada kemungkinan RUU itu bisa masuk jika salah satu dari lima prioritas legislasi yang ditentukan rampung sebelum 2018 berakhir.


24
Oct 18

Energi Listrik, Simpan Saja di Bodi

Energi Listrik, Simpan Saja di Bodi

Pengembangan mobil listrik terus dilakukan fokus pada memperpanjang jarak tempuhnya dengan cara memperbesar kapasitas baterai yang menyuplai tenaga ke motor elektrik.

Namun cara tersebut kerap terhalang keterbatasan ruang setiap kendaraan, belum lagi bobot sebuah kendaraan praktis akan bertambah dengan hadirnya baterai beukuran besar.

Lihat juga: Pemerintah Trump Ingin Gaet Pekerja dari Raksasa Teknologi

Di tengah kebingungan para insinyur tiba-tiba beberapa penelitian mengklaim mampu mengubah bodi mobil agar bisa menyimpan sumber listrik yang akan digunakan untuk memutar motor elektrik.

Konsep bodi mobil sebagai tempat penyimpanan energi baterai alternatif membuat baterai mobil listrik tak perlu berukuran besar, atau bahkan baterai konvensional tidak diperlukan lagi.

Para peneliti terus berupaya merampungkan konsep tersebut agar menjadi solusi berkendara mobil listrik di masa depan.

Lihat juga: Regulasi Mobil Listrik Kini di Tangan Menko Maritim

Engadget.com, Rabu (24/10) memberitakan, hasil studi dari para peneliti menunjukkan bahwa bodi berbahan serat karbon dapat difungsikan sebagai elektroda baterai.

Cara yang perlu dilakukan adalah dengan mengoptimalkan ukuran dan orientasi serat, sehingga akan ada keseimbangan yang baik antara kekakuan dan sifat elektrokimia yang dibutuhkan untuk menyimpan energi.

“Dengan begitu bodi mobil tidak akan hanya berperan sebagai elemen penahan beban, tapi juga sebagai baterai,” kata Profesor Material dan Mekanika Komputasi Chalmers University of Technology, Leif Asp.

Keunggulan lain bahwa serat karbon yang berkarakteristik sedikit lebih kuat dibandingkan baja sebagai alternatif penyimpanan energi baterai, maka bobot dapat dikurangi hingga 50 persen.

Lihat juga: Tiga Teknologi Dalam Dunia Pekerja Manusia

“Kuncinya adalah dengan mengoptimalkan kendaraan pada level sistem, berdasarkan berat, kekuatan, tingkat kekakuan, dan properti elektrokimia. Itu merupakan semacam cara pikir baru bagi sektor otomofit, yang lebih terbiasa pada optimalisasi komponen secara individual,” jelas Asp.

Kendati demikian, para pengembang masih menemukan kendala, yakni mahalnya harga serat karbon sebagai komponen penunjang mobil listrik. Namun seharusnya ini tidak menjadi kendala ketika mobil listrik sudah diproduksi massal.


23
Oct 18

Pemerintahan Trump Ingin Gaet Pekerja dari Raksasa Teknologi

Pemerintahan Trump Ingin Gaet Pekerja dari Raksasa Teknologi

Pemerintah Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan berencana untuk meminjam ahli teknologi dari beberapa perusahaan teknologi terbesar di Amerika Serikat.

Hal itu ditandai dengan pertemuan pada Senin (12/10) antara para pejabat Gedung Putih dan beberapa petinggi Google, Microsoft, Amazon, dan IBM untuk memberi kemudahan perizinan absen bagi pegawai perusahaan saat membantu berbagai proyek pemerintah.

Dilansir CNET, pemerintah Amerika berharap para tenaga ahli teknologi dapat membantu melakukan modernisasi lembaga-lembaga pemerintahan mulai dari negara bagian hingga federal. Ahli teknologi ini juga diharapkan bisa mengatasi tantangan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan veteran.

Lihat juga: Produsen AS Mulai Jaring Konsumen Mobil Terbang

Menarik bakat-bakat yang berkecimpung di dunia teknologi terbukti sulit bagi pemerintahan Trump. Pasalnya pemerintahan era Trump memang tidak selalu sependapat dengan Silicon Valley terkait isu-isu yang berbau politik.

Salah satunya adalah larangan presiden dalam perjalanan dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Namun pejabat Gedung Putih percaya para ahli teknologi yang dipinjam bisa mengesampingkan hal-hal politik.

“Acara ini pada hari Senin bukan hanya tentang upaya kami, tapi juga ini tentang penerus kami, dan penerusnya setelah itu,” kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya.

Selain itu, dilansir dari NBCNews, pemerintah juga sulit untuk menggaet para teknisi atau ahli perangkat lunak untuk mengabdi kepada negara karena besarnya gaji di perusahaan swasta.

Lihat juga: Jack Ma Akan Bantu RI Cetak 1.000 Ahli Teknologi

Oleh karena itu kesulitan menggaet tenaga ahli teknologi ini menjadi perhatian yang cukup lama bagi pemerintah AS.

“Negara ini diuntungkan ketika ada warga negara patriotik dengan keahlian teknis memilih untuk melayani di tingkat Federal, negara bagian atau lokal,” kata wakil kepala staf Gedung Putih Chris Liddell dalam pernyataan resmi.

Beberapa pekerja industri teknologi baru-baru ini memprotes kerja sama perusahaan mereka dengan pemerintah. Karyawan Google pada awal tahun ini meminta perusahaan untuk mundur dari Proyek Maven yang nootabene adalah insiatif Amerika untuk menggunakan kecerdasan buatan agar bisa mengendalikan pesawat tak berawak.

Karyawan Amazon pada bulan Juni memprotes penjualan teknologi pengenalan wajah (facial recognition) kepada penegak hukum AS. Pada bulan yang sama, karyawan Microsoft memprotes kerja sama perusahaan dengan Immigration and Customs Enforcement (ICE), atas pemisahaan keluarga yang melintasi perbatasan Amerika secara ilegal. Microsoft mengklaim tidak menyadari layanan Azure-nya digunakan untuk tujuan itu.

Lihat juga: Grab Tunjuk Mantan Bos Amazon Jadi CTO for Transport

Sejauh ini, pihak Gedung Putih atau Google, Microsoft, Amazon, dan IBM masih enggan untuk berkomentar terkait rencana kolaborasi ini.


21
Oct 18

Grab Tunjuk Mantan Bos Amazon Jadi CTO for Transport

Grab Tunjuk Mantan Bos Amazon Jadi CTO for Transport

Grab mengangkat Mark Porter sebagai Chief Technology Officer (CTO) for Transport. Mark akan menyediakan sejumlah perbaikan untuk layanan sepeda motor, mobil, dan rental mobil.

Theo Vassilakis, group CTO menyatakan Mark ditunjuk untuk memastikan sistem Grab tetap stabil dan andal seiring dengan pertumbuhan perusahaan.

“Dengan keahlian terhadap sistem mendalam yang ia miliki, tidak ada talenta yang lebih mampu atau berpengalaman dibandingkan Mark yang dapat memastikan infrastruktur teknologi Grab aman, kuat, dan sejalan dengan tujuan perusahaan,” tulis Theo dalam keterangan resmi.

Lihat juga: Grab Beri Batasan Blokir Konsumen

Dengan jabatannya, Mark akan memimpin infrastruktur teknologi Grab dan mengawasi pengembangan platform, machine learning, kecerdasan buatan (AI) dan kapasitas data science. Kemampuan Mark diharapkan bisa menawarkan layanan yang lebih aman, lancar, dan personal.

Mark akan bertanggung jawab memimpin tim engineering Grab di Singapura, Seattle, Beijing, Bangalore, Ho Chi Minh City, dan Jakarta.

Lihat juga: Gandeng Microsoft, Grab Implementasi Kecerdasan Buatan

Setiap hari setidaknya kami memroses 20TB data. Grab berupaya menggunakan data pertama untuk memberikan pengalaman yang lebih lancar, personal, dan intuitif, kedua untuk menciptakan layanan transportasi yang lebih cerdas dan lebih efisien, dan ketiga bekerja dengan berbagai kota dalam mengoptimalkan lalu lintas dan solusi multi-modal dengan mempelajari pola perjalanan.

Sebelum bergabung dengan Grab, Mark sempat bergabung di sejumlah perusahaan teknologi dunia seperti Amazon selama lima tahun, Oracle, hingga Shared Learning Initiative untuk NewsCorp (proyek bersama dengan Gates Foundation).

Lihat juga: Teknologi Smarthome Dan Manfaatnya

Mark sempat menjabat sebagai general manager Amazon, Amazon RDS, Amazon Aurora, dan Amazon DS for PostgreSQL. Mark juga memiliki pengalaman bekerja di NASA, Oracle, dan Caltech.

Pria yang berbasis di Settle ini telah mulai memprogram sejak berusia 11 tahun dan secara profesional sejak usia 16 tahun. Ia memiliki pengalaman di bidang basis data, pemrograman sistem, kompresi video, kinerja sistem dan skalabilitas serta merupakan inventor untuk 11 paten.


20
Oct 18

Apple Watch Disebut Bisa Kuak Kematian Khashoggi

Apple Watch Disebut Bisa Kuak Kematian Khashoggi

Pemerintah Arab Saudi akhirnya buka suara dan mengakui bahwa Jamal Khashoggi meninggal dunia di kantor konsulat di Istanbul, Turki. Kabar hilangnya Khashoggi terkuak disebut berkat jam tangan pintar Apple Watch yang dikenakannya saat memasuki kantor konsulat Saudi.

Pejabat Turki tidak secara gamblang menjelaskan cara mendapatkan rekaman suara dan video dari Apple Watch yang menjadi bukti bahwa Khashoggi tewas dibunuh. Kendati demikian, banyak pihak yang meragukan bukti rekaman tersebut.

Lihat juga: Produsen AS Mulai Jaring Konsumen Mobil Terbang

Khashoggi disebut merekam suara dugaan pembunuhan menggunakan aplikasi di Apple Watch dan mengunggah hasil rekaman tersebut ke iPhone dan iCloud miliknya. Surat kabar Sabah disebut mendapatkan kabar tersebut dari seorang pejabat keamanan di Turki.

Khashoggi diketahui meninggalkan iPhone miliknya kepada tunangannya Hatice Chengiz yang menunggu di luar kantor konsulat Saudi.

Untuk bisa terhubung dengan iPhone, Apple Watch membutuhkan koneksi Bluetooth dengan jarak berdekatan. Namun, Apple Insider mencatat Khashoggi mengenakan Apple Watch 3 yang dilihat dari bulatan mahkota digital merak di samping jam. Dengan kata lain, perangkat tersebut memiliki koneksi LTE.

Kendati demikian, jaringan LTE di Apple Watch milik Khashoggi hanya berfungsi secara terbatas di negara asalnya. Apple mengonfirmasi bahwa LTE pada Apple Watch 3 dan 4 tidak mendukung roaming di seluruh dunia.

Lihat juga: Mengenal Sistem Kerja Kamera iPhone XR, XS, dan XS Max

Selain itu, tidak ada jaringan LTE di Turki yang mendukung Apple Watch 3. Sehingga besar kemungkinan Khashoggi membeli jam tangan pintarnya di AS, meski tidak bisa menggunakan jaringan LTE di Turki.

.Namun, besar kemungkinan Apple Watch milik Khashoggi telah menggunakan WiFi yang tersedia di Konsulat Saudi pada kunjungan sebelumnya. Dengan demikian, data-data yang ada di jam tangan pintar miliknya juga bisa tersedia di iPhone.

Harian Sabah sebelumnya mengatakan Saudi disebut berupaya menghapus rekaman audio menggunakan sidik jari Khashoggi untuk membuka Apple Watch-nya. Namun, perangkat tersebut diketahui tak dibekali sensor sidik jari layaknya iPhone dan iPad.

Lihat juga: Sejarah Pertama Kali Telepon Ditemukan

Rekaman audio pada Apple Watch yang dikenakan Khashoggi diduga disimpan ke iCloud. Sementara untuk mengakses data dibutuhkan akses berupa username dan kata sandi pemilik Apple ID. Muncul spekulasi bahwa tunangan Khashoggi yang membantu mendapatkan rekaman audio tersebut.

Kabar hilangnya wartawan pengkritik Saudi, Jamal Khashoggi berawal saat ia mengunjungi kantor konsulat di Istanbul pada 2 Oktober untuk mengurus dokumen pernikahan. Hingga kantor konsulat tutup, Hatice tak kunjung mendapati Khashoggi keluar.


19
Oct 18

Produsen AS Mulai Jaring Konsumen Mobil Terbang

Produsen AS Mulai Jaring Konsumen Mobil Terbang

Terrafugia, produsen mobil terbang asal Amerika Serikat (AS), kini mulai membuka pintu pemesanan untuk model pertama yang dinamakan Transition. Pengiriman buat mobil terbang berkapasitas dua orang itu bakal dilakukan pada 2019.

Autonews memberitakan, Selasa (16/10), Transition hanya dijual di AS. Namun soal harga masih misteri karena tidak ada pernyataan resmi tentang itu.

Transition pertama kali diperkenalkan ke dunia pada 2010, namun sejak saat itu Terrafugia kesulitan untuk membuatnya benar-benar bisa ‘terbang’. Terrafugia didirikan oleh sekelompok alumni Massachusetts Institute Technology (MIT) pada 2006 lalu.

Lihat juga: Regulasi Mobil Listrik Kini di Tangan Menko Maritim

Lantas pada 2017, perusahaan yang bermarkas di Woburn, Massachusetts ini dibeli produsen asal China, Zhejiang Geely Holding Group. Setelah disokong Geely, Transition akhirnya bisa menjadi produk massal hampir satu dekade setelah debut.

Saat debut pernah dijelaskan Transition menggunakan mesin bensin dan sanggup terbang hingga 160 km per jam dengan jarak tempuh 643 km. Performa di daratan belum jelas, namun Terrafugia pernah mengatakan kemampuannya bisa digunakan di jalan raya.

Lihat juga: Pemerintahan Jokowi Gandeng 4 Raksasa TI

Terrafugia merupakan salah satu dari beberapa perusahaan yang mencoba mengejar mimpi menghasilkan mobil terbang. Di Geneva Motor Show pada Maret lalu, Audi dan Airbus sudah mendemonstrasikan konsep mobilitas mengandalkan kabin berisi dua penumpang yang bisa ditempel ke drone berukuran besar.

Volocopter, perusahaan stratup asal Jerman yang didukung Intel dan Daimler, juga membuat helikopter seperti drone listrik yang bekerja dengan teknologi otonom.



Lebih mirip pesawat antariksa daripada mobil terbang, transisi terlihat sepeti pesawat kecil, dengan sayapnya bisa dilipat untuk berkendara di jalan. Perusahaan mengklaim model akan tersedia untuk pembelian pada 2019, namun dengan kondisi saat ini tidak mungkin. Mobil ini mampu meraih kecepatan 200 mph.

Terrafugia Transition punya atap yang bisa dilipat, dengan waktu konversi dari mobil ke pesawat terbang yang hanya butuh waktu dibawah 1 menit. Mobil terbang dua penumpang ini pakai mesin bensin 4 silinder dengan turbocharger, yang mampu membawanya terbang hingga kecepatan setara 160 km/jam sejauh 640 km di ketinggian 10.000 kaki.

Lihat juga: Gandeng Microsoft, Grab Implementasi Kecerdasan Buatan

18
Oct 18

Regulasi Mobil Listrik Kini di Tangan Menko Maritim Luhut

Regulasi Mobil Listrik Kini di Tangan Menko Maritim Luhut

Setelah berulang kali mengatakan sedang mengkaji rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang kendaraan listrik. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akhirnya mengumumkan resmi telah selesai membuat draf kebijakan tersebut.

Kemenperin menjelaskan telah mengirimkan draf tersebut kepada Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) pada 15 Oktober 2018. Nantinya draf akan ditinjau, bila oke bakal ditanda tangan Presiden Joko Widodo lalu diterbitkan sebagai peraturan resmi.

Pada April lalu sudah disepakati di kantor Kemenko Maritim bahwa Kemenperin yang ditunjuk merangkai Perpres kendaraan listrik. Sebelumnya pembahasan kebijakan itu dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Lihat juga: Pangsa Pasar Hoaks Capai 119 Juta di Indonesia

Pada pertengahan Agustus lalu, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika pernah menjelaskan kepada jurnalis draf Perpres kendaraan listrik sedang menjalani tahap akhir yaitu pengecekan hukum. Draf butuh disempurnakan oleh biro hukum sebelum akhirnya diserahkan ke Kemenko Maritim lantas tugas Kemenperin selesai.

Dalam siaran resmi Kemenperin, Rabu (17/10), Putu menjelaskan pada draf Perpres era Kementerian ESDM masih ada pasal-pasal, khususnya terkait bab pengembangan industri, yang dianggap belum sejalan dengan arah kebijakan industri otomotif nasional. Perbedaan itu dikatakan mesti diselaraskan dengan peraturan dan perundangan.

Lihat juga: Motor Listrik Terinspirasi Chopper Jokowi

Putu mengatakan dalam penyusunan Perpres kendaraan listrik perlu secara intensif melibatkan berbagai pihak dari kalangan akademisi, pelaku industri, dan institusi terkait. Poinnya adalah menyelaraskan kebijakan itu dengan peta jalan industri otomotif yang sudah dibuat Kemenperin.

“Sehingga untuk mengharmonisasikan masukan-masukan yang ada, memang membutuhkan proses pembahasan yang cukup lama agar memastikan bahwa arah kebijakan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya dalam mendukung tumbuhnya industri otomotif nasional”, kata Putu.

Lihat juga: 5 Teknologi Misterius dari Zaman Kuno 

Skip to toolbar