Sejarah Kota Aceh

Aceh pertama dikenal dengan nama Aceh Darussalam (1511-1959) kemudian Daerah Istimewa Aceh (1959-2001), Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009), dan terakhir Aceh (2009-sekarang). Sebelumnya, nama Aceh biasa ditulis Acheh, Atjeh, dan Achin.

Jaman prasejarah

Aceh telah dihuni manusia sejak zaman Mesolitikum, hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs Bukit Kerang yang diklaim sebagai peninggalan zaman tersebut di kabupaten Aceh Tamiang. Selain di kabupaten Aceh Tamiang, peninggalan kehidupan prasejarah di Aceh juga ditemukan di dataran tinggi Gayo tepatnya di Ceruk Mendale dan Ceruk Karang yang terdapat disekitar Danau Laut Tawar. Penemuan situs prasejarah ini mengungkapkan bukti adanya huniam manusia prasejarah yang telah berlangsung disini pada sekitar 7.400 hingga 5.000 tahun yang lalu.

Jaman kerajaan

Aceh juga pernah mengalami masa berkembangnya agama Hindu dan Buddha yang datang dari dataran benua Asia Selatan (India). Pada masa itu Aceh telah diwarnai dengan adanya beberapa kerajaan yang berdasarkan agama tersebu  t. Aceh juga dulu termasuk bagian dari kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berjaya di Nusantara ribuan tahun lalu.

Masih terjadi silang pendapat terkait persoalan dari sejak kapan Islam pertama kali disebarkan ke Aceh. Sebagian berpandangan sudah dimulai dari sejak masa kekhalifahan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga setelah kerasulan Muhammad SAW. Snouck Hurgronje dengan teori Gujaratnya menyebut Islam yang datang ke sana bukanlah Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW tetapi Islam yang sudah berkembang matang. Bukan Islam dari Al-Quran dan Hadits, melainkan Islam dengan kitab-kitab Fiqh dan dogmanya dari 3 abad kemudian. Ada juga yang berpandangan bahwa Islam yang datang ke Aceh justru sudah dimulai sejak tahun pertama Hijriyah (618 M).

Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudra Pasai yang hancur pada abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara Pulau Sumatera dengan ibukota Kutaraja (Banda Aceh). Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperalisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Jaman Penjajahan

Pada masa kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai mengadakan kerja sama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh.

Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernapaskan Islam. Ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya perempuan mulai dilakukan oleh tentara Jepang. Rakyat Aceh disuruh membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.

Tags: , , , , , , , , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Skip to toolbar