Hai..

Seperti postingan sebelumnya, minggu ini saya akan memposting materi tentang kajian etnografi yang berguna bagi pelajar pelajar khususnya kelas X karena terdapat bab tentang Metode Penilitian. Berikut ini saya akan sedikit berbaagi tentang otoetnografi yang merupakan salah satu metode penelitin antroplogi. Semoga bermanfaat…

Berdasarkan ringkasan tulisan tersebut penulis ingin menceritakan bahwa otoetnografi merupakan sebuah sarana untuk menyuarakan deskripsi dari komuniti yang selama ini terpinggirkan. Hal ini dimungkinan menggunakan pribadi peneliti sebagai kasus untuk dipelajari. Antropologi muncul akibat ketertarikan bangsa eropa mengenai masyarakat luar (the other). Ketika itu mereka tidak menceritakan pengalaman objektivitasnya namun bisa jadi peneliti mengutamakan pengalaman subjektifitas peneliti krtika melakukan etnografi dan meenggambarkan secara personal. Artikel ini beranggapan bahwa otoetnografi dapat menjadi pilihan Bgi peneliti etnografi dalam hal memngatasi masalah representasi dan otoritas menyampaikan kabar budaya.

Menurut artikel ini antropoloi sangat erat denga metod kualitatif yang menempatkanstudi kasus pada posisi sentral, nmaun banyak dari antropologi yang tidak menghiraukan lagi apa sebenarnya studi kasus itu. Seolah-olah kajian antropologi semata sebuah studi kasus. Sebuah kasus tidak hanya disajikan secara utuh dengan mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk kebudayaan namun juga harus dilukiskan secara detail dan lengkap untuk dikaji secara kritis. Ketika sebuah karya etnografi mampu mempresentasikan budaya yang diteliti maka peneliti harus mengalami sendiri buday yang dipelajari. Pengalam pribadi inilah yang menjadi dasar untuk bercerita etnnografis.

Ada beberapa ahli yang mengartika otoetnografi secara berbeda. Pratt misalnya, mengganggap otoetnografi bukan suatu bentuk mandiri dari suatu ekspresi tetpai persenyawaan dari apa yang dimiliki masyarakat lokal dengan berbagai idiom baru yang dibawa pendatang. Sedangkan Carolyn Ellis menganggap pengakaman pribadi dapat menjadi bagian data etnografi yang ditulis walaupun berbeda dengan fieldwork yang dilakukan. Van Manen berpendapat bahwa terdapat tiga bentuk tulisan etnografi, dramatic ethnography, critical ethnography, dan autoetnography. Bentuk yang berbeda di sampaikan oleh Arthur P. Buchner bahwa otoetnografi menyajikan batas kabur antara genre fiksi dan etnografi, antara sains dan sastra. Bertolak belakang dengan itu Kraver menyebutkan bahwa justru otoetnografi dianggap mampu menjembatani perbendaan antara karya sastra dan etnografi.

Penulis menyimpulkan bahwa hampir semua otoetnografi menampilkan dirinya sebagai ekspresi kelompok marginal yang digunkana untuk menyuarakan kepentingan mereka melalui otoetnografi, yaitu apa yang disuarakan dan bagaimana caranya. Ekspresi kelompok yang termarginalkan menjadi sulit saat saat ada kelompok yang berupaya mendominasi. Seperti di Amerika Serikat, ada periode saat penduduk dimana keturunan kulit hitam tidak mendapatkan tempat layak dalam pergaulan sosial dan salah satu cara kreatif untuk melawanya dengan menghasilkan sebuah karnya yang diapresisasi oleh orang laintanpa memandang etnik, ras, orientas politik, dan orientasi seksual. Karya seni merupakan salah satu cara untuk menyuarakan pendapat.Otoetnografi mempu membuat orang-orang yang emah secara sosial, ekonomi, budaya dan politik menjadi menjadi suatu cara pengekspresian diri terhadap situsai yang dialami. Otoetnografi muncul secagai tawaran guna memperkuat otoritas penyampaian etnografi.

Aku adalah Perempuan Pesantren: Sebuah Etnografi Biografi

Dalam artikel ini diceritakan seorang santri perempuan yang berada di lingkungan pesantren dengan berbagai aturan di dalamnya tertutama dia adalah keturunaan dari pemilik pesantren. Akibat dari statusnya tersebut membuatnya terpaksa disebut panggilan ning yang mencirikan seorang wanita yang taat pada agamanya. Dalam dirinya ia merasa berbeda, baik dirinya sendiri terhadap orang lain ataupun orang lain terhadap dirinya. Perlakuan tersebut membuatnya menkmati perlakuan khusus dari para santri ataupun warga di pesantren. Namun setelah ia mengikutri ekstra disekolah yaitu pramuka, terdapat sebuah hal yang berbeda dimana ia sudah tiadk terlalu menjadi prioritas. Terdapat kesetaraan dalam perlakuan guru terhadap dirinya. Hal itu menarik baginya hingga ia lulus SMU dia dan saudara-saudaranya melanjutkan di perguruan tinggi. Keputusan ini bukan tanpa konsekwensi karena dalam kalangan pesantren dunia kampus dianggap negative namun akhirnya keluarga besarnya mampu menerima hal tersebut dengan pembuktian-pembuktian yang dilakukan oleh keluarga kecil tersebut. Hal itu mnunjukan bahwa nilai dapat saja berubah .