index

Suksesnya Panen Tembakau Ditengah Kritisnya Lereng Gunung

Temanggung merupakan daerah pertanian. Hampir 70 persen dari 722.087 penduduk adalah petani. Berdasarkan data BPS Kabupaten Temanggung, sektor ini menyumbang sekitar 34 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari komoditas pertanian yang ada, tembakau menjadi komoditas unggulan di daerah Temanggung. Masyarakat Temanggung sangan bergantung dengan pertanian tembakau, sebagian besar dari masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani tembakau. Setiap tahunnya Temanggung dapat mengahsilkan sekitar 8.000 ton lebih tembakau dengan harga perkilogramnya berkisar Rp. 80.000,00,-. Sektor komoditas tembakau di Temanggung dapat menampung ribuan pekerja dalam beberapa perusahaan dan home industry yang dijalankan oleh masyarakat.

Namun dari keuntungan besar yang dihasilkan dari pertanian tembakau, sebenarnya menimbulkan banyak permasalahan lahan di Temanggung. Tembakau saat ditanam memerlukan sinar matahari penuh, oleh karena itu membutuhkan lahan yang terbuka. Tembakau tidak dapat tumbuh dengan baik jika dicampur dengan tanaman lain yang ditanam di sekitar lahan pertanian tembakau. Lahan pertanian tembakau ini berada di daerah dataran tinggi di Temanggung, di daerah pegunungan, yang biasa orang kenal dengan lereng Gunung Sindoro. Hal ini mengakibatkan lahan pada lereng-lereng gunung menjadi lahan terbuka dan meminimalisir jumlah pepohonan di kawasan hutan.

Selama ini masyarakat di Temanggung terlena dengan hasil panen dari pertanian tembakau, hingga mereka lali tidak memperhatikan dan cenderung mengacuhkan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari meningkatnya budidaya tanaman tembakau di daerah Temanggung. Area pertanian yang berlereng dan terbuka mengakibatkan erosi pada lereng gunung mudah terjadi. Berdasarkan data, tingkat erosi per tahun sebesar 47 ton per hektar. Timbulnya dapak erosi ini dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah pada lahan pertanian di daerah lereng gunung Sindoro. Erosi menyebabkan tanah yang subur sedikit demi sedikit tergerus oleh air. Lambat laun kesuburan tanah hilang diikuti dengan menurunnya daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati. Di samping itu, daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan  kekeringan pada waktu musim kemarau. Akibat erosi menjadikan arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor. Terlebih, tidak hanya sampai disitu, tanah yang terbawa akibat erosi itu berdampak pada sungai di dataran yang lebih rendah, yaitu terjadinya pendangkalan sungai. Apabila terjadi hujan lebat dan air tidak bisa ditahan atau ditampung dari dataran tinggi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya lahan kritis di daerah Temanggung. Dampak yang lebih parah akan dirasakan oleh masyarakat Temanggung yang berada di dataran rendah (daerah bawah) yaitu kaitannya dengan maslaah air bersih.

Hal tersebut menjadikan dilema bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Temanggung. Tembakau menjadi andalan bagi perekonomian kabupaten, potensi yang baik dari penanaman dan pertanian tembakau di daerah Temanggung sangat membantu tingkat perekonomian di wilayah ini, namun disisi lain menilik kerusakan lingkungan dan lahan kritis yang yang menyebabkan lahan pertanian tidak berkualitas. Lahan kritis di daerah Temanggung terjadi tak lepas karena ulah manusia sendiri, dimana pemanfaatn lahan pertanian tidak sesuai dengan sifat lahan dan kontur tanah yang dapat merusak lahan pertanian itu sendiri. Kerusakan pada salah satu komponen lingkungan hidup, akan berdampak jugak pada komponen lingkungan hidup yang lain dalam jangka waktu tertentu. Begitu juga apa yang terjadi di Temanggung. Demi menanam tanaman tembakau yang keuntungannya menggiurkan, wilayah lereng pegunungan dibiarkan terbuka. Tidak ada tanaman lain yang tumbuh di sekitar lahan pertanian tembakau, terlihat ada tanaman lain hanya seperti cabaik, kacang, tomat, dll. Di sekitar persawahan pun tak terlihat adanya pohon-pohon besar yang tumbuh. Menurut masyarakat, adanya pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar lahan pertanian tembakau dapat menggangu pertumbuhan tanaman tembakau karena menjadi berkurang mendapatkan sinar matahari. Pola tanam monokultur pada daerah lereng gunung ini harus bisa dicarikan solusi yang baik agar kerusakan lingkungan tidak terjadi lebih kompleks.

Tembakau yang merupakan warisan turun-temurun yang kini menjadi komoditas utama masyarakat Temanggung, harus terus dikembangkan agar bisa memenuhi pangsa pasar domestik juga ekspor. Dengan makin bertambahnya penduduk dan pembagian lahan waris, dibutuhkan areal lahan yang semakin banyak. Kini banyak petani yang membuka hutan lindung di Temanggung sebagai lahan pertanian tembakau. Kegiatan budidaya tanaman yang sesuai dengan kaidah konservasi, karakteristik, dan pengelolaan tanaman yang mencegah erosi perlu dilakukan. Selain itu, sistem terasering juga menjadi solusi agar kemerosotan tanah dapat dicegah. pembuatan terasering yang tidak searah dengan kemiringan lahan melainkan berpola “sabuk gunung” untuk mencegah erosi. Jenis tanaman keras seperti jabon, kaliandra, cemara gunung, dan sebagainya bisa ditanam pada batas-batas kepemilikan lahan. Jenis-jenis tanaman penguat juga harus ditanam di tepian sungai. Selain itu, masyarakat perlu tahu pentingnya kualitas lahan. Budidaya tembakau tidak harus ditanam pada areal yang luas.

Atasi Lahan Kritis, Masyarakat Tak Boleh Apatis

Hal yang mungkin perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah perubahan budaya masyarakat yang diarahkan pada pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan, peningkatan kualitas SDM yang meliputi masyarakat sekitar hutan, perhutani, pemerintah daerah, dan stakeholder lain yang melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam budaya masyarakat.

Melalui pendekatan heterokultur diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam perbaikan lahan kritis di Kabupaten Temanggung dimana masyarakat mulai dosialisasikan tanaman lain yang secara ekonomis juga menguntungkan, seperti tanaman hortikultura, tanaman kopi. Pemerintah Kabupaten telah memberikan bantuan berupa pembangungan saran fisik penunjang berupa embung (kolam penampungan air) yang berada di daerah dataran tinggi, di Kecamatan Tretep dan di Kecamatan Kledung.

Kini Kabupaten Temanggung sudah memiliki Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda). Tugas pokok Bapedalda Temanggung adalah melaksanakan penghijauan kembali lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Saat ini, pepohonan di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang berada di wilayah Temanggung jauh berkurang dibanding pada masa lalu karena dibabat agar lahannya dapat dipakai sebagai areal tanaman tembakau. Padahal, akar tanaman tembakau tidak memiliki kemampuan menahan air hujan. Akibatnya, lereng dua gunung itu mengalami erosi hebat. Proses ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro mengalami erosi berat karena tidak ada lagi yang menahan aliran air hujan.

Bapedalda Temanggung nantinya juga mengemban tugas untuk secara pelan-pelan mengajak masyarakat agar tidak hanya menanam tembakau. Diversifikasi tanaman ini sangat diperlukan guna mengembalikan kesuburan tanah di areal tanaman tembakau. Tanaman yang akan dijadikan alternatif adalah vanili, kopi. Tanaman tembakau menyerap unsur hara tanah dalam jumlah yang sangat besar. Karena itu, penanaman terus-menerus tembakau di suatu areal tanah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa habisnya unsur hara di dalam tanah. Ini sebabnya diversifikasi tanaman sangat penting. Namun pada kenyataannya, masyarakat sangat sulit diajak beralih untuk tidak lagi menanam tembakau.

sistem “tumpang sari tembakau dengan kopi” bisa menjadi solusi untuk memperbaiki lahan kritis di lereng gunung ini. Tanaman kopi arabika kate contohnya, berguna sebagai tanaman pencegah erosi. Menurut Bapak Rukiyanto, menyebut sistem tumpang sari ini denga nama “model tanam tlahab”, mungkin karna pertama kali diperkenalkan di desa Tlahab, kecamatan Kledung. Beliau mengatakan bahwa awalnya memang sulit untuk menanam kopi arabika kate, karena daya tahan tanaman yang rendah sehingga mudah layu dan mati. Namun masyarakat sekitar mencoba menangani dengan pengawasan tanaman secara rutin hingga akhirnya tanaman kopi arabika kate dapat tumbuh subur di daerah lereng gunung.

Pemilihan tanaman kopi arabika kate ini dikarenakan selain buahnya lebat, pohon berjenis pendek ini memiliki ketinggian setara dengan tanaman tembakau dewasa. Sehingga pertumbuhan tembakau yang menjadi komoditas andalan petani Temanggung secara turun-temurun itu tidak terganggu. Selain itu, tanaman kopi dewasa tidak butuh perawatan khusus seperti tembakau, yang biasa ditanam antara Maret dan Mei. Tembakau butuh perawatan minimal empat bulan sampai usia dewasa, dan harus ditanam kembali pada musim berikutnya. Sedangkan kopi hanya ditanam sekali. Setelah tumbuh, kopi dapat dipanen rutin setiap tahun. Hal ini dapat membantu laju perekonomian masyarakat dan perputaran uang yang cukup tinggi di Kabupaten Temanggung. Pohon kopi ditanam dengan jarak sekitar empat meter, dan diantar pohon-pohon kopi tersebut ditanami tiga atau empat tanaman tembakau setinggi satu meter. Tinggi kedua tanaman yang sejajar, sehingga dapat memperoleh sinar matahari yang sama dan tidak saling mengganggu pertumbuhan tanaman.