Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Menurut Amri Marzali, terdapat krisis relevansi terhadap Antropologi, krisis relevansi itu mencakup tiga hal: Pertama, berkaitan dengan konsep utilitas dalam ilmu ekonomi atau kurang lebih asas manfaat seperti dalam ilmu ekonomi. Hal ini berhubungan dengan keadaan bahwa saat ini antropologi berkembang dalam masyarakat yang berorientasi pasar. Kedua, berkaitan dengan kekuatan explanatory, sampai seberapa jauh antropologi dapat menjelaskan masalah-masalah sosial di lingkungannya secara ilmiah. Ketiga, berhubungan dengan moral significance yang menyangkut cara dan tujuan penggunaan antropologi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan, belakangan kajian-kajian yang menggunakan antropologi sebagai alat analisa semakin banyak. Misalnya saja saat ini banyak buku-buku yang diterbitkan mengenai antropologi dalam menangani maslaah-masalah sosial dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi, pembangunan, dll. Kajian lapangan atau penelitian pengamat pendidikan menggunakan pendekatan antropologi untuk memperoleh penjelasan terhadap beberapa masalah pendidikan di Indonesia. Dan masih banyak lagi yang kini menggunakan ilmu-ilmu antropologi untuk membantu mengatasi masalah yang terjadi.
Namun saat ini, antropologi dalam dunia pendidikan belum lah terlihat ketenarannya, antropologi belum menjadi suatu jurusan atau program studi yang banyak ditemukan di berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Padahal sangat besar manfaatnya bagi kita mempelajari ilmu antropologi untuk kepentingan hidup di dunia ini. Hal ini menimbulkan adanya kekhawatiran, mungkin bagi sebagian besar perguruan tinggi berpandangan bahwa, dengan membuka jurusan ini tidak akan memberikan keuntungan apa-apa karena tidak ada peminatnya, tidak seperti jurusan lain yang lebih bonafit dan memiliki persaingan yang ketat dalam mendapatkannya, jurusan akuntansi misalnya, atau matematika, kimia, bahasa inggris, dan sebagainya. Banyak orang mengkhawatirkan, mau jadi apa kita setelah lulus dari jurusan antropologi? Menurutnya, tidak banyak prospek kerja setelah lulus dan menyandang gelar sarjana atau Magister Antropologi. Perencanaan masa depan yang dimulai dari harapan setelah lulus dari kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang mapan adalah hal yang sangat realistis dan wajar bagi kebanyakan orang. Karena memang banyak dari kita yang menginginkan, dengan kuliah diharapkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada mereka yang hanya lulusan sekolah menengah, karena mereka yang lulusan perguruan tinggi memiliki gelar secara akademis. Lulusan dari antropologi biasanya berprofesi sebagai dosen dan atau peneliti. Karena pada dasarnya antropologi berorientasi pada keilmuan, padahal ruang lingkup dan kajian antropologi kebanyakan ada pada lapangan, amusia dan kebudayaan. Kerja antropologi yang penulis tahu adalah meneliti. Perlu adanya pengembangan antropologi dalam ranah keahlian, yang berpegang pada ilmu-ilmu antropologi yang sudah ada, sehingga mencetak Antropolog-antropolog yang sesuai dengan bidangnya.
Stereotip masyarakat secara umum mengenai disiplin antropologi adalah ilmu yang hanya mempelajari masyarakat primitif, seperti tadi yang penulis katakan, antropologi belum mencapai ketenarannya sehingga pengertian dan segala sesuatu mengenai antropologi masih simpang siur terdengar oleh beberapa orang. Padahal sekarang ini kajian antropologi sudah berkembang dan tidak hanya mempelajari kebudayaan masa lampau atau kebudayaan masyarakat primitif saja. Antropologi sangat berguna bagi perubahan yang diharapkan dalam perkembangan zaman saat ini, cabang ilmu antropologi kini banyak berkontribusi dalam menyikapi perkembangan zaman yang semakin pesat dan mendunia.
Perubahan Berencana
Dalam kerja antropologi terapan mengatasi suatu perubahan terencana  memusatkan pada cara bagaimana suatu perubahan yang direncanakan itu dapat  bermanfaat bagi penduduk sasaran (yang akan diubah). Ada tahap yang harus dilakukan (Marzali: 2005). Meneliti, cari dan menentukan kebutuhan masyarakat. Memformulasikan kebijakan dan memilih alternatif solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. Merencanakan dan melaksanakan proyek sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan. Misalnya saja peran antropologi kesehatan (dalam bidang kesehatan), mengenai suatu penyakit pada suatu masyarakat sasaran. Antropolog dalam hal ini sudah mennetukan keuntungan-keuntungan yang didapat dari adanya suatu perubahan bagi masyarkat sasaran, yaitu misalnya saja dengan turunnya angka kematian suatu penduduk, namun mungkin terjadi konsekuensi-konsekuensi yang tak terduga sebagai akibat penyusutan angka kematian yang mungkin pula menimbulkan masalah-masalah baru. Seperti secara otomatis anak-anak yang tertolong jiwanya akan meningkat tetapi angka rata-rata produksi pangan tidak dapat dinaikkan mengingat taraf dari tingkat tekhnologi dan modal maupun SDA penduduk yang bersangkutan. Maka bisa dipastikan angka-angka kematian dapatnaik lagii ke tingkat semula, bahkan mungkin peningkatannya lbih tinggi lagi. Dalam kasus semacam itu program pencacaran hanyalah menggantikan satu sebab kematian yang lain, sekurang-kurangnya dalam jangka panjang.
Program perubahan terencana itu bisa menciptakan keuntungan bagi masyarkat bersangkutan, namun perlu dipertimbangkan secara mendalam mengenai akibat-akibatnya dalam jangka panjang. Antropolog harus mampu mempertimbangkan bahwasannya rekomendasi atau solusi yang mereka berikan benar-benar berguna dan membawa keuntungan bagi masyarakat. Jika pada perubahan terencana yang direkomendasikan ternyata dapat menimbulkan suatu kesulitan atau sesuatu yang buruk bagi masyarkatantropolog dapat dengan tegas mengatakan bahwa perubahan yang diinginkan oleh masyarakat tidak dapat dilakukan, karena hanya akan merugikan masyarakat yang bersangkutan.

Daftar Pustaka
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press,1990.
Marzali, Amri, Antropologi Dan pembangunan indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.