Latar Belakang Sejarah Awal

Ketika digunakan pada abad ke-21 alat / keterampilan   , Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) adalah lebih dari sekedar pencarian web-atau tugas internet penelitian. Dalam hal ini jenis proyek, siswa diharapkan untuk menggunakan teknologi dengan cara yang bermakna untuk membantu mereka menyelidiki, berkolaborasi, menganalisis, mensintesis dan menyajikan pembelajaran mereka.

Pada abad XXI yang ditandai oleh peningkatan kompleksitas peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang menekankan kombinasi kualitas teknologi dan manusia, menyebabkan dunia kerja akan memerlukan orang yang dapat mengambil inisiatif, berpikir kritis, kreatif, dan cakap memecahkan masalah. Hubungan “manusia-mesin” bukan lagi merupakan hubungan mekanistik akan tetapi merupakan interaksi komunikatif yang menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi.

 

Sejarah di Indonesia

Kecenderungan-kecenderungan tersebut mulai direspon oleh dunia pendidikan di Indonesia, yang semenjak tahun 2000 menerapkan empat pendekatan pendidikan, yakni :

1.   Pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skills)

2.   Kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi

3.   Pembelajaran berbasis produksi

4.   Pendidikan berbasis luas (broad-based education)

 

Model ini sebagai ganti penggunaan suatu model pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered yang cenderung membuat pebelajar lebih pasif dibandingkan dengan guru.

 

 

 

 

Pendekatan 1.Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan pembelajaran proyek ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme. Teori belajar ini berdasarkan pada ide bahwa anak didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalaman. Pendekatan pembelajaran proyek ini dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong anak membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan, dan alami.

2. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan yang melibatkan keterampilan pemperolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses, seperti mengamati, mencari, dan menemukan.

3. Pendekatan Children Centre

Pendekatan pembelajaran proyek ini beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Anak didik memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan, srta nilai-nilai yang telah diperolehnya.

 

 

 

 

Tujuan Mengaktifkan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar serta membiasakan anak untuk berinteraksi kepada lingkungan. Pengajaran proyek sangat memberikan kesempatan pada anak untuk mau bekerja dan secara produktif menemukan berbagi pengetahuan. Guru hanya mengamati dan memantau jalannya kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

 

 

 

Metode ·       Menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

·       Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

·       Proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.

·       Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.

·       Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar.

 

 

 

Strategi ·       Authenticity

Authenticity merupakan langkah awal da­lam perancangan pembelajaran dengan pem­belajaran berbasis proyek. Dalam konsep au­thenticity, proyek atau tugas yang dikerjakan siswa harus memiliki makna bagi siswa. Suatu tugas yang memiliki makna ada­lah tugas dimana siswa merasa bahwa tugas tersebut sangat berguna bagi siswa setelah ia terjun di dunia kerja. Tugas tersebut terkait dengan kebutuhan dunia kerja, tugas tersebut dapat dijadikan bekal untuk kehidu­pannya. Oleh karena itu tugas seorang pengajar dalam tahap ini adalah menjelaskan kebermaknaan suatu tugas bagi siswa; pengajar harus bisa memilih dan memberi tugas yang bermakna untuk siswa.

·       Academic Rigor

Academic rigor adalah penerapan konsep-konsep akademis dalam menyelesaikan suatu tugas. Dalam pembelajaran berbasis proyek academic rigor, merupakan bagian yang amat penting karena mengharuskan siswa menerapkan kaidah-kaidah ilmiah dalam me­mecahkan masalah yang dihadapi dalam pe­nyelesaian suatu tugas. Dalam tahap ini pengajar harus mampu me-rancang pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan dan meng­gunakan pendekatan ilmiah dalam memecah­kan masalah yang dihadapi.

·       Ap­plied Learning

Aplied learning adalah usaha untuk meng-arahkan kegiatan belajar siswa ke arah situasi belajar yang mengacu pada kehidupan nyata yang berada di luar lingkungan sekolah.

·       Active Exploration

Active exploration adalah usaha untuk mendorong siswa agar aktif melakukan ekplorasi/penelitian, dengan menggunakan waktu secara efektif. Dalam tahap ini peng-ajar harus mampu memacu dan sekaligus mendorong siswa untuk selalu berusaha memecahkan masalah secara kontinyu dan jangan putus asa.

·       Adult Rela­tionship

Adult Relationship, terkait usaha memacu siswa agar mampu belajar dari orang lain yaitu pada para praktisi expert dan bahkan pada para pekerja yang terkait dengan masalah yang dikaji. Dalam proses adult relationship ini para pengajar harus mendorong siswa untuk mampu bertanya, berdiskusi dan juga menga­jak merancang serta menilai kerja siswa. Dengan model belajar yang demikian diharap­kan siswa memiliki pemahaman, penge­tahuan dan keterampilan yang mendalam ter­hadap tugas yang sedang dikajinya.

 

 

 

 

 

 

Alat pendukung
Langkah-langkah Pembelajaran FASE 1: PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR

§  Guru memulai pembelajaran dengan memberikan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.

§  Guru mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

§  Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan dengan kondisi, kebutuhan, dan karakteristik   peserta didik.

FASE 2: MENDESAIN PERENCANAAN PROYEK

§  Perencanaan proyek dilakukan secara kolaboratif atau kerja sama antara guru dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek tersebut.

§  Perencanaan proyek berisi: aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

FASE 3: MENYUSUN JADWAL

§  Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.

§  Aktivitas pada tahap penyusunan jadwal :

(1)    membuat   jadwal untuk menyelesaikan proyek;

(2)    membuat batas waktu penyelesaian proyek;

(3)    membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru;

(4)    membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan

(5)    meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

FASE 4: PENGAMATAN TERHADAP PESERTA DIDIK       DAN KEMAJUAN PROYEK

§   Guru bertanggungjawab untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.

  • Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
  • Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

FASE 5: PENILAIAN

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam:

  1. mengukur ketercapaian standar,
  2. berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
  3. memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
  4. membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

FASE 6: REFLEKSI DAN TEMUAN BARU

  • Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
  • Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
  • Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
  • Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tokoh Pendukung  

1.     Joel L Klein et. Al (2009)

Pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untukmemperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi.

2.     Thomas, 2000

PJBL merupakan tugas-tugas komplek yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan yang melibatkan para siswa didalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan atau aktivitas, investigasi, memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi.

3.     Santyasa (2006)

PJBL adalah suatu pembelajaran yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasidan menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PJBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya.

4.     Mahanal (2009)

PJBL adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.

5.     Kamdi (2007)

PJBL mendukung proses konstruksi pengetahuan dan pengembangan kompetensi produktif pembelajaran yang secara aktual muncul dalam bentuk-bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja yang baik (employability skills)

6.     Corebima (2009)

PJBL, proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan mensintesis informasi.