Materi Antropologi SMA/MA Kelas XI Etnografi dan Institusi Sosial

haii sahabat blogger,  masih berkaitan dengan materi antropologi SMA/MA kelas XI, pada postingan kali ini saya akan membagikan sedikit pengetahuan mengenai materi etnografi dan institusi sosial

         Etnografi merupakan suatu metode yang didalamnya terdapat berbagai bentuk dan karakteristik tertentu, termasuk partisipasi etnografer, memahami dan mengikuti kehidupan sehari-hari dari seseorang dalam periode yang lama, melihat apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, bertanya kepada masyarakat, dan mengumpulkan data apa saja yang ada di lapangan (Wolcott, 1997 dalam Setyowati 2006).

Etnografi merupakan metode tertua dalam penelitian kualitatif dan menjadi metode  sangat penting untuk penelitian-penelitian sosial. Dalam metode etnografi terdapat beberapa karakteristik tertentu diantaranya:

  1. menggali atau meneliti fenomena social,
  2. data tidak terstruktur;
  3. kasus atau sample sedikit;
  4. dilakukan analisis data dan interpretasi data tentang arti dari tindakan manusia /‘Human Action

Menurut Muecke (dalam Setyowati, 2006) terdapat  4 jenis etnografi, yaitu:

a. Etnografi klasik

Etnografi klasik meliputi penjelasan perilaku dan demonstrasi mengapa  dalam keadaan apa mereka berperilaku, waktu dilapangan, observasi secara terus menerus, alasan perilaku, menjelaskan segala sesuatu tentang budaya.

b. Etnografi sistematis

Etnografi sistematis yaitu etnografi yang lebih mendeskripsikan stuktur dari budaya dari pada mendeskripsikan tentang seseorang dan social interaksinya, emosi dan materinya. Tipe ini melihat stuktur budaya tentang bagaimana mengatur jalan hidup dari kelompok yang diteliti.

c. Etnografi Interpretive atau hermeutic ethnography

Etnografi Interprettive atau hermeutic ethnography adalah untuk menemukan arti dari interaksi social yang diamati dan mempelajari budaya melalui analisa inferensial dan implikasi perilaku yang diketemukan.

d. Critical ethnography

Etnografi ethnography yaitu etnografi  dilakukan untuk mengkritik suatu teori, di mana peneliti dan anggota dari budaya bersama-sama membuat skema cultural.

Dalam etnografi terdapat beberapa teknik yaitu:

  1. Refleksifitas adalah keadaan dimana peneliti menjadikan dirinya sebagai alat untuk mencari data saat di lapangan dan pengumpulan data dengan melihat respon subjek melalui kehadiran peneliti dan respon masyarakat sesuai konteks yang diteliti dilapangan.
  2. Observasi partisipan, merupakan proses dimana  peneliti fokus pada dirinya sendiri secara keseluruhan dalam situasi sosial. Peneliti akan lebih  dekat dengan informan ketika mereka berespon terhadap kehidupan. Ketika di lapangan peneliti tidak hanya mendengarkan sesuatu hal dikatakan masyarakat tetapi mengambil semuanya dari yang respon terkecil mereka dapatkan. Dalam hal ini peneliti disarankan  untuk mempertimbangkan elemen perilaku, pengetahuan dan semua yang membantu memperjelas data yang diperoleh. Wawancara yang dilakukan dalam etnografi bertujuan untuk menemukan arti budaya yang terjadi pada group social, terutama interaksi, konteks social dan konstruksi sosial dari pengetahuan.
  3. Analisis cultural, merupakan titik masuk dalam etnografi dan tahap akhir dari observasi partisipan. Dalam hal ini ancaman yang terjadi dalam observasi dan wawancara ditutup dengan pemahaman aktivitas budaya dan proses yang ditulis dalam catatan lengkap.

Menurut Fielding (dalam Seytowati 2006) analisis etnografi meliputi beberapa hal yaitu:

  1. Mengatur dan mengorganisasi materi-materi yang telah dikumpulkan
  2. Membaca kembali data-data tersebut
  3. Memilah-milah material kedalam bagian-bagian yang teratur
  4. Membangun, membandingkan dan membedakan kategori-kategori
  5. Mencari hubungan dan mengelompokan kategori bersama
  6. Menemukan dan mendeskripsikan pola, tema dan tipologi
  7. Interpretasi dan mencari makna.

Institusi-insttusi sosial

a. Sistem Kekerabatan

Pada masa pertengahan abada ke 19, para antropoogi  seperti J.J Bachofen, L.H Morgan, E.B. Taylor telah banyak membuat analisis mengenai keberagaman sistem kekerabatan yang ada di dunia. Dalam sistem kekerabatan terdapat dua prinsip keturunan

  1. Keturunan bilateral, yaitu hubungan kekerabatan berdasarkan keturunan melalui kerabat laki-laki, seperti pada masyarakat Eropa Barat.
  2. Keturunan matrilineal, yaitu hubungan kekerabatan berdasarkan keturunan melalui kerabat perempuan

      L.H. Morgan menemukan suatu metode penelitian sistem kekerabatan yang sangat penting yaitu bahwa beragamnya sistem kekerabatan erat kaitannya dengan sistem istilah kekerabatan, di mana suatu sistem kekerabatan dengan struktur tertentu membuat suatu deskripsi mengenai sistem kekerabatan suku bangsa yang bersangkutan. Dalam deskripsi etnografi mengenai suku bangsa, para antropologi banyak menaruh perhatian terhadap organisasi dan susunan masyarakat komunitas desa dan komunitas kecil. Hal tersebut berkaitan dengan persoalan pembagian kerja dalam komunitas, gotong royong dalam komunitas, hubungan pemimpin dan pengikut, cara pergantian pemimpin dan kekuasaan serta wewenang pemimpin. Berkaitan dengan hal tersebut, para antropologi banyak meneliti mengenai penggolongan masyarakat dalam golongan-golongan horizontal yang seolah-olah berlapis-lapis dengan golongan yang dipandang lebih tinggi atau lebih rendah daripada golongan yang lain.

b. Sistem Religi

      Religi telah menjadi bagian penting dalam tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa.     Bahan etnografi digunakan secara luas dan ilmiah, dan perhatian mengenai upacara keagamaan sangat besar dengan adanya dua hal, yaitu:

  1. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak secara lahir
  2. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi

Hal tersebut menyebabkan para etnografi yang datang ke suatu masyarakat dalam suatu suku bangsa akan akan tertarik dengan upacara-upacara keagamaan yang ada dalam masyarakat tersebut. Upacara-upacara tersebut nampak berbeda dengan upacara keagamaan bangsa Eropa seperti agama Nasrani, sehingga dari perbedaan tersebut muncul anggapan aneh dan kemudian keanehan  tersebut menjadi menarik perhatian. Asal mula religi membuat manusia menjadi percaya pada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggap lebih tinggi darinya, dan hal itulah yang kemudian menyebabkan manusia melakukan berbagai hal dengan cara-cara tertentu untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan kekuatan tersebut. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan religi berdasarkan pada getaran jiwa yang biasa disebut dengan emosi keagamaan.

Suatu religi dalam suatu kebudayaan mempunyai ciri-ciri untuk memelihara emosi keagamaan tersebut diantara pengikutnya yaitu

  1. Sistem keyakinan : mengandung konsepsi tentang Tuhan ynag baik dan jahat, konsep tentang makhluk halus seperti hantu dan roh leluhur, konsep kosmologi dan kosmogoni serta dunia akhirat.
  2. Sistem upacara keagamaan : terdapat empat unsur yang menjadi perhatian antropologi yaitu, tempat upacara keagamaan dilakukan, saat upacara keagamaaan dijalankan, benda dan alat upacara, serta orang yang memimpin upacara.
  3. Umat yang mengatur religi : berkaitan dengan pengikut suatu agama, hubungan satu dengan yang lain, dan hubungan dengan pemimpin agama

c. Sistem Mata Pencaharian

        Para antropologi menaruh perhatian pada sistem ekonomi yang  bersifat tradisional terutama kebudayaan suatu bangsa secara holistik. Sistem tersebut yaitu: berburu dan meramu, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, bercocok tanam menetap dengan irigasi. Antropologi hanya memperhatikan sistem produksi lokalnya seperti pengumpulan modal, pengerahann tenaga kerja, teknologi produksi, sementara sistem distribusi dan pemasaran yang lebih jauh dari pasar-pasar komunitas yang menjadi lokasi penelitian bukan menjadi perhatian ahli antropologi, dan hal tersebut merupakan lapangan para ahli ekonomi. Dalam mempelajari masyarakat berdasarkan mata pencaharian berkaitan dengan sumber alam dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi, konsumsi distribusi dan pemasaran.

d. Bahasa

       Bahasa lisan maupun tulisan untuk berkomunikasi dalam sebuah karangan etnografi terdapat deskripsi dan ciri-ciri penting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi dari bahasa tersebut. Ketika berada di lapangan pengarang etnografi berusaha mengumpulkan data tentang ciri-ciri yang menonjol dari bahasa suatu suku bangsa, batas penyebarannya, variasai gekgrafi, dan variasi menurut lapisan sosial. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suatu suku bangsa dapat dijelaskan oleh pengarang etnografi dengan cara mengklasifikasikan bahasa di dunia dalam rumpun, subrumpun, keluarga, subkeluarga bahasa yang wajar, dan contoh dari fonetik, sintaksis, fonologi dan sematik dari ucapan bahasa sehari-hari.

e. Kesenian

       Para pengarang etnografi pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20 mendeskripsikan benda-benda hasil seni, seni rupa, seni patung, seni ukir, dan seni hias dalam karangan-karangan mereka. Deskripsi tersebut memuat tentang bentuk, teknik pembuatan, motif hias dan gaya benda-benda kesenian. Dilihat dari sudut cara kesenian terdapat dua lapangan besar yaitu;

  1. Kesenian yang dapat dinikmati manusia dengan mata (seni rupa)
  2. Kesenian yang dapat dinikmato oleh manusia dengan telinga (seni suara)

f. Sistem Pengetahuan

          Para antropologi saat ini menyadari bahwa dalam suatu masyarakat sekecil apapun tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekeliling dan sifat-sifat dari peralatan yang dipakaiya. Dalam suatu kebudayaan memiliki suatu kompleks himpunan pengetahuan tentang alam, tentang segala tumbuh-timbuhan, binatang, benda, dan manusia disekitarnya yang berasal dari pengalaman-pengalaman masyarakat yang diabstraksikan menjadi konsep, teori, dan pendirian. Setiap kebudayaan bangsa-bangsa yang hidup dalam negara-negara kompleks dan modern, kebudayaan suatu kelompok suku bangsa yang berburu kecil, hidup terpencil dalam suatu daerah tundra, semua memiliki sistem pengetahuannya masing-masing. Di antara berbagai sistem tersebut terdapat satu sistem yaitu sistem dasar yang dilatekkan oleh filsafat Yunani Klasik, yang kemudian dikembangkan dalam kebudayaan bangsa Eropa Barat yang disebut Zaman Renaissance berdasarkan suatu disiplin dan suatu kompleks metodologi yang khusus. Sistem tersebut yang pada hakikatnya hanya merupakan salah satu sistem diantara banyaksistem pengetahuan lain yang disebut “ilmu pengetahuan”

g. Sistem teknologi

        Dalam karangan etnografi teknologi atau cara memproduksi, memakai  segala peralatan hidup dari suatu suku bangsa terbatas pada teknologi tradisional. Dari buku etnografi yang ditulis oleh para antropologi akhir abad ke 19 dan awal abad 20 mendeskripsikan suatu kebudayaan yang hidup sampai pada asas pranata serta adat istiadat yang belum begitu maju, sehingga para antropologi hanya mencatat unsur-unsur yang paling menonjol secara lahir atau kebudayaan fisik. Dalam teknologi tradisional sedikitnya terdapat delapan macam sistem peralatan dan kebudayaan fisik, yaitu: alat-alat produksi, alat membuat api, wadah, makanan, pakaian, tempat berlindung atau perumahan, dan alat-alat transportasi.

Untuk menambah wawasan mengenai kebudayaan di Indonesia, penulis menambahkan artikel mengenai budaya masyarakat Batak, yang dapat dilihat pada link berikut ini https://www.netralnews.com/news/rsn/read/9353/sisi.kekerabatan..religi..adat.perkawina

Selain artikel diatas, penulis juga memiliki beberapa pertanyaan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman anda mengenai materi diatas.

  1. Bagaimana seorang etnografer mengetahui respon masyarakat yang akan ditelitinya sebelum terjun langsung dan menjadi bagian dalam masyarakat untuk mencari data?
  2. Mengapa ketika seorang etnografer berada dilapangan untuk meneliti mata pencaharian masyarakat lebih memilih pada hal yang tradisional?
  3. Apakah setiap masyarakat memiliki kebudayaan ataukah kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat dalam lingkup yang luas saja? Lalu darimanakah sistem pengetahuan masyarakat tersebut diperoleh?
  4. Mengapa ketika seorang etnografer Eropa berada di lapangan untuk memcari data mengenai sistem religi masyarakat tertentu mendapatkan suatu hal yang dianggap aneh karena tidak sama dengan upacara keagamaan Nasrani di Eropa? Hal apakah yang menjadikan perbedaan dari keduanya?
  5. Mengapa seorang etnografer pada akhir abad ke 19 ketika berada di lapangan hanya mencatat unsur-unsur kebudayaan fisik?

Sumber :

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta

Setyowati.2006.Etnografi Sebagai Metode Pilihan Dalam Penelitian Kualitatif Di Keperawatan.Jurnal Keperawatan Online.Vol 10, No 1. Hal 35-40.https://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/171.(Di akses 2 November 2017 pukul 09:23)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: