Kearifan lokal desa Brengkol #3

Posted by: Maskur Ali in Pengetahuan Add comments

images (22)Assalamu’alaikum.,.
Salam cinta, salam damai, salam perjuangan, HIDUP MAHASISWA!!! Ehh salah sapa. Wkwkw.. 😀
Gimana kabarnya gaes??? Sehat kan?
Kali ini saya akan sedikit bercerita mengenai budaya / kearifan lokal yang ada di desa saya yaitu desa Brengkol, kecamatan Pituruh, kabupaten Purworejo.
Di desa Brengkol ada beberapa tradisi atau budaya yang masih terjaga, yaitu:
1. Among-among.
Among-among merupakan tradisi slametan yang biasanya dilakukan seseorang untuk “nyelameti” ketika membeli sesuatu yang baru, misalnya ketika membeli motor atau mobil baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk nylameti kendaraan suapaya waras / selamat / aman ketika digunakan. Biasanya orang yang mengadakan among-among ini akan mengundang anak-anak kecil yang ada di daerah itu.
Hal-hal yang ada biasanya meliputi: nasi yang diletakkan di atas kalo atau nampan dan daun pisang, sayur-sayuran sebagai lauk, telur godhog / rebus, minuman, uang recehan dan tempat cuci tangan yang ada daun tawa. Sebelum acara makan dimulai penyelenggara hajat berdoa dan diaminni anak-anak yang ikut.
Setelah selesai, biasanya anak-anak akan diberi uang receh misalnya 500, 1000 atau 2000 supaya mereka senang. Tradisi ini masih terjaga hingga saat ini meskipun agak sedikit memudar.
2. Metoni
Metoni merupakan tradisi slametan yang dilakukan pada tanggal 12 Rabbi’ul Awwal dan taggal 21 Ramadhan. Tradisi ini diikuti oleh semua warga desa Brengkol. Setiap keluarga membuat satu tenongan. Tenong merupakan sebutan untuk wadah makanan yang digunakan untuk Metoni.
Urutan pelaksanaan:
1. Setiap keluarga membuat makanan satu tenongan. Makanan itu meliputi: Ketan yang dibentuk lingkaran 4 buah ( 2 berwarna putih dan 2 berwarna coklat), oseng-oseng (mie, kubis, kentang) yang dialassi dengan daun pisang, nasi putih, opak (sebutan untuk lauk / kripik yang terbuat dari beras ketan, berbentuk tipis persegi panjang dan berwarna merah & putih, ayam ingkung dan pisang ambon.
2. Tenongan dibawa ke balai desa dengan dipikul. Di balai desa semua warga laki-laki berkumpul dengan membawa masing-masing tenongannya. Selanjutnya para pamong desa mendoakan dan mengambil sebagian isi dari tenong, meliputi: 1paha ayam, 1 jenang merah, 1 jenang putih, nasi dan sayur, 3 opak dan 2 pisang ambon. Setelah selesai semua warga pulang kerumah masing-masing, sedangkan pamong desa mengumpulkan makanan yang diambil tadi.
3. Giliran
Giliran merupakan acara kumpul para laki-laki (biasanya bapak-bapak) di suatu rumah setiap malam jum’at secara bergilir/pindah-pindah. Dalam perkumpulan ini berisi: tahlil, yasinan, doa dan makan-makan. Terkait tempat, Giliran berpindah-pindah dari rumah A ke B, B ke C dan seterusnya secara bergilir setiap minggunya.
Sebagai tuan rumah pada saat hari-H menyiapakan makanan/pacitan dan minuman misal gorengan, buah, kacang rebus, roti, dll. Bahkan pada kamis sorejya tuan rumah biasanya mengantar beberapa makanan kerumah tetangga sekaligus mengundang.
Sekian postingan kali ini.
Wassalamu’alaikum…

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidikmisi blog award. Tulisan ini saya buat sendiri dan tidak njiplak.

Leave a Reply


Lewat ke baris perkakas