#Salam_warga_konservasigrin emotikon
“Konservasi itu, Aksi…. Bukan-nya Sensasi” [Ini versi saya]
Baru baru ini kita menyaksikan dan mengetahui peluncuran logo baru unnes yaitu Unnes Konservasi yang buming dan ber-gema di telinga “semangat konservasi….!!! konservasi Unnes…!!!” Ini-Lah, adalah suatu bukti bahwa Unnes itu kampus yang kreatif,peduli,humanis,inspiratif,inovatif,sportif,jujur dan adil. Namun,dari bebarapa pilar konservasi ini, jangan hanya terucap di bibir saja, akan tetapi melalui aksi nyata… oke…!!
aksi bagaimana yang saya maksud..?? aksi factual dalam kehidupan keseharian kita.
Pilar pertama aksi(tindakan) saya ambil dari anjuran berjalan kaki di lingkungan kampus. Selain sebagai aksi konservasi, juga pengurangan asap kendaraan guna menekan global warming pada tingkat global dan bagian aksi menjadikan lingkungan bebas dari polusi . berjalan kaki adalah olahraga sebagai penguatan mental maupun fisik. kita galakan aksi by’sikel(alias berjalan kaki) di lingkungan sekitar dengan penghematan bahan bakar mobil maupun sepeda motor di lingkungan kampus .wujud konservasi jangan hanya sebagai bahan sensasi balaka, tetapi dengan bukti kuantitatif di lapangan dan penerapannya bagaimana…?.Tidak hanya mudah bicara konservasi tapi harus berdasar aksi.
Pilar kedua, saya ambil dari peduli akan lingkungan dan peduli sesama,peduli lingkungan dengan cara menjaga tidak malah membuat kerusakan. seringkali kita menuntut hak tapi tidak menjalankan kewajiban. ibarat-nya anda membuang satu sampah sembarangan padahal kalau di fikir “Bagaimana dengan yang lain-nya…? Umpama iya…?.juga demikian, Berapa banyak sampah yang tercecer…? jangan hanya pandai teori tapi praktik-nya juga oke.. Ingat..!! di mana-pun kita berpijak jangan menebar sampah sembarangan.. Mari kita bersama budayakan peduli akan lingkungan,karena, berawal dari lingkungan-lah akan tertata suatu keharmonisan dalam kehidupan.Sedangkan peduli pada sesama, semisal di tanya teman masalah pelajaran, dan suruh menerangkan, ehh malah pura pura tidak mengerti atau malah menutup diri untuk berbagi”tentu hal demikian tidak-lah tepat berdasar konsep konservasi peduli dengan teman yang membutuhkan bantuan, alangkah baiknya ilmu itu di sebar luaskan walau hanya satu kalimat, ini adalah contoh bahwa kita belum paham makna di balik konservasi.
sebatang pohon padi semakin padi itu berisi maka semakin lah dia merunduk,sebaliknya manusia-pun harusnya begitu, semakin dia pandai, memiliki adikuasa, bertahta pula, jangan menyombongkan diri, apalagi angkuh,merasa bahwa dirinya wooowww dan segalanya…
karena pada hakikatnya semua yang kita miliki kuasa sang pencipta,kita hanya sekedar di tumpang’i saja dan jangan melupakan-nya. Ojo rumongso biso tapi biso’ow rumangso( jangan “merasa” bisa tapi bisalah merasa). Ingat..!!Sepandai,seperfect-nya manusia tetap ada yang lebih dari kita, karena dunia itu berputar dan tidak hanya mengitari porosnya saja.
Pilar ketiga kita canangkan konservasi,berani ber-aspirasi ungkapkan gagasan,wujudkan nilai inspiratif, mengapa harus demikian…?? Jelas harus…!! bukti faktualnya, jadilah masyarakat yang kritis bukannya apatis, baik di dunia nyata melalui sikap me’masyarakat (argumentasi face to face) dan di dunia maya pada (facebook,Twitter,instaqram dan line). lebih lebih seorang mahasiswa harus kritis. Kritis dalam konteks gagasan ide yang membawa perubahan positif pada lingkungan. jangan jadi orang yang berasumsi” bodo amat/masa bodo/terserah-Lah” atau Idem aj gua..? bodo amat boleh, dalam hal tidak nge-kepo’in(Rasa ingin tau) urusan orang lain,It’s oky Lah….! tapi kalo masalah publik relation/kelembagaan, ayo lah….? sama sama berkonstribusi. Hal ini pastinya demi kemaslahatan bersama, tercapai-nya suatu visi-misi(Dream) Unnes . Jiwa muda harus lebih kritis dalam mengungkapkan statement. Jangan sampai anak muda ko’k di bilang Apatis…? jiwa muda adalah calon kader kader pemimpin negara dan bangsa di masa kini dan mendatang, menuju negara maju. Kalau kita bersistem Idem(terserah)/Apatis(tidak mau tau dan gak ingin tau) negara kita kapan maju-nya…? kapan bisa mengungguli negara maju kancah nasional maupun internasional…? Konteks ini di butuhkan sumbang gagasan dan aksi dari kaum muda-mudi semua tak lupa harus dengan Aksi. Dapat di pastikan, apabila semua elemen mau berpedapat menyalurkan Ide baik berupa gagasan pembenahan suatu sistem dan tak ragu dalam berapresiasi, negara kita, Indonesia ku MAJU dan tidak butuh waktu lama. Maju, baik sektor ekonom, pariwisata,pelayanan,tecnologi,pendidikan dan ke-semuanya. Hal ini lah pilar-pilar Konservasi yang menjadi landasan untuk selalu bergerak maju. pada konteks penyaluran gagasan berapresiasi terdapat 2 elemen yang di gunakan sebagai perantara, pertama sosial media maya(sosmedima) sosmedima memiliki peran yang begitu signivikan dalam kemajuan negara artinya orang yang sungkan berargumen di depan publik dapat memanfaatkan perantara ini dalam beraspirasi karena mode nya abstrak(non face to face) . Sosmedima menjadikan masyarakatnya lebih transparan dalam berpendapat maupun berasumsi. penggunaan sosmedima tak lepas berdasar tujuan tujuan ajakan untuk berbudaya ‘konservasi..
Pilar ke-empat(4) nilai humanis, menghargai siapapun, “Tak Pernah Memandang Siapa Kamu” entah beda usia,tahta dan kedudukan, intinya all(menyeluruh). Aspek ini mengajarkan tidak membanding-mandingkan strata orang yang harus di hargai. Makna hargai sendiri, tidak harus memberi penghargaan berupa piala,Thropy atau sejenisnya, tetapi implementasi nya lebih kepada sikap. Menghargai sesama jangan memilih-milih,kadang kalanya, menghargai seseorang berdasar karena dia memiliki kedudukan(title,pangkat ataupun drajat).Kalau kedudukan di masyarakat tinggi di ajeni(di hormati) kalo orang miskin(finansial rendah) terkadang boro-boro saling sapa..? malah terkadang di diem’in aja kalo lewat,di ajak berbicara-pun tidak terlalu merespon. Ini adalah bukti faktual yang saya amati di lapangan, ada orang era sekarang menilai seseorang berdasarkan seberapa banyak materi(harta) yang dimiliki,perlu di renungkan harta tidak menjadi bekal ketika kita mati akan tetapi amal baik-lah yang membawa kita ke syurga nanti. . Tentu hal ini adalah penyelewengan berdasar sikap Konservasi dalam menghargai seseorang . Versi saya dalam konteks ini, “ngajen’ono wong liyan brayan,podho wae kowe ngajeni awakmu dhewe” intinya,hormati semua orang meski-pun kamu tidak mengenal-nya kalo mau di hormati,hormati-lah orang lain. Sama dengan menghormati dirimu sendiri. jangan pandang bulu(pilih-pilih). pilar konservaasi humanis salah satunya adalah kode etik komunikasi,Tentu Dalam berkomunikasi penuturan bahasa harus sesuai berdasar siapa yang kita ajak berdialok. Bahasa untuk yang muda tentu berbeda dengan yang lebih tua. Dalam berbahasa tentu penerapannya nya tidak hanya secara internal tapi juga secara external maksudnya, seringkali orang mengaplikasikan gaya bicara di dunia nyata dengan di dunia maya berbeda, ketika di dunia nyata santun tapi di dunia maya ceplas ceplos asal argumen saja,hal ini tentu menjadi suatu pemblajaran bahwa bahasa merupakan cerminan diri kita, bentuk ekspresi kita,bahasa itu konsumsi pablik jadi, berbahasalah dengan tepat serta santun. Karena di dunia maya terlihat abstrak. Jangan berani berbicara asal ngaco tanpa di fikir,menyalurkan pendapat merupakan kebebasan tapi tidak serta merta bahasa se’enaknya yang terlontar. Humanis banyak ragamnya, salah satu-nya dalam pergaulan,bersikap supel(kemudahan beradaptasi dengan semua orang) , entah kamu di mana..? dan lagi sama siapa..?karena dari situ kita dapat ambil manfaat-nya dari lawan bicara yang kita ajak berargumen.Awalnya boleh tidak mengenal, tapi akhirnya kenal,dari sikap sok kenal(supel) kamu bisa dapetin apa yang kamu gak tau menjadi tau.
Pilar ke (5) Nilai kejujuran, kejujuran aspek penting dalam konservasi. jujur perkataan maupun tindakan.
Dari segi perkataan, berbicara apa adanya dan tidak ada apa-nya? tidak di buat-buat,karena apabila di buat-buat yang binggung diri sendiri untuk mencari-cari jawaban di balik guyuran pertanyaan.Untuk tidakan jujur, kita awali dari diri kita masing masing (personality).karena yang dapat menilai di setiap tidakan kita adalah diri kita sendiri.
Pilar ke (6), bukti dari pada konservasi ialah kreatif, kreatif dalam menyikapi masalah secara cerdas(tanpa masalah).maksudnya apabila menghadapi suatu masalah yang sekiranya di anggap berat tidak serta merta mengambil jalan pintas(mutungan/putus Asa) akan tetapi mencari solusi yang sistematis,logis dan relavan, tanpa mengganggap masalah itu tak bisa teratasi.Karena perlu di ketahui setiap insan yang memiliki nyawa itu pasti memiliki masalah tinggal kita pandai-pandai nya menyikapinya dengan konsep kreatif, berfikir cerdas atasi masalah bertuah solusi.
Pilar ke (7)selanjut-nya ada Adil,adil artinya tidak membeda-beda kan tingkat golongan dalam masyarakat.Seringkali konsep adil belum berjalan sesuai kenyataan-nya baik adil dari segi penetapan kebijakan hukum publik, ini masih menjadi polemik yang sulit di pecahkan.Mengadili suatu perkara tapi tidak berdasarkan asas-asas kebijakan yang sebenarnya.contohnya yang sering terjadi, banyak di jumpai kasus kasus serupa penetapan hukuman pada pelaku tidak kriminalitas pembunuhan. semisal,tersangka katakan-lah seorang(pembisnis/ber-kantong)dengan si korban-nya (finansial rendah/ber-kosong), ketika perkara sudah masuk kepada hakim agung, justru putusannya tidak relavan apabila di tela’ah dari kesalahan yang di lakukan (penetapan hukum publik) alias di ringan kan .padahal konsepnya menghilangkan nyawa seseorang, hukumannya sudah tertulis,di musyawarahkan secara publik dan sudah ada ketentuannya, tapi kenapa terkadang tidak sesuai realitanya.?tak hanya itu, dapat kita soroti juga dari kasus terpidana pencurian sandal,ayam, terpidana yang di pidanakan di luar tingkat kesalahan yang di perbuat. hukuman di batas ketidakwajar’an.Lucu kalo di fikirkan hukum di negara kita, konteks perkara yang simple di heboh-heboh kan bahkan di bumingkan. Sedangkan konteks besar(penggelapan saham,korupsi) seolah Diam tersembunyi tanpa suara menggema, dan tidak di besar-besarkan… nah ini berdasarkan apa coba…? tidak mungkin kalo konteks peradilan ini , tanpa taktik (terselubung)penyuapan? Akan tetapi kemungkinan besar-nya bisa dari, system/konsep yang perlu pembenahan. Adapun mengenai penyuapan dalam peradilan Pernah mendengar selentingan ucapan”barang siapa kantong tebal dia lah yang menang” apakah konsep penegak hukum seperti ini…? tentu Tidak..!! Nah ini lah menjadi PR besar kita khususnya Civitas akademica unnes yang calon-calon pengacara(lowyer)maupun penegak hukum untuk menegakkan konsep hukum berlandas dasar konservasi”adil” yang tengah di canangkan unnes. Brantas-lah kekejaman,ketidakadil’an di balik ketidakmurnian kebijakan hukum indonesia.
Demikian beberapa ulasan dari pilar konservasi yang dapat saya uraikan. Garis besarnya, kini, UNNES telah berlogo-kan konservasi. Tentu hal ini,meningkatkan eksistensi dan menjadi kekuatan secara fisik,mental dan rohani bagi segenap civitas academika mahasiswa Unnes untuk menjadi lebih unggul dan selalu berkarya,tidak hanya keren Logo-nya tapi keren prestasinya,semoga bukan sekedar tulisan, tapi kedepannya Unnes menjadi kampus di indonesia yang fenomenal (Amin) Harapan konservasi ini, bukan hanya sebagai isapan jempol belaka(salut).Akan tetapi menjadi ciri khas UNNES.
UNNES…UNNES..UNNESSSS #Buming Konservasinya….?
#Buming Aksi-nya di Kancah Global.
#salam_konservasi
Archive for the Category ◊ Uncategorized ◊
Seiring perkembangan zaman global , perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pun menuai kecanggihan..berbagai macam model maupun genre di luncurkan, yaahh sebut saja varian handphone mulai dari gadget, tablet dan lain sebagainya, namun perkembangan ini jangan jadikan alasan untuk tidak saling sapa di lingkungan masyarakat. sering saya amati para pengguna telefon genggam sering acuh tak acuh pada lingkungan sibuk senyam senyum sendiri dengan leptop maupun gadgetnya…lantas jangan sampai-lah terperdaya. kita orang indonesia, satu bangsa dan satu negara lebih lebih tinggal di pulau jawa. jangan sampai budaya saling sapa tergerus oleh arus globalisasi yang pada akhirnya melahirkan sikap individualisme.. tentu, perkembangan TIK jangan membuat kau berbuat acuh/ angkuh terhadap lingkungan pada hakikatnya kita tak bisa terlepas dari dari lingkungan, perlu adanya sosialisasi interaksi agar keharmonisan budaya maupun sesama terjaga dan budaya saling sapa tak hilang di telan masa. jangan gunakan alasan gara gara tidak mengenal lantas berdiam diri/apatis, budaya kita tak ajarkan diam tanpa kata tapi ajarkan budaya keramahan dengan setiap elemen yang ada “budaya seribu bahasa beribu kata”.hal ini lah yang menjadi kata kunci, karena pada intinya semakin kita memperbanyak kenalan atau pun relasi di manapun kita berada tidak akan mati gaya , tak kan pernah merasa nestapa/sendiri baik kapanpun dimana-pun kita berada selalu ada saja teman..karena dunia ini global dan tak sesempit daun kelor jadi berusahalah membumi..semakin banyak teman semakin banyak ilmu yang di dapat, pada awalnya tidak tau tapi kamu dapat kan berbagai hal dari temanmu, jangan pernah memilih2 milih teman untuk di sapa dan di jadikan teman, tapi pilihlah mana makna positif yang harus di ambil dari suatu pertemanan..tentu pada setiap personal memiliki sisi positif, maka ambil-lah ilmu itu yang sesuai dengan hatimu.
jangan apatis tapi berusahalah membumi, bisa di sana dan bisa di sini..jangan terpengaruh dengan keasyikan teknologi. boleh boleh saja gaul tapi jangan lupakan lingkungan. memang pada hakikatnyadi era sekarang(teknologi) aktif di media agar tak ketinggalan berita. berbudaya konservasi tentu. karena kita berasal dari unnes konservasi .#salam_seMisi #salam se’Bumi..
Recent Comments