BAB KEJUJURAN
Bab Kejujuran
Ibnu Qayyim Al-Jauziyya menyebutkan dalam kitab Madarijus Salikin (2/268) makna kejujuran sebagai berikut : “ia adalah kedudukan suatu kaum tertinggi yang dengannya seseorang dapat mencapai sejumlah kedudukan para salih, dan jalan lurus yang ditempuh orang-orang saleh. Dengannya dapat dibedakan antara orang-orang munafik dari orang-orang yang beriman, para calon penduduk surga dan calon penduduk neraka.”
Kejujuran adalah pedang Allah yang diletakkan di bumi-Nya, sehingga dapat membelah berbagai kebatilan dan kejahatan. Siapapun yang berkata jujur, maka ia akan mengalahkan kebatilan musuh-musuhnya.
Kejujuran adalah roh segala perbuatan, dan tempat segala keadaan, benteng dari segala kesulitan dan pintu bagi mereka yang ingin sampai kepada Allah.
Kejujuran adalah pokok pembinaan agama dan tonggak keyakinan.
Kejujuran adalah derajat kedua setelah kenabian, yaitu derajat tertinggi bagi orang-orang yang berilmu tempat mereka berada di dalam surga.
Kejujuran adalah persamaan antara lahir dan batin dalam tutur kata dan perbuatan yang sebenarnya.
Allah berfirman dalam QS. At-Taubah : 119
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”
Firman Allah di atas membaritahu bahwa kebenaran dan kejujuran adalah kebaikan dan jalan selamat. Suatu perbuatan akan dinilai hanya karena kesungguhan dan kejujurannya.
1.) Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “ Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun ke surge. Silahkan seseorang berlaku jujur supaya ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Silahkan seseorang selalu berdusta sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” Muttafaq alaih (HR. Bukhari: 6094 dan Muslim: 103/2607).
2.) Dari Abu Muhammad alias Al-Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib ra.,ia berkata : “Saya hafal beberapa kalimat dari Rasulullah saw., yaitu tinggalkanlah apa yang membuat kamu ragu-ragu untuk beralih kepada apa yang membuatmu tidak kamu ragu-ragu. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan, dan dusta menimbulkan kebimbangan” (HR. At-Tirmidzi: 2518. Katanya, hadits ini sahih).
3.) Dari Abu Sufyan Shakhar ibn Harb ra. Dalam sebuah haditsnya yang panjang tentang kisah Hiraklius. Hiraklius bertanya: “Apa yang telah diperintahkan oleh Nabi saw. kepada kalian?” Abu Sufyan menjawab: “Beliau bersabda; “Sembahlah Allah Tuhan Yang Maha Esa dan janganlah kamu mempersekutukan apapun dengan-Nya, serta tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian.” Beliau juga menyuruh kami salat, berlaku jujur, menjaga kesucian, dan menyambung hubungan kekeluargaan.” Mutafaq alaih (HR. Bukhari: 7 dan Muslim: 1773).
4.) Dari Abu Tsabit atau Abu Sa’id, atau Abul Walid Sahal ibn Hunaif, salah seorang veteran perang Badar ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang benar-benar mohon kematian syahid kepada Allah swt., niscaya Allah akan mengantarkannya ketingkatan syahid, walaupun ia mati di atas tempat tidurnya.” (HR. Muslim: 1909).
5.) Dari Abu Hurairah ra., berkata: “Rasulullah saw. Bersabda “Ada seorang Nabi yang sewaktu akan berangkat berperang berpesan kepada kaumnya: “Jangan ikut aku seseorang yang menikah dan belum sempat berkumpul dengan istrinya, seorang yang sedang membangun rumah dan belum selesai, dan seseorang yang baru membeli kambing atau unta yang sedang menunggu kelahiran anaknya.” Sang Nabi pun berangkat berperang. Ketika berada dekat sebuah dusun kira-kira menjelang waktu Ashar, ia berkata kepada matahari: “Wahai matahari, sesungguhnya kamu diperintah dan aku juga diperintah. Ya Allah, tolong tahanlah ia untuk membantu kami.” Maka tertahanlah matahari sampai Allah memberikan kemenangan kepada sang Nabi ini. Setelah ia mengumpulkan barang-barang rampasan perang, tiba-tiba muncul api hendak melumatnya tetapi tidak sanggup. Ia lalu berkata: “Sesungguhnya di antara kalian pasti ada yang curang. Oleh karena itu setiap kelompok harus mengirimkan satu orang untuk berbaiat kepadaku.” Maka ada salah seorang yang tangannya melekat (tidak bisa dilepaskan) dengan tanagn Nabi, Ia berkata kepada orang itu: “Di antara kalian pasti ada yang curang. Oleh karena itu kelompokmu harus berbaiat kepadaku.” Maka melekatlah tangan dua atau tiga orang dengan tangannya. Ia berkata: “Kamulah yang curang .” Mereka lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan sang Nabi. Lalu muncullah api dan memakannya. Itulah sebabnya sebelum kalian barang-barang rampasan perang itu tidak di halalkan. Tetapi kemudian Allah menghalalkannya untuk kita, karena Allah melihat kelemahan kita. Jadi karena kita ini lemah, maka Allah menghalalkan barang rampasan buat kita.” Muttafaq alaih (HR. Bukhari: 3124 dan Muslim: 1747)
6.) Dari Abu Khalid Hakim ibn Hizam ra., ia berkata: “Rasulullahn saw. bersabda: “Dua orang yang berjuan beli itu boleh memilih sepanjang mereka belum berpisah. Jika mereka berlaku jujur dan berterus terang, niscaya jual beli mereka diberkahi. Tetapi jika mereka menyembunyikan dan berdusta, jual beli mereka dihapus berkahnya.” Muttafaq alaih (HR. Bukhari: 2079 dan Muslim: 1532)
Add your comment