• Friday, November 17th, 2017

 

Sisi Lain Nabi Muhammad SAW

Oleh Agung Kuswantoro

 

Berbicara sosok Nabi Muhammad SAW, pada akhirnya kita akan kagum akan kepribadiannya. Dalam kitab atau buku, baik dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris mengkaji tentang Nabi Muhammad SAW dengan detail tentang kesolehan dan akhlaknya. Sebagai umatnya, kita wajib mengimaninya. Mengimaninya sebagai bentuk rukun iman kepada Rosulnya. Ini merupakan rukun iman yang ke-4. Lalu adakah sisi lain dari Nabi Muhammad SAW sebagai manusia?

 

Dari beberapa referensi buku yang saya baca, ada beberapa sisi lain mengenai Nabi Muhammad SAW. Pertama, Nabi Muhammad SAW waktu lahir dalam keadaan yatim. Nama ayahnya bernama Abdullah, sedangkan ibunya Aminah. Abdullah meninggalkan Nabi Muhammad SAW (anaknya) saat ia dalam kandungan. Abdullah meninggal saat pulang dari negeri Syam. Setelah membawa barang dagangan, kemudian saat pulang, Abdullah sakit dan dimakamkan di desa sekitar Madinah. Usia Abdullah waktu itu adalah 24 tahun.

 

Kemudian, Nabi Muhammad SAW lahir. Pada hari Senin 12 Robiul Awal tahun Gajah. Saat Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan sudah dikhitan, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Aisyah yaitu Rasulullah bersabda, “Termasuk dari kemuliaanku adalah aku dilahirkan dalam keadaan telah dikhitan dan tidak ada seorang pun melihat aurotku”. Hadist ini, sangat jelas, bahwa Nabi Muhammad SAW lahir sudah dalam keadaan dikhitan.

 

Kedua, menikah. Nabi Muhammad SAW itu menikah, layaknya manusia pada umumnya. Istri pertamanya adalah Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘Anha. Khadijah, dalam tarih (sejarah), bahwa Khadijah sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW pernah menikah dengan Abu Halah dan Atiq. Saat menikah dengan Abu halah dikaruniai dua anak, bernama Hindun dan Halah. Kemudian, saat menikah dengan Atiq, dikaruniai seorang anak bernama Hindun pula.

 

Adapun Putra-Putri Nabi Muhammad SAW bernama Qosim, Zainab, Ruqoyyah, Umi Kulsum, dan Fatimah, sebagaimana dalam Nadhom dalam Kitab ‘Aqidatun ‘Awam

 

Kelima putra-putri tersebut dilahirkan di Mekkah sebelum menjadi Nabi. Sedangkan putra yang dilahirkan setelah menjadi Nabi adalah Abdullah. Dan, ibu yang melahirkan mereka adalah Khodijah. Yang pertama kali meninggal dunia diantara putra-putri Nabi Muhammad SAW adalah Alqosim dan Abdullah.

 

Ketiga, sedih ditinggalkan (baca:wafat) Khadijah. Nabi Muhammad SAW sangat berduka dengan wafat Khodijah. Karena, pada tahun yang sama Nabi Muhammad SAW sedang ada permasalahan situasi yang tidak mendukung yaitu pembekotan. Bahkan, di tahun yang sama, Abu Tholib pun meninggal dunia, dalam tarih disebutkan 2 bulan setelah Khodijah meninggal, Abu Tholib pun meninggalkan Nabi Muhammad SAW.

 

Ketiga peristiwa ini, mari kita kaji dari sisi kemanusiaan seorang Muhammad SAW. Point pertama yaitu Nabi Muhammad SAW seorang manusia “murni”. Ia bukan “dewa” atau “titisan dewa”. Ia bukan orang yang “sakti”. Bahkan, posisi kelahirannya sudah dalam keadaan yatim. Umumnya manusia lahir, lengkap dengan orang tua dan orang tuanya menyambut kelahiran anaknya dengan bahagia. Tetapi, Nabi Muhammad SAW, justru seorang yatim. Namun, keadaan yang demikian, tidak membuat Nabi Muhammad SAW “hati”nya menjadi kecil. Terbukti Nabi Muhammad SAW, bisa menjadi seorang pemimpin dan Rasul. Orang yang lahir dengan kedua orang tua  (Bapak-Ibu) saja, belum tentu bisa sukses. Maknanya, dalam diri Nabi Muhammad SAW penuh dengan perjuangan.

 

Mau bicara warisan? Jelas, tidak ada, karena ia lahir sudah yatim. Mau bicara jabatan? jelas tidak ada, karena saat lahir kedua orang tuanya sudah meninggal. Lalu, apa yang ia dapat? Yang ia dapat adalah diri dan Allah untuk selalu optimis dalam menjalani kehidupan.

 

Ia menjadi pemimpin karena ditunjuk oleh Allah dan dibesarkan oleh lingkungan. Saat berumur 7 tahun, sudah belajar menggembala kambing atau angon. Saat masih muda, sudah belajar berwirausaha. Saat usia 25 tahun sudah menikah dengan mahar dari uangnya sendiri. Menarik hidupnya. Tidak ada catatan “harta turun dari langit”. Semua proses dilalui dengan usaha dan tawakal.

 

Point kedua, adalah Nabi Muhammad SAW manusia yang juga menikah. Naluri seksualnya ada. Jangan berpikiran Nabi Muhammad SAW itu seperti Malaikat. Tidak! Nabi Muhammad SAW punya nafsu, sebagaimana manusia lainnya. Nabi Muhammad SAW pun bisa sakit. Bahkan, Nabi Muhammad SAW memiliki putra putri (anak). Maknanya, ada perkawinan dengan perempuan. Ada naluri seksual. Wajar sebagaimana manusia lainnya, sebagaimana dalam Nadhom dalam kitab ‘Aqidaul ‘Awam berikut:

 

Point ketiga, adalah Nabi Muhammad SAW merasakan sedih, sama halnya manusia lainnya. Wajarnya, manusia jika ditinggalkan oleh orang yang tercinta, yaitu istri (Khadijah) dan Pamannya (Abu Tholib) meninggal dunia, Nabi Muhammad SAW pun berduka, sehingga tahun tersebut diberi nama Yaumul Khazan atau hari berduka.

 

Melihat keadaan seperti itu, Allah pun tak tega, melihat hambanya larut dalam bersedih, sehingga di tahun tersebut ada peristiwa Isro’ Mi’roj, yang juga sarana menghibur Nabi  Muhammad SAW dengan terbang menembus batas, sekaligus menerima wahyu berupa sholat.

 

Ada beberapa catatan dari ketiga point tersebut, sosok Nabi Muhammad SAW, yaitu berjuang, ulet, sabar, dan tidak balas dendam. Karakter it muncul pada diri beliau. Dapat dilihat darimana karakter itu?

 

 

Pertama, karakter tidak balas dendam. Ternyata Nabi Muhammad SAW pun pernah luka, hingga berdarah. Bahkan giginya pun lepas. Sakit? Pasti! Namun, Nabi Muhammad SAW tidak dendam dengan suku Quraisy. Malah berdoa, semoga keturunannya bisa menjadi hamba yang beriman.

 

Kedua, karakter “guyup” atau kebersamaan. Terlihat saat “sayembara” membawa Hajar Aswad. Yang menang adalah Nabi Muhammad SAW, karena Ia datang paling awal ke masjid untuk Sholat. Berarti dialah yang berhak membawanya, namun ada empat qabilah yang membawa dan mengangkut Hajar Aswad. Justru Nabi Muhammad SAW melepaskan sorbannya untuk membawa Hajar Aswad, lalu pemuka suku (qabilah) yang lainnya ikut membawa hajar aswad di ujung sorbannya.

 

Ketiga, karakter “sabar’. Tampak saat Nabi Muhammad SAW tidak membalas air ludah yang ia terima saat akan sholat. Ia selalu menerima air ludah saat akan ke masjid, hingga ia meninggal dunia. Jadi, peristiwa itu berlangsung lama. Ia sama sekali tidak membalas perlakuan orang meludahi tersebut.

 

Dari pembicaraan di atas, intinya ada dua garis besar yaitu :

  • Nabi Muhammad SAW sama halnya manusia biasa. Ia merasakan sedih, senang, sakit, dan sehat. Nafsu seksualitas pun beliau tetap ada.
  • Yang membedakan antara manusia lainnya, dengan sosok Nabi Muhammad SAW adalah akhlaknya, contoh teladan akhlak terbaik untuk level manusia adalah Nabi Muhammad SAW. Pilihlah contoh yang paling tepat untuk teladan kehidupan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Jangan sampai keliru. Karena “tokoh” manusia yang selama ini kita kagumi, belum tentu memiliki akhlak, sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Waallahu’alam.

 

Semarang, 16 November 2017

 

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply