• Friday, August 19th, 2022

Bismillahirrohmanirrohim. Izinkan saya menulis cerita ini, Insya Allah kita belajar sisi positifnya. Dan, Insya Allah tulisan ini tidak ada unsur membenci atau berpolitik. Tulisan ini semata-mata agar saya lebih berhati-hati dalam hidup. Mari belajar bersama.

Mendamba Bapak “Munir-Munir” Berikutnya Untuk Kemajuan Pemalang

Oleh Agung Kuswantoro

Tertangkapnya Bupati Pemalang dalam Operasi Tangkap Tangan/OTT KPK, saya sebagai warga Pemalang menjadi prihatin. Memang beberapa isu—akhir-akhir ini—sering terdengar di beberapa media terkait kota yang “bermotto” Ikhlas itu, seperti: jalan rusak, “pergantian” slogan di Selamat Datang Kota Pemalang, korupsi dan beberapa isu lainnya.

 

Lantas saya teringat masa tahun 1995 – 2001 dimana saya masih SMP hingga SMA. Pada tahun yang sama (1995-2001), saya juga menjadi santri Salafiyah Kauman Pemalang. Saya kesemsem dengan sosok Bupati bernama Bapak Munir. Saya menyebutnya Bapak Munir itu Kiai.  Mengapa saya menyebut Kiai? Karena perilakunya baik sekali. Pendekatannya saat menjabat Bupati selain kepada pejabat, juga mendekati ulama dan menyukai masjid.

 

Setiap even/kegiatan yang diselenggarakan oleh Salafiyah Kauman Pemalang hampir dipastikan hadir; saat salat Jumat, selalu hadir sebelum adzan pertama dengan mobil Daihatsu Jeep, dan mengundang santriwan-santriwati Salafiyah pada malam Jumat untuk tahlil/berdoa di pendopo kabupaten Pemalang. Bahkan usai tidak menjabat sebagai Bupati, Bapak Munir pernah menjadi khotib solat Jum’at di Masjid Agung Pemalang dengan pasaran Kliwon.

 

Oh ya, saya dapat informasi dari kerabat di Pemalang bahwa Bapak Munir masih aktif menjadi khotib di Masjid Agung Pemalang hingga sekarang dengan pasaran Kliwon. Termasuk, kebiasaan mengundang santriwan-santriwati Salafiyah pada malam Jumat untuk tahlil/berdoa di pendopo kabupaten Pemalang masih berlangsung.

 

Suatu saat, ketika saya SMP punya pengalaman dengan Bapak Munir yaitu diberi beasiswa selama 1 tahun full. Alhamdulillah, saya dapat uang untuk biaya SPP selama 1 tahun, dan masih sisa dari pemberian tersebut. Sisa uang tersebut, saya tabung untuk biaya kuliah (kelak), waktu itu. Bapak Munir sangat peduli dengan kegiatan sosial, terutama anak yatim dan pendekatan yang sangat baik dengan pondok pesantren dan masjid.

 

Sekarang, saya mendamba Bupati Pemalang yang seperti itu. Semoga akan muncul Bapak “Munir-Munir” berikutnya untuk kemajuan kota dengan makanan khas grombyang dan nanas madu Pemalang (Blelik). Amin. []

 

Semarang, 14 Agustus 2022

Ditulis di Rumah jam 05.55 – 06.01 Wib.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply