• Friday, November 13th, 2015

Kepramukaan Sebagai Pendidikan Karakter Progresif  dalam Rangka Mewujudkan Remaja Bermoral di Desa Jungpasir

1. LATAR BELAKANG

Maraknya tindakan-tindakan amoral yang terjadi di Indonesia khusunya yang dilakukan oleh kebanyakan remaja saat ini sungguh menjadi tamparan keras bagi bangsa Indonesia. Mulai dari tindak kekerasan, kriminalitas seperti tawuran antar sekolah atau geng, pembunuhan, pencurian dan yang paling identik dengan permasalahan remaja adalah pergaulan bebas serta pemakaian obat-obat terlarang. Hal tersebut sudah menjadi bumbu kehidupan para remaja yang tidak lazim dan semakin membudaya. Hal ini menandakan bahwa apa yang terjadi pada para remaja saat ini adalah wujud dari lemahnya pendidikan karakter dan moral di Indonesia.

Pernah dikatakan oleh Theodore Roosevelt bahwa mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan pada aspek kcerdasan moral adalah ancaman mara bahaya pada masyarakat. Hal tersebut tidaklah jauh berbeda dengan apa yang di alami oleh remaja bangsa kita saat ini. Tidak seimbangnya kecerdasan otak dan kecerdasan moral pada diri remaja menyebabkan degradasi moral yang luar biasa. Padahal tujuan pendidikan yang sebenarnya adalah seimbangnya dua aspek kecerdasan tersebut. Makin banyaknya kasus yang menimpa para remaja menimbulkan kesan Bangsa Indonesia mulai kehilangan jati dirinya. Di sisi lain, Pancasila sebagai ideologi bangsa kini juga perlahan mulai memudar dari pandangan hidup masyarakat apalagi didukung oleh adanya westernisasi dan banyaknya budaya barat yang masuk serta dapat dengan  mudah diakses dan dijumpai oleh siapapun dan di manapun membuat semakin mirisnya moral bangsa kita.

Demikian pula yang menimpa remaja-remaja di Desa Jungpasir. Berbagai permasalahan yang timbul akibat sikap dan perilaku menyimpang oleh remajanya mengakibatkan banyak aspek dalam masyarakat mulai memudar khusunya memudarnya karakter dan moral seperti mabuk-mabukkan, kekerasan, membolos sekolah, merokok, penghinaan terhadap guru bahkan permasalah yang paling tren saat ini yaitu gejolak asmara remaja yang berlebihan yang mengakibatkan pergaulan yang tidak sehat sehingga membuat para orang tua dan masyarakat resah dengan perilaku tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk membuat proposal ini guna membantu mengatasi permasalahan remaja khusunya membantu mewujudkan seimbangnya kecerdasan otak dan kecerdasan moral.

Perlunya pengkajian bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi adalah dengan melalui beberapa macam disiplin ilmu salah satunya dengan penerapan pendidikan kepramukaan pada diri remaja. Hal ini menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja karena berdasarkan pengalaman pribadi, pendidikan karakter ala pramuka mampu mengatasi gejolak remaja yang labil karena sistem pendidikannya yang berbeda dengan pendidikan-pendidikan seperti biasanya yang di dalamnya mengandung pendidikan karakter yang sangat berguna bagi para remaja. Sebab berdasarkan pengamatan, pendidikan saat ini kurang begitu memperhatikan pendidikan karakter. Sebagian besar hanya berkiblat pada kecerdasan otak saja. Sedikit sekali yang menerapkan sistem pendidikan berkarakter pada pelajar-pelajarnya. Dengan begitu, setidaknya masyarakat khususnya orang tua terbantu dengan adanya pendidikan berkarakter ala kepramukaan ini sehingga mampu meminimalisir kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja.

2. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah pada suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam meneliti objek penelitian sehingga laporan yang dihasilkan dapat terarah dan tepat sasaran dan mencapai tujuan yang maksimal pula. Permasalahan yang dapat dimunculkan dalam program ini antara lain:

  1. Bagaimanakah bentuk dan akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja-remaja di Desa Jungpasir?
  2. Bagaimanakah keefektivan penerapan pendidikan kepramukaan sebagai character education yang progresif dalam rangka mengatasi kenakalan remaja di Desa Jungpasi

3. TUJUAN

Suatu hal diciptakan pasti memiliki tujuan. Demikian halnya dengan pula penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

  1. Memahami dan menganalisa bentuk-bentuk kenakalan remaja dan akibat yang ditimbulkan dari kenakalan tersebut.
  2. Memahami dan menganalisa keefektivan dan progretifitas penerapan pendidikan kepramukaan sebagai character education yang progresif dalam rangka mewujudkan remaja sehat berkarakter anti amoral.

4. MANFAAT

Tiap-tiap penelitian yang dibuat diharapkan bermanfaat untuk siapapun terlebih untuk pihak-pihak yang terkait dalam penelitian. Seperti halnya dengan pembuatan penelitian ini yang memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  • Secara normatif, penelitian ini dapat berkontribusi sebagai sarana pengendali sosial dengan penerapan pendidikan karakter ala kepramukaan dan juga sebagai sarana dalam memberikan arahan pada remaja tentang arti dari kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
  • Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pendidikan kepramukaan sebagai character education pada remaja dan penerapan tersebut harus progresif sehingga akan tetap bertahan sebagai solusi penanganan kenakalan remaja dan berguna baik sebagai bahan ajar maupun sistem pendidikan di Indonesia khususnya di Desa Jungpasir.
  • Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan:
  1. Bagi Instansi. Sumbangan ide kreatif penerapan pendidikan kepramukaan dalam diri remaja membantu memberikan solusi pada sistem pendidikan dalam menangani problema mereka yang kebanyakan adalah anak didik sehingga terwujud anak didik yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
  2. Bagi remaja. Mampu memberikan arahan kepada mereka mengenai hidup sehat berkarakter anti amoral dalam kehidupan bermasyarakat sehingga akan tercipta remaja yang tak hanya cerdas pada aspek otak saja namun juga cerdas pada aspek moralnya.
  3. Bagi masyarakat. Kekhawatiran akan lunturnya moral generasi penerusnya dapat teratasi dan terciptaya keharmonisan antara remaja dengan lingkungan masyarakat yang sehat berkarakter sehingga nilai-nilai luhur moral bangsa tetap dapat dinikmati sebagai warisan budaya bangsa.
  4. Bagi pemerintah. Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan UUD 1945) dan kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan otak dan moral. Dengan adanya pendidikan kepramukaan maka pemerintah akan terbantu dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya khusunya kecerdasan moral. Jika sudah begitu, maka akan tercipta kehidupan bernegara yang aman, tentam, sejahtera dan sentausa sesuai dengan harapan setiap rakyatnya. Di sisi lain, hal ini sebagai wujud pengabdian terhadap Ibu Pertiwi yang selama ini memberikan banyak hal yang berguna untuk rakyatnya.

5. BATASAN ISTILAH

  1. Pendidikan Karakter

Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.

Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan  karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.

Faktor Pendidikan Karakter

Faktor lingkungan dalam konteks pendidikan karakter memiliki peran yang sangat peting karena perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter sangat ditentunkan oleh faktor lingkungan ini. Dengan kata lain pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekayasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi:

  1. Keteladanan
  2. Intervensi
  3. Pembiasaan yang dilakukan secara Konsisten

Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.

2. Kepramukaan

Kepramukaan merupakan proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan metode dan prinsip dasar kegiatannya, yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak.

Kepramukaan pada hakekatnya adalah:

  • Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa.
  • Yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka.
  • Dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.

Sifat Kepramukaan

Berdasarkan resolusi Konferensi Kepramukaan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka kepramukaan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu:

  • Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepramukaan di suatunegara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
  • Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepramukaan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pramuka dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama,golongan, tingkat, suku dan bangsa.
  • Universal, yang berarti bahwa kepramukaan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannyaselalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.

Fungsi Kepramukaan

Dengan landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai:

  1. Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda.

Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan sekadar main-main, yang hanya bersifat hiburan saja, tanpa aturan dan tujuan,dan tidak bernilai pendidikan. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.

  1. Pengabdian bagi orang dewasa.

Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.

  1. Alat bagi masyarakat dan organisasi.

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkaladalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.

6. TINJAUAN PUSTAKA

  1. Soedarsono Metroprawiro, dalam bukunya Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak dan Bangsa Indonesia mengatakan bahwa salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah Gerakan Pramuka, yang dengan Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961 ditetapkan sebagai satu-satunya badan yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia.
  2. Sumadi Suryabrata dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa sejak manusia yang pertama-tama lahir ke dunia, telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan. Manusia telah berusaha mendidik anaknya, kendati dalam cara yang sangat sederhana.
  3. Jurnal Komuitas yang ditulis oleh Putri (2011) dengan judul “ Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter melalui Mata Pelajaran Sosiologi” menjelaskan bahwa pendidikan karakter juga harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk dilembaga pendidikan. Artinya, lem­baga pendidikan khususnya sekolah dipan­dang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa, serta dimaksud­kan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya, mencerminkan ka­rakter yang baik dan kuat. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan keseluruh aspek kehidupan sekolah. Secara sistematis dapat diterapkan di lembaga formal yang di dalamnya juga terdapat kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter.

Dari berbagai pendapat diatas dalam telaahnya, para tokoh tersebut lebih menekankan pada sauatu kajian tekstual filosofis oleh karena itu penulis ingin mengkorelasikan antara pendidikan karakter dengan kepramukaan dalam upaya mengurangi tindakan amoral remaja.

7. LANDASAN TEORI

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. (Syamsuddin, 2012)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi kebiasaan serta ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.

Menurut Drs. Suryadi Suryabrata, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas belum berhasilnya sistem pendidikan menciptakan lulusan yang memiliki keseimbangan kompetensi antara kemampuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (apektif) yang sebenarnya telah menjadi philosophy dalam ranah pendidikan Indonesia. Pendidikan masih menekankan pada kompetensi kognitif, sedangkan aspek psikomotorik presentase implementasinya masih relatif kecil, apalagi aspek apektif.

Penanaman nilai-nilai karakter bangsa harus dimulai dari pendidikan informal, dan secara paralel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan adalah bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai suatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Tetapi hal ini harus diimbangi dengan pertumbuhan akhlak yang baik pula.

Namun saat ini, pendidikan formal di sekolah saja tidak cukup, pengaruh lingkungan dan kehidupan modern yang berkembang membuat kita harus waspada terhadap hal-hal negatif yang bisa merasuki pikiran dan mempengaruhi pribadi seorang anak. Agar seorang anak menjadi anak yang baik, sholeh dan berhasil dalam kehidupan di masyarakat bukan hanya dibutuhkan kepandaian dan ilmu yang tinggi, tetapi juga harus diimbangi dengan pembentukan karakter anak yang baik dan sholeh. Pembentukan karakter inilah yang sangat penting dilakukan pada saat anak masih usia dini.

Pentingnya pendidikan berkarakter untuk pembangunan bangsa agar lebih maju dan segera bangkit dari keterpurukan. Program pendidikan karakter dapat dinilai sebagai suatu upaya yang sangat strategis dan tujuan kedepannya untuk membuka pintu bagi bangsa ini agar bisa lebih maju dan tidak ketinggalan dari bangsa lain. Bagaimana jadinya jika bangsa ini tidak mengedepankan pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, juga tidak ada daya juang yang kuat yang di dorong dari dalam diri tiap anak bangsa yang mempersatukan pemerintah dan rakyat.

Karena pentingnya pendidikan berkarakter maka kita harus mengetuk pintu semua elemen yang ada pada bangsa ini agar memiliki berkomitmen menjalankan Pendidikan berkarakter sebagai bagian yang teramat penting yang dapat menjadi jati diri bangsa salah satunya dengan metode kepramukaan.

Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka yang terdiri dari anggota muda (siaga, penggalang, penegak), anggota dewasa muda (pandega), anggota dewasa (Pembina pramuka, pelatih, Pembina profesional, pamong SAKA, instruktur SAKA, pimpinan SAKA, andalan dan anggota MABI. Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga, dalam bentuk kegiatan menarrik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Sedangkan Gerakan Pramuka adalah Gerakan (Lembaga) Pendidikan yang komplementer dan suplementer (melengkapi dan memenuhi pendidikan yang diperoleh anak/remaja/pemuda di rumah dan di sekolah), pada segmen yang belum ditangani oleh lembaga pendidikan lain yang pelaksanaannya mengunakan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan; di Alam Terbuka (outdoor activities), dan yang sekaligus dapat menjadi upaya “self education” bagi dan oleh anak/remaja/pemuda/pramuka sendiri.

“Dalam rangka membina Geraka Pramuka agar dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan sebaik-baiknya dan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan maka perlu dikembangkan usaha-usaha yang terarah dan terpadu. Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah pengembangan generasi muda dan satu-satunya badan yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan Indonesia”. (Soedarsono, 1992 : 63).

Di dalamnya merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya, agar mereka bisa:

  • Menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara bagi kaum muda.
  • Meningkatkan keterampilan kaum muda sehingga siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.
  • Membentuk, kepribadian dan akhlak mulia kaum muda.

Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

  • Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam.
  • Peduli terhadap dirinya pribadi.
  • Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Metode kepramukaan merupakan cara memberikan pendidikan watak kepada anggota muda,yaitu dengan:

  • Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.
  • Belajar sambil melakukan kegiatan yang menyenangkan atau menghibur.
  • Sistem berkelompok.
  • Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik.
  • Kegiatan di alam terbuka.Sistem tanda kecakapan.
  • Sistem satuan terpisah untuk putera dan puter.

Di dalam pramuka bukanlah materi atau isi pelajaran yang lebih dipentingkan melainkan melahirkan dan menumbuhkan sikap-sikap serta perbuatan-perbuatan yang baik yang akan membentuk intelegensia, kekuatan jasmani dan karakter dari diri tersebut. Hal tersebut terlihat pada cara kerja regu dan kelompok penggalang,dimana mereka diajak untuk bekerja sama dalam satu tim dalam mencapai satu tujuan yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut dapat terlihat latihan dalam berdemokrasi, bahkan itu adalah demokrasi pancasila dalam praktiknya.

Jika kita mengacu pada arti kiasan lambang gerakan pramuka yakni nyiur, ia dapat tumbuh dimana saja yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekeliling dimanapun ia berada dan dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Pramuka adalah wadah pelatihan dan pendidikan yang menghasilkan atau mencetak generasi yang mampu hidup berdampingan dengan sekelilingnya dan dalam keadaan apapun yang tidak hanya bisa bergantung kepada orang lain.

Dari paparan di atas, secara tersirat maupun tersurat pendidikan karakter sudah ada dalam pramuka. Pramuka telah mengajarkan pendidikan karakter sejak berdirinya kepanduan ini, jauh sebelum isu pendidikan karakter marak di Indonesia. Dengan adanya pramuka di satuan pendidikan dan keberadaanya tidak hanya sebatas papan nomor gudep, tetapi di dalamnya terdapat kegiatan rutin yang berkesinambungan, maka disadari/tidak dan secara langsung/tidak langsung penanaman pendidikan karakter sudah berjalan seiring dengan berjalannya proses kepramukaan tersebut.

8. KERANGKA BERFIKIR

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah pembentukan karakter. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pendidikan karakter untuk membangun keberadaban bangsa adalah kearifan dari keanekaragaman nilai dan budaya masyarakat Indonesia. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi.

Dasar pendidikan karakter, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak, karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak, karena sebagian besar masa kanak-kanak dihabiskan di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam pertumbuhan karakter pada anak. Namun bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter tersebut sangatlah sulit, terutama bagi orang tua yang terjebak dalam rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak dilanjut sampai dengan masa remaja sebagai puncak dari maraknya perilaku amoral yang sering menjadikan resah masyarakat. Ditambah lagi, masa remaja yang identik dengan perlaku yang sering tak terkontrol emosinya dan tak bisa terkendali. Di sini, peran orang yang dituakan (guru) yang menjadi ujung tombak, karena Guru yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Seorang Guru yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, harus dapat menjalankan tugasnya secara optimal dalam membentuk karakter seorang anak.

Madrasah Tsanawiyah Bandar Alim Jungpasir dan Madrasah Aliyah YPKM Raden Fatah Jungpasir sebagai wadah dalam pendidikan kepramukaan guna mendidik anak remaja. Gerakan pramuka dalam melaksanakan fungsinya sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda Indonesia mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, bertanggung jawab, mampu mengisi kemerdekaan nasional dan membangun dunia yang lebih baik. Dalam melaksanakan tugas pokoknya tentu memerlukan suatu perencanaan dan program yang strategik dan berkesinambungan berupa kebijakan dan prioritas program yang dituangkan dalam Rencana Strategis Gerakan Pramuka.

Dewasa ini ada sebuah kenyataan yang teramat pahit atau mungkin juga sebuah cobaan dan tantangan yang teramat berat, ketika semakin banyak jumlah remaja penyandang masalah sosial. Mereka terjebak kedalam perilaku yang menyimpang dan telah larut menghambakan dirinya kepada tata nilai asing. Mereka  berpotensi untuk menimbulkan berbagai problema sosial di masyarakat. Di samping itu secara internal, terdapat pula ketidaksiapan mental dan rohani pada sebagian remaja, sehingga mereka gagal untuk mempertahankan diri dari pengaruh negatif yang menyesatkan.

Dari sini Pramuka berperan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara melaksanakan semua prinsip dasar yang sudah tertuang pada AD/ART. Sehingga, dengan begitu problema di masyarakat yang sebagian besar dialami, dan disebabkan oleh kaum muda dapat diminimalisir ataupun dimusnahkan agar tercipta masyarakat yang makmur dan terorganisir dengan baik. Serta terjaganya generasi muda dari ancaman-ancaman era globalisasi yang semakin besar memiliki ancaman untuk menjerumuskan generasi muda.

Bagan 01. Kerangka Berpikir

(Sumber: Data Primer peneliti)

9. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Dan menggunakan metode penelitian studi deskriptif survey, yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai Kepramukaan Sebagai Pendidikan Karakter Yang Progresif Dalam Rangka Mewujudkan Remaja Bermoral Di Desa Jungpasir. Kemudian  menganalisis hasil tersebut untuk dianalisis tentang dampaknya terhadap pendidikan remaja. Metode ini penulis gunakan dengan pertimbangan bahwa metode ini lebih peka dan menyesuaikan pola-pola nilai yang dihadapi.

  1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang digunakan untuk mengkaji permasalahan yang kompleks sehingga tidak mengarah pada motode kuantitatif yang dijelaskan dalam bentuk angka.

  1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengarah pada lembaga pendidkan yang benar-benar menyelenggarakn kegiatan dalam bentuk kepramukaan yang ada di desa Jungpasir, kecamatan Wedung, Kabupaten Demak setingkat SMP/sederajat, dan SMA/sederajat yaitu MIN Jungpasir, MTs. Bandar Alim Jungpasir, dan di MA YPKM Raden Fatah Jungpasir.

  1. Fokus Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada nilai-nilai moral dan pendidikan karakter yang ditanamkan dan diajarkan dalam kegiatan pramuka pada remaja di masing-masing sekolah tersebut.

  1. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data yang diperlukan yaitu:

  1. Library Research adalah usaha memperoleh data dengan mengadakan research kepustakaan. Metode ini digunakan untuk menyusun landasan teori dengan menggunakan beberapa buku literatur yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Adapun metode yang digunakan dalam library research ini adalah sebagai berikut:
  • Metode deduksi (deduktif) adalah suatu cara untuk mengambil kesimpulan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus.
  • Metode komparatif adalah dengan jalan membandingkan yang satu dengan yang lainnya, kemudian ditarik kesimpulan atau meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena-fenomena yang diselidiki atau membandingkan satu faktor dengan faktor lainnya.
  1. Field Research adalah suatu research yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian yang penulis lakukan di lapangan adalah untuk memperoleh data secara kongkrit sebagai bahan untuk menarik kesimpulan antara teori dan realita yang ada. Adapun yang dijadikan kancah sebagai tempat untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah Desa Menganti Kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Adapun pengambilan data dalam field research ini adalah sebagai berikut:
  • Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu metode ilmiah dengan cara pengamatan yang disertai pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Metode ini penulis gunakan untuk mengambil data tentang data umum Desa Jungpasir, kecamatan Wedung, kabupaten Demak dan data khusus tentang Kepramukaan Sebagai Pendidikan Karakter Yang Progresif Dalam Rangka Mewujudkan Remaja Bermoral.

  • Metode Interview

Adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala desa (petinggi) desa Jungpasir, Wedung, Demak tentang kondisi desa tersebut.

  • Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan, dokumen, transkrip, buku dan lain-lain.

Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, baik yang ada di lembaga pendidikan baik di tingkat SMP/sederajat, dan SMA/sederajat dalam pengelolaan kepramukaan di sekolah maupun arsip-arsip lainnya.

Setelah penulis mengumpulkan data maka tahap berikutnya adalah pengolahan data dan analisis dengan menggunakan :

  1. Penelaahan seluruh data dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
  2. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
  3. Mengadakan tahap penafsiran data dalam mengelola hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
  4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.

Dalam analisis ini, penulis memfokuskan kepada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan kegiatan kepramukaan di Desa Jungpasir, kcamatan Wedung, kabupaten Demak tentang masalah yang dihadapi. Dari data tersebut nantinya penulis dapat mengambil kesimpulan mengenai kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung di tengah-tengah penelitian yang penulis laksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Baron, Robert. 2005. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Mayers, Davis. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Mertoprawiro, Soedarsono. 1992. Pembinaan Gerakan Pramuka dalam Membangun Watak dan Bangsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Munasifah, Siti. 2007. Belajar Mandiri Melalui Pramuka. Semarang: Ghyyas Putra.

Putri, N.A. 201

Artikel tersebut dapat di doownload disini

Category: Kepramukaan
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

One Response

  1. joss :2thumbup

Leave a Reply