Perilaku Menyimpang dan Sub Kebudayaan Menyimpang
Perilaku menyimpang merupakan sebuah perilaku yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyimpang dari nilai dan norma yang ada di masyarakat. Biasanya ada berbagai alasan mengapa seseorang melakukan suatu tindakan yang menyimpang. tetapi walaupun berbagai alasan telah diungkapkan seseorang yang telah melakukan penyimpangan biasanya akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat dan sanksi yang diberikan biasanya sesuai dengan adat atau budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Berikut terdapat beberapa pengertian perilaku menyimpang menurut para ahli :
- Robert M. Z lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka untuk memperbaiki perilakumenyimpang.
- Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
- Lewis Coser
Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
2. Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang
1. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna (Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan)
Menutut teori sosialisasi, perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati, apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi sehingga seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi.
Contohnya, anak sulung perempuan dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya, karena bertindak sebagai ayahnya yang telah meninggal. Di lain pihak, televisi secara tidak langsung mengajarkan hal-hal yang tidak baik, sedangkan orang tua di rumah selalu membimbing ke hal-hal yang baik. Proses sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya pertentangan antara agen-agen sosialisasi yang satu dengan yang lain. Lama kelamaan akan terjadi penyimpangan sosial di masyarakat
2. Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerah-daerah yang demikian, perilaku menyimpang dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang.
Contohnya, di suatu daerah perampokan terdapat nilai dan norma yang menyimpang. Dan hal itu sudah menjadi hal yang wajar bagi anggota kelompok setempat. Perilaku tersebut merupakan penyakit mental yang berpengaruh pada masyarakat. Sehubungan dengan itu Emile Durkheim mengenalkan konsep Anomi/Anomie, adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Yang seakan-akan di masyarakat tersebut tidak ada pedoman yang harus ditaati bersama. Akibat tidak adanya keselarasan yang mengakibatkan samar-samar arahnya. Akhirnya mereka memilih cara atau jalannya sendiri-sendiri yang tidak jarang perilaku-perilaku menyimpang.
3. Proses Belajar yang Menyimpang
Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak mula-mula hanya mencuri uang dari orang tuanya seribu rupiah kemudiam semakin lama nominalnya semakin banyak, dan mengarah ke benda berharga lain. Penjelasan ini menerangkan bahwa anak tersebut terproses mempelajari cara-cara beroperasi hal menyimpang tersebut.
4. Ikatan Sosial yang Berlainan
Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya.Dan kemudian tertanamlah pola-pola sikap perilaku kelompoknya di dirinya. Dan apabila menyimpang, kemungkinan besar juga akan sama. Misal, seorang anak yang memiliki kelompok kebut-kebutan di jalan, maka kemungkinan dia juga akan meniru.
5. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial
Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga cara-cara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Apabila seseorang tidak diperkenankan menggunakan cara ini, maka kemungkinan besar akan ada perilaku menyimpang. Misal seorang buruh diberi gaji dibawah standar UMK, jika hal ini terjadi terus menerus bukan tidak mungkin buruh tersebut akan menyimpang dengan melakukan boikot atau demo.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang (diunduh 12 Desember 2015)
https://mydhayostya.blogspot.co.id/2013/11/perilaku-menyimpang-dan-sikap-sikap_4619.html