About Education

Kami ada untuk indonesia

Archive for November, 2016

Solusi Pemerataan Pendidikan di Daerah Terpencil

Dua guru berbagi ruang kelas dalam proses belajar mengajar. (Foto: Dok. Okezone)

JAKARTA – Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia adalah berdasarkan kurikulum nasional. Saat ini, terdapat dua kurikulum yang diterapkan, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dan Kurikulum 2013.

Pada praktiknya, tidak semua daerah di Tanah Air mampu menjalankan kurikulum nasional dengan baik. Di daerah Pegunungan Tengah Papua misalnya, baik siswa dan guru sering kesulitan dalam melakukan proses belajar mengajar lantaran sarana yang terbatas, termasuk sumber daya manusia (SDM) di sana. Melihat hal tersebut Wahana Visi Indonesia (WVI) merancang model pendidikan kontekstual berbasis kearifan lokal.

“Pendidikan Nusantara merupakan model pendidikan kontekstual. Nah, pendidikan kontekstual adalah model pembelajaran yang menempatkan hubungan antara materi pembelajaran dengan realitas kehidupan peserta didik sehari-hari,” tutur Education Specialist WVI, Nurman Siagian di Gedung 33, Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Nurman menjelaskan, pendidikan kontekstual dikembangkan bersama masyarakat dan mitra di daerah binaan WVI. Meski menggunakan bahasa lokal dan modul berbeda, materinya tetap disesuaikan dengan kurikulum nasional yang sudah ditetapkan pemerintah.

“Jadi model ini dikembangkan dengan alam, lingkungan, karakteristik anak, budaya, dan agama setempat. Kemudian dibuat modul sederhana yang berisi berbagai kegiatan sebagai turunan dari silabus. Para guru didampingi membuat skenario suatu kegiatan pembelajaran,” ujarnya.

Hasilnya, kata dia, meliputi pembelajaran sambil bernyanyi, jelajah alam, bermain bersama, puisi, dan lain sebagainya. Setelah itu akan dilakukan evaluasi dan disusun menjadi modul.

“Modul tersebut untuk guru. Kami mengundang perwakilan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) untuk ikut mengkaji. Setelah itu kami baru berani menyebarkan untuk replikasi,” terangnya.

Salah satu model pendidikan kontekstual yang diterapkan WVI adalah Pakima Hani Hano di daerah Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Dari hasil evaluasi program selama satu tahun, terjadi beberapa perubahan, seperti peningkatan kemampuan baca, penurunan tingkat kekerasan verbal di sekolah, dan kenaikan rasa aman pada anak. (ira)

sumber : https://news.okezone.com/read/2016/04/28/65/1375219/solusi-pemerataan-pendidikan-di-daerah-terpencil

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Tips membangun Generasi Emas Indonesia

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2012, Rabu (2/5) dan tema pendidikan tahun ini adalah “Bangkitnya  Generasi Emas Indonesia” yaitu Peran dunia pendidikan menjadi unsur penting dalam membangun peradaban yang di dasarkan atas  jati diri dan karakter bangsa
Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, yang dibacakan serentak pada upacara Hardiknas Sebagian isi sambutan itu berisi, “Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi.”

Untuk menyiapkan generasi 2045 sebagai generasi emas, pendidikan tetap menjadi jalan yang utama, pendidikan yang sangat berperan untuk mencerminkan jati diri dan karakter bangsa oleh sebab itu pendidikan menjadi urusan penting semua pihak dan menjadi kesadaran semua . Dalam mensukseskan pendidikan ini diperlukan kerja sama dari semua pihak, oleh karena itu kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan dan perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, terutama untuk seorang guru atau seorang pendidik yang harus mampu untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan dan selalu mengikuti perubahan zaman.

Dalam membangun generasi emas sekarang seorang guru harus berbakti untuk mencerdaskan anak bangsa dan mampu untuk mewujudkan cita-cita bangsa karena guru merupakan seorang yang berperan penting didunia pendidikan, oleh karena itu guru harus mampu menjadikan anak didiknya berguna bagi nusa dan bangsa, tentu semua itu tidak mudah seorang guru harus mempunyai tips dalam mengajar diantarany; mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan terutama untuk siswa SMA guru harus mampu memahami karakter semua anak dengan cara sering melakukan komunikasi dengan para siswa, guru harus mampu menggali potensi siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk berkembang sesuai  potensi yang dimiliki siswa, guru juga bisa mengarahkan dan mendukung potensi siswa tersebut untuk mencetak generasi yang berbakat yang ada pada diri siswa. Dalam proses belajarpun guru harus bisa menyampaikan materi dengan jelas, baik intonasi dan pengucapannya, guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang aktif, guru haru mampu menjadikan semua muridnya faham dalam menerima materi-materi belajar dan guru juga dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan zaman baik teknologi yang digunakan ataupun dalam penampilan nya, guru juga harus mempunyai metoda-metoda belajar yang sesuai untuk menciptakan pembelajaran yang menarik yang mampu merangsang siswa kreatif dan inopatif.

Untuk menciptakan proses belajar di SMA guru juga harus bisa menjadi  orangtua, menjadi sahabat, menjadi kawan agar murid merasa dilindungi dan diperhatikan, karena  masa SMA adalah masa anak-anak nya sangat labil, mudah terpengaruh terutama pada hal-hal yang negatif, dan personality sudah terbentuk sehingga cerminan bangsa ini sangat berpengaruh pada siswa-siswa SMA karena jati diri bangsa bisa dilihat  masa lulus SMA ini, mau jadi apa…? punya kemampuan apa…? mau dibawa kemana bekal pendidikannya….? pertanyaan itu dapat terjawab kalau proses belajar dan mengajar seorang guru berhasil dan anak siap bersaing di dunia luar. Mulailah dari sekarang untuk menciptakan generasi emas yang dimulai dari diri guru yang mampu menjadikan berkualitas dan bisa menjadi guru hebat yang selalu ditunggu bangsa ini untuk mampu mencetak generasi baru yang berbakat dan berkualitas. Selamat berjuang semoga kesuksesan ada pada diri kita sebagai seorang calon guru untuk memajukan bangsa yang kita cintai ini terutama dalam pendidikan.

sumber : https://jujurdalamtulisan.blogspot.co.id/2012/05/bngkitnya-generasi-emas-indonesia.html

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Pendidikan Indonesia Batasi Interaksi Siswa dan Masyarakat

Terciptanya kerukunan dan toleransi terhadap perbedaan di Indonesia yang penuh dengan keberagaman dimulai dari pendidikan di ruang sekolah.

Pendidikan bisa menjadi gerbang untuk menanamkan nilai toleransi untuk memelihara perbedaan.

Namun demikian, menurut Ahmad Suaedy, M.A. dari Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia mengungkapkan, dari sebuah riset mengenai intoleransi dalam sekolah ditemukan bahwa ternyata sekolah agama, baik itu Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya, cenderung memiliki intoleransi yang lebih tinggi.

“Sudah terbentuk kecurigaan terhadap agama lain. Sehingga tercipta keengganan untuk menerima agama berbeda sebagai tetangga,” kata Suaedy dalam acara Kopi Darat (Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat) di FX Sudirman, Jakarta, Rabu, 14 September.

Dari temuan ini, Suaedy menambahkan, ada tiga hal penting yang perlu direfleksikan. Yang pertama adalah adanya kecenderungan pendidikan di Indonesia yang pada umumnya mengeksklusifkan diri.

Yakni di mana para siswa ditarik dari masyarakat dan dimasukkan ke dalam kelas sehingga mereka seperti dibatasi hubungannya dengan masyarakat. Padahal ilmu yang diturunkan kepada mereka itu diambil dari Amerika, Eropa, Timur Tengah.

“Tapi, kalau pendidikan itu mengurung anak dari pergaulan sosial, itu menjadi masalah,” kata Suaedy.

Terutama dalam pendidikan agama di mana praktik agama dipotong dari masyarakat. Sementara di dalam lingkungan ada tradisi hidup bersama, tradisi agama, dan tradisi lainnya yang perlu dipelajari tapi dianggap tidak ilmiah karena narasumbernya tidak sekolah di luar negeri.

Suaedy mengatakan, bahwa seharusnya pendidikan di Indonesia harus lebih mementingkan local knowledge ke dalam pengajaran mereka.

“Dahulu kiai di pesantren yang memiliki sawah akan menyerahkan sebagian penggarapannya pada masyarakat dan santri. Sehingga ada kerja sama antara santri dengan masyarakat, ada tradisi panen, tandur. Ada bagian dari ritual masyarakat dan agama juga. Sekarang hal ini hampir tidak ada. Lingkungan masyarakat santri sekarang adalah media sosial,” ujar Suaedy

Sumber : https://life.viva.co.id/news/read/821736-pendidikan-indonesia-batasi-interaksi-siswa-dan-masyarakat

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Peran Orangtua Dalam Pendidikan

Sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa termasuk perkembangan dirinya. Namun, tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang-tua yang penuh perhatian. Jika orang-tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Setiap siswa yang berprestasi dan berhasil menamatkan pendidikan dengan hasil baik selalu memiliki orang-tua yang selalu bersikap mendukung.

  • Dukungan Orang-Tua

Orang-tua sebaiknya memberi perhatian kepada anak-anak mereka dan menanamkan kepada mereka nilai dan tujuan pendidikan. Mereka juga berupaya mengetahui perkembangan anak mereka di sekolah. Caranya adalah dengan berkunjung ke sekolah untuk melihat situasi dan lingkungan pendidikan di sekolah. Menaruh minat terhadap aktivitas sekolah akan secara langsung mempengaruhi pendidikan anak Anda.

  • Kerja Sama dengan Guru

Biasanya apabila timbul masalah-masalah gawat, barulah beberapa orang-tua menghubungi guru anak-anak mereka. Sebaiknya, orang-tua perlu mengenal guru di sekolah dan menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Berkomunikasilah dengan guru untuk perkembangan anak Anda. Guru juga perlu diberitahu bahwa Anda memandang penting pendidikan anak Anda di sekolah sebagai bagian kehidupannya. Ini akan membuat guru lebih memperhatikan anak Anda. Hadirilah pertemuan orang-tua murid dan guru yang diselenggarakan oleh sekolah. Pada pertemuan ini, Anda memiliki kesempatan untuk mengetahui prestasi akademis anak Anda serta perkembangan anak Anda di sekolah. Jika seorang guru mengatakan hal yang buruk mengenai anak Anda, dengarkan guru tersebut dengan penuh respek, dan selidiki apa yang ia katakan. Anda juga dapat menanyai guru-guru di sekolah mengenai prestasi, sikap, dan kehadiran anak di sekolah. Jika seorang anak sering bermuka dua, maka penjelasan dari guru bisa jadi mengungkap hal-hal yang disembunyikan anak Anda saat bersikap manis di rumah.

  • Sediakan waktu untuk anak

Selalu sediakan waktu yang cukup banyak bagi anak Anda. Jika anak pulang sekolah, umumnya mereka cukup stres dengan beban pekerjaan rumah, ulangan, maupun problem lainnya. Sungguh ideal jika orang-tua misalnya seorang ibu berada di rumah pada saat anak-anak di rumah. Seorang anak akan senang bercerita ketika pulang sekolah seraya mengeluarkan semua keluhan dan bebannya kepada orang-tua. Bisa jadi mereka mulai menceritakan teman-temannya yang nakal yang mulai menawari rokok dan narkoba. Anda bisa segera tanggap dengan hal tersebut jika Anda menyediakan waktu bagi anak-anak Anda.

  • Awasi kegiatan belajar di rumah

Tunjukkan Anda berminat pada pendidikan anak Anda. Pastikan anak-anak Anda sudah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. Membacalah bersama-sama mereka. Jangan lupa jadwalkan waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV, Internet dan bermain game dari anak-anak Anda.

  • Ajari tanggung jawab

Sekolah umumnya akan memberi banyak tugas untuk dipersiapkan anak di rumah dan di sekolah. Apakah mereka mengerjakan tugas-tugas itu dengan benar dan baik? Seorang anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas mereka di sekolah jika Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah. Cobalah mulai memberikan anak Anda pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari seperti membersihkan tempat tidur sendiri menurut jadwal yang spesifik. Pelatihan di rumah seperti itu akan membutuhkan banyak upaya di pihak Anda karena perlu diawasi. Tetapi hal itu akan mengajar anak Anda rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan.

  • Disiplin

Jalankan disiplin dengan tegas namun dengan penuh kasih sayang. Jika Anda selalu menuruti keinginan anak, maka mereka akan menjadi manja dan tidak bertanggung jawab. Problem lain bisa muncul jika Anda terlalu memanjakan anak Anda seperti seks remaja, narkoba, prestasi yang buruk, dan masalah lainnya.

Jaga kesehatan anak Anda agar prestasi belajarnya tidak terganggu. Buat jadwal tidur yang cukup untuk anak Anda. Anak-anak yang kelelahan tidak dapat belajar dengan baik. Lalu hindari makanan seperti junk food, karena selain menyebabkan problem obesitas, juga mendatangkan pengaruh yang buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi.

  • Jadi teman terbaik

Jadilah teman terbaik bagi anak Anda. Luangkan waktu untuk berbagi berbagai hal dengan mereka. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan.

sumber : https://kaltim.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=319&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Minat Membaca Mahasiswa

Membaca buku atau literatur adalah sumber referensi yang sangat penting bagi mahasiswa. Sayangnya, minat baca mahasiswa saat ini terlihat sangat minim. Perkembangan teknologi informasi membuat mahasiswa lebih sering mencari informasi dari internet dibanding buku.

Rendahnya minat baca mahasiswa dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang ada di setiap perpustakaan kampus. Perpustakaan biasanya akan terlihat sangat ramai menjelang ujian karena banyak mahasiswa yang mencari buku untuk sumber referensi tugas mereka. Sebaliknya, pada hari-hari biasa perpustakaan akan cenderung sepi pengunjung. Biasanya yang banyak terlihat hanya mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.

Membaca bagi mahasiswa saat ini seperti bukan kebutuhan yang utama lagi. Jangankan untuk membaca buku tentang teori atau pelajaran, membaca koran pun terkadang mereka malas. Yang banyak dikunjungi oleh mahasiswa saat ini justru persewaan komik dan novel.

Membaca komik dan novel memang tidak ada salahnya, namun membaca buku yang mengandung ilmu pengetahuan jauh baik bagi mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan bacaan yang mengandung ilmu pengetahuan agar intelektualitas mereka lebih terasah. Dari membaca buku, mahasiswa juga bisa memperkaya kosa kata mereka serta mendatangkan inspirasi dan motivasi untuk menulis. Selain itu membaca juga dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa.

Rendahnya minat baca mahasiswa sekarang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah pendidikan dasar dari orang tua atau keluarga masing-masing. Jika sejak dini orang tua telah menanamkan budaya membaca pada anak-anak mereka, maka niscaya hingga dewasa budaya itu akan tetap ada.

Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan. Perkembangan teknologi seperti internet memudahkan siapa saja mengakses informasi. Mahasiswa tidak perlu repot-repot membaca koran atau buku untuk memperoleh informasi sekarang ini. Cukup bermodalkan gadgetcanggih seperti Smart Phone, PC Tablet, dan Laptop serta koneksi internet, berbagai informasi dengan mudah mereka dapatkan.

Keberadaan internet membuat setiap hal terasa lebih praktis. Daripada repot membaca buku tebal, banyak mahasiswa memilih mencari referensi melalui internet. Hal itulah yang mebuat mereka semakin bergantung pada internet dan meninggalkan buku sebagai acuan mendapatkan informasi dan ilmu.

Tidak mudah memang membuat mahasiswa menjadi rajin membaca buku. Membaca meruapakan kebiasaan yang terbentuk sejak dini. Agar tecipta generasi yang minat bacanya tinggi, maka para orang tua harus menanamkan budaya baca pada anak mereka sedari kecil. Ajari anak-anak membaca buku mulai dari bacaan ringan seperti cerpen, dongeng dan buku cerita lainnya. Lama-kelamaan anak akan terbiasa membaca buku. Tingkat konsentrasi mereka pun akan semakin tinggi sehingga tidak akan merasa berat walau membaca buku yang tebal sekalipun.

Jika sudah terlanjur dewasa dan menjadi mahasiswa yang malas membaca buku, maka akan sulit merubah kebiasaan tersebut. Salah satu hal yang akan mendorong mahasiwa membaca biasanya karena tuntutan tugas kuliah atau memang karena dosen yang memaksa.

Minat baca mahasiswa terbentuk dari pribadi masing-masing. Hal yang penting untuk menumbuhkan minat baca mahasiswa adalah kesadaran. Mahasiswa harus sadar bahwa membaca buku adalah kebutuhan primer yang mutlak diperlukan agar mereka semakin berwawasan luas.

Sumber : https://imadiklus.com/minat-baca-mahasiswa-rendahnya/

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Harapan Bagi Pendidikan Indonesia di 2016

Dari masalah kurikulum yang tidak pernah ajeg dan berganti setiap menteri baru menjabat,
hingga Ujian Nasional yang kontroversial, adalah persoalan-persoalan pendidikan di Indonesia yang membuat para orang tua bingung, bahkan geram. Tetapi, mungkin saat ini harapan kita untuk perbaikan pendidikan di Indonesia akan lebih bisa mewujud menjadi kenyataan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaandi era Kabinet Kerja yang dipimpin Anies Baswedan saat ini tengah berusaha keras membenahi pendidikan di Indonesia. “Kita memang harus melakukan perubahan. Tetapi prosesnya tidak sederhana. Seperti membuat tanda tangan, karena terbiasa dengan tangan kanan, maka ketika disuruh menggunakan tangan kiri, oh my God, susah betul! Karena itu, perlu keseriusan untuk mengubah kebiasaan, tidak mungkin jika kita tidak memulainya dari berlatih. Dan, itu dari kemauan,” kata Anies, saat menghadiri acara Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal, November 2015.

Pak Menteri mengingatkan, terdapat 212 ribu sekolah dan 2,9 juta guru di seluruh Indonesia. Karena itu, tidak mudah mengubah dan menyamaratakannya. Perubahan itu setidaknya tampak dari bagaimana Kemendikbud mulai menangani guru-guru. “Murid-murid kita adalah anak-anak abad ke-21. Kita, guru-gurunya adalah (model) abad ke-20, sementara, bentuk sekolahnya dari abad ke-19. Guru yang harus berubah. Kita sudah tidak boleh lagi melihat anak-anak sebagai sesuatu yang seragam dan untuk diseragamkan,” kata Anies.

Ketimpangan fasilitas pendidikan dikota besar dan daerah terpencil tampaknya tidak terlalu merisaukan Anies. Setelah melakukan kunjungan ke Ahmedabad, India beberapa waktu lalu, Anies menemukan sebuah ‘pelajaran’ baru yang bisa kita tiru. Datang ke sebuah sekolah terbaik di sana, dia melihat fisik sekolah yang sangat sederhana, dengan bangku-bangku kayu dari tahun 70-an, papan tulis hitam serta kapur.

“Tapi mereka punya sebuah perpustakaan dengan koleksi lebih dari 250 ribu buku, dan akses ke jurnal apa pun di dunia. Mereka tidak bicara tentang kosmetik pendidikan. Mereka bicara tentang substansi pendidikan. Di Indonesia ini dahsyat sekali kita bicara kosmetik pendidikan, tapi kontennya sering bermasalah. Yuk, sekarang kita fokus pada konten. Kita bisa seperti mereka. Selama ada guru hebat, kepala sekolah hebat, mereka bisa membentuk tim yang hebat, maka lokasi di mana pun, kinerja pendidikannya bisa luar biasa,” pungkas Anies.

sumber : https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/harapan-bagi-pendidikan-indonesia-di-2016

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Motivasi Dalam Belajar

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.

 

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).

 

Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.

 

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

 

Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

 

Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.

 

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

 

Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)

 

Jenis-jenis motivasi
1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

 

Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

 

2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

 

3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

 

4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

 

5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

 

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

 

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

 

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.

 

9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

 

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.

sumber : https://dzakiansyahbagus.wordpress.com/motivasi-dalam-belajar/

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan

Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya.

Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalau alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?

Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan?

Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaannya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki.

Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan?

sumber : https://www.pendidikankarakter.com/mewujudkan-pendidikan-karakter-yang-berkualitas/

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Pengaruh gadget terhadap pendidikan anak di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara. Banyak perkembangan yang telah terjadi selama 5 tahun terkahir ini misalnya ekonomi, sosial dan teknologi. Di era yang semakin canggih, kebutuhan teknologi sangat menunjang kinerja manusia. Banyak perusahaan maupun pusat pendidikan menggunakan teknologi untuk mengelola arsip maupun instrumen pendukung sarana dan prasarana. Salah satu instrumen teknologi yang sangat digemari adalah gadget. Dalam pengertianyya, gadgetadalah alat elektronik yang memiliki pembaharuan dari hari ke hari sehingga membuat hidup manusia lebih praktis. Manusia membutuhkan gadget untuk keperluan yang membutuhkan akses cepat, efisien untuk menghemat waktu, tenaga dan materi.

Seperti kita ketahui, gadget dipasaran memiliki harga yang bervariatif. Harga tersebut berpengaruh terhadap kualitas, kecanggihan dan fitur-fitur yang mendukung. Semakin canggih sebuah gadget maka semakin mahal harga yang ditawarkan. Dipasaran, harga gadget yang semakin bersaing, membuat peminat gadget berburu mencari harga yang sesuai dengan budget yang ada. Pemilik gadget saat ini tidak hanya dilihat dari usia dan profesi, namun lebih kepada gaya hidup (life style) dan kebutuhan masing-masing pengguna. Beberapa tahun lalu, peggunaan gadget lebih banyak digunakan oleh pelaku bisnis dan kalangan menengah ke atas. Penggunaan gadget bagi mereka didasarkan untuk memudahkan bisnis seperti persentasi dan pengiriman surat elektronik. Namun saat ini, banyak remaja yang tertarik penggunaan gadget untuk berkomunikasi, berkirim pesan ataupun hiburan dengan fasilitas audio, video, gambar, game dan lain-lain.

Secara tidak langsung kebutuhan gadget menjadi kebutuhan primer. Salah satu penggunaan gadgetyang semakin digemari adalah penggunaan media sosial sebagai alat untuk berkomunikasi maupun sarana jual beli. Tidak terkecuali untuk dunia pendidikan, banyak guru disekolah yang melakukan proses belajar dengan memanfaatkan teknologi gadget. Penggunaan internet di sekolah oleh pengajar yaitu pengumpulan tugas, persentasi jarak jauh menggunakan (video call) dan chatting, publikasi jurnal dan materi. Banyak aplikasi-aplikasi penunjang pendidikan yang semakin lama semakin berkembang untuk meningkatkan daya kreativitas anak. Aplikasi yang disediakan berupa games, rumus matematika onlinemaupun aplikasi pendukung penulisan seperti office, notepad dan lain sebagainya.

Selain dilihat dari segi positif dalam hal efisiensi pengembangan pendidikan. Ada pengaruh negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan untuk perkembangan anak. Contoh pengaruh negatif dari penggunaan gadget adalah berkurangnya tingkat sosial atau kepekaan anak terhadap lingkungan maupun orang lain. Dengan menggunakan gadget, manusia memiliki dunia sendiri tanpa perlu berkomunikasi dan interaksi dengan masyarakat. Dengan moto “Media sosial adalah tempat dimana mendekatkan yang jauh,dan menjauhkan yang dekat”. Makhsud dari moto tersebut adalah penggunaan gadget yang salah, saat seseorang berkumpul dalam suatu ruangan, mereka lebih asyik untuk menundukan kepala dan bermain tombol dalam gadget untuk sekedar berkomunikasi maupun melihat aplikasi lain di dalam gadget tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya.

Kemajuan teknologi gadged bagi pendidikan jika dilihat dari sisi negatifnya bisa mengakibatkan siswa malas. Kurangnya kesiapan siswa dalam menghadapi permasalahan dikarenakan lebih mengandalkan gadget daripada mencari solusi dengan cara dan ide yang dimiliki sendiri. Sehingga arena teknologi membuat siswa kurang produktif, kurang sabar dalam mengerjakan tugas sekolah, dikarenakan selalu menggunakan mesin pencari(search enginee) yang memudahkan anak untuk copy paste. Melatih siswa untuk belajar curang, terutama dalam hal ujian, karena hal ini membuat siswa lebih mudah dalam membuat copy ujian, menulis rumus dan perhitungan pada aplikasi kakulator dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan kemampuan menulis dan membaca bagi siswa. Dapat dimengerti bahwa dalam era globalisasi dan komputer saat ini hampir tidak ada kebutuhan keterampilan menulis. Padahal dengan menulis membuat kita lebih fokus dan memberi kita kesempatan untuk bisa mengekspresi dan eksplor kemampuan yang kita punya lebih mendalam , memang pada dasarnya mengetik dengan menggunakan keyboard komputer atau laptop tidak mengganggu kreativitas dalam menulis. Namun demikian, keterampilan menulis dengan tangan tentu merupakan bagian integrasi dari pendidikan yang baik.

Jika penggunaan gadget tidak bisa dimanfaatkan sebaik mungkin sesuai dengan fungsinya, maka akan berdampak pada degradasi moral dan terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Banyak kasus yang terjadi saat ini, anak usia dini sudah terlibat kasus hukum karena mencelekai temannya hingga meninggal dan melakukan pelecehan seksual yang dikarenakan menonton video yang tidak patut untuk dikonsumsi usia dini.

Bahkan mulai dari bangun tidur hinggga tidur lagi selalu sibuk dengan gadget dan ini menjadi gangguan terbesar bagi siswa kedepannya. Penggunaan gadget yang secara terus-menerus dan tanpa pengawasan. Akan membuat seorang anak menjadi kecanduan untuk menggunakannya setiap waktu. Kecanduan tersebut dapat berpengaruh terhadap psikologis anak dalam berinteraksi secara sosial maupun tingkat prestasi anak. Hal ini, membuat kita tersadar bahwa dunia anak saat ini telah jauh berbanding terbalik dengan anak-anak pada era 90 yang dunia anak-anaknya masih sangat kental dengan bermain di lapangan, berkumpul dengan teman-teman dan mencari solusi setiap permasalahan soal di sekolah dengan membaca buku ataupun aktif bertanya kepada pengajar.

Namun pertanyaannya apakah kemajuan teknologi tidak berdampak pada sisi positif? Tidak juga, karena pada dasarnya penggunaan teknologi adalah untuk meningkatkan taraf pendidikan siswa dan tidak menyia-nyiakan sumberdaya seperti waktu dan uang. Karena teknologi ini memiliki dua sisi mata uang, dampak positif dan dampak negatif. Maka dari itu pendidik dan orang tua punya peran untuk melakukan pengarahan dan pengawasan siswa dan anak-anak dalam menggunakan teknologi secara tepat.

sumber : https://ruangpinus.wordpress.com/2015/11/15/dampak-penggunaan-gadget-terhadap-pendidikan-anak-di-indonesia/

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Mendikbud: Sekolah Wajib Punya Sarjana PLS

img-20161025-wa0002

MALANG KOTA – Selama ini terlalu banyak dikotomi yang ada di dunia pendidikan. Yakni ada pendidikan formal, nonformal, dan informal. Nah, hal tersebut rupanya membuat gusar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Prof Dr Muhadjir Effendy MAP.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berencana menghilangkan dikotomi atau pembagian tiga jenis pendidikan tersebut. Sebab, ketiga ketiga konsep ini bercampur dan menjadi rancu dalam sistem pendidikan. “Saya ingin menghilangkan dikotomi formal, nonformal, dan informal. Termasuk konsep luar sekolah. Perlu ada perspektif baru di Pendidikan Luar Sekolah (PLS) kita,” ujar Muhadjir dalam Seminar Nasional di Hotel Ollino Garden, kemarin.

Dia mencontohkan, kegiatan studi di museum merupakan kegiatan di luar sekolah. Namun berada dibawah tanggung jawab sekola. Sehingga terjadi kerancuan dalam menentukan jenis pendidikan ini. “Banyak kegiatan yang menjadi ambigu karena ada dikotomi formal, nonformal dan informal,” papar Muhadjir.

Sebagai salah satu solusinya agar tidak terlalu banyak kerancuan, dia berharap, semua sekolah mempunyai ahli PLS. Agar menerjemahkan konsep Program Penguatan Pendidikan Karakter (P3K) dan juga agar tidak banyak kerancuan antara pendidikan formal dan nonformal. “Tiap sekolah harus ada sarjana PLS. Biarkan mereka berinovasi untuk mengembangkan karakter anak, dan inovasi itu bisa menjadi bagian dari kurikulum,” ujarnya.

Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dnegan syarat yang jelas. Satuan pendidikan formal meliputi SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MAK, dan perguruan tinggi.

Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal. Diantaranya TK, TPA, kelompok bermain, lembaga kursus, sanggar, lembaga pelatihan, kelompok belajar masyarakat, majelis taklim dan lainnya. Sementara pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang juga di luar pendidikan formal. Seperti pendidikan kepemudaan, organisasi seni dan olahraga, pendidikan keterampilan dan lembaga kursus.

Menanggapi rencana Mendikbud tersebut, Kepala Jurusan PLS Universitas Negeri Malang (UM) Dr Achmad Rasyad M. Pd. Mengatakan, perlu ada perbaikan di ranah kebijakan PLS. “Keluahan kami lebih pada regulasi. Harus disinkronisasi, bukan dirombak. Karena antarjenis pendidikan punya kepentingan sama namun dalam aspek berbed,” ujarnya, kemarin.

Pria yang akrab disapa Rasyad ini mencontohkan, perubahan regulasi perlu menitikberatkan pada undang-undang guru. Dimana selama ini terbagi menjadi tiga, yakni guru, dosen, dan pendidik lainnya, “Nah yang pendidik lainnya ini harus dibenarkan dan dipejelas. Karena selama ini kurang sinkronisasi,” pungkasnya.

sumber : https://imadiklus.com/mendikbud-sekolah-wajib-punya-sarjana-pls/

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments
Skip to toolbar