About Education

Kami ada untuk indonesia

Archive for the 'Uncategorized' Category

Pemerintah Nilai Pendidikan Vokasi Bisa Tekan Pengangguran

Pemerintah Nilai Pendidikan Vokasi Bisa Tekan Pengangguran

JAKARTA – Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Hanif Dakhiri menegaskan, peran pendidikan vokasi mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. ‎Sebab penerapan vokasi diperlukan industri, guna menyerap lapangan pekerjaan.

‎”Ya sangat tinggi. Isu ketimpangan kemiskinan pengangguran, itu sangat terkait dengan self capacity dari warga masyarakat kita‎,” Hanif di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (24/10/2016).

Hanif mengatakan, peran pendidikan vokasi terhadap dunia kerja sangat mempengaruhi. Sebab, siswa yang tidak memiliki kompentensi akan sulit memilih bidang kerja yang diinginkannya.

Menurutnya, masyarakat yang tidak memiliki kompetensi di bidang vokasi hanya akan mendapatkan peluang kerja secara informal, di mana peluang mereka mendapat gaji tinggi cenderung kecil.

“Nah inikan jadi mutar-mutar. Kira kira orang miskin karena pendidikannya rendah ketrampilan terbatas, tapi karena ketrampilan terbatas dan pendidikan rendah pula jadi miskin, jadi mutar,” ujarnya.

Maka itu menteri asal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai, pendidikan vokasi yang diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dimaksudkan agar para lulusan memiliki kompetensi yang mumpuni untuk bersaing dalam pasar kerja.

“Kemudian berwirausaha atau menjadi wirausahawan baru atau juga bisa menjadi lebih kompetitif untuk masuk ke pasar kerja yang lebih besar,” pungkasnya.

 

sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1149682/144/pemerintah-nilai-pendidikan-vokasi-bisa-tekan-pengangguran-1477296710

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Mendikbud Ubah Nama Full Day School Jadi P3K

Mendikbud Ubah Nama Full Day School Jadi P3K

JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy memastikan program full day school akan diberlakukan pada tahun depan. Salah satunya full day school menerapkan jam kerja guru selama delapan jam.

‎”Guru sampai jam empat otomatis full day,” ujar Muhajir usai memaparkan hasil kerja dua tahun Jokowi-JK di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (24/10/2016).

Muhadjir mengatakan, meski full day school akan diterapkan. Namun, kebijakan seharian di sekolah itu akan berubah nama. “Namanya P3K program penguatan pendidikan karakter,” ungkapnya.

Menurutnya, kebijakan tersebut akan mengatur misalnya, jika guru masuk pukul delapan pagi, maka pulang sekira pukul sekitar sore. Kebijakan itu juga akan berlaku di sekolah-sekolah pedalaman.

“Yang kita wajibkan PNS yang dapat tunjangan profesi dan guru yayasan/swasta yang sudah dapat tunjangan profesi,” tukasnya.

 

sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1149690/144/mendikbud-ubah-nama-full-day-school-jadi-p3k-1477297568

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Indonesia Butuh SDM dengan Skill Masa Depan

Indonesia Butuh SDM dengan Skill Masa Depan

JAKARTA – Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali mengatakan Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan global.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber di acara Rembuk Nasional 2015 yang membahas Pembangunan Manusia dan Pendidikan Vokasi di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (24/10/2016), seperti dalam siaran pers kepada Sindonews.

“Di negara maju, banyak anak yang begitu riang dan bersemangat ketika pergi dan pulang sekolah. Sementara, di Indonesia banyak anak yang sakit perut ketika pulang sekolah,” ujar Rhenald berseloroh.

Dia menjelaskan, pada tahun 2012 Indonesia merupakan kekuatan ekonomi terbesar nomor 12 dengan 19% populasi di atas rata2 nasional.”Pada 2030 kita akan lebih banyak ke dalam jasa, dan sektor yang menggunakan teknologi tinggi,” paparnya.

Oleh karena itu, kata dia, perlu sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan masa depan. “Pengangguran tidak terlalu banyak di Indonesia. Namun yang mengkhawatirkan adalah pengangguran tersebut didominasi oleh pemuda,” ucapnya.

Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan karena para generasi muda kurang memiliki keterampilan (skill). “Mereka merasa tidak punya cukup kreativitas dalam bekerja. Kita perlu membekali generasi muda dengan kompetensi yang sesuai tuntutan kerja di dalam persaingan global modern,” tutur Rhenald.

Rhenald menilai berbagai kompetensi tersebut harus ditanamkan dengan mengedepankan kearifan budaya, moral, etika dan rasa nasionalisme. “Kemudian tantangannya adalah pendidikan dasar di Indonesia, yang sangat oriented tanpa pembekalan soft skill,” katanya.

Dia mengatakan, skill yang diperlukan adalah dalam mengolah langsung apa yang bisa dilakukannya. “Mereka perlu mengetahui potensi, dan kemudian mengembangkannya,” ucapnya.

Hal senada disampaikan penulis buku Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, Bayu Prawira. Menurut Bayu, formula yang diperlukan untuk pendidikan masa depan adalah ilmu pengetahuan, soft skill, kepemimpinan yang kemudian dibungkus etika.

“Pertanyaannya, bagaimana mencapai formula tersebut?” katanya.

 

Sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1149789/15/indonesia-butuh-sdm-dengan-skill-masa-depan-1477309692

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Minat Sains pada Anak Perlu Ditingkatkan

Minat Sains pada Anak Perlu Ditingkatkan

JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mendesain ulang pembelajaran di sekolah agar minat siswa pada sains meningkat.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, Kemendikbud sedang mendesain pola pembelajaran yang lebih baik di tingkat SD hingga SMP. Dia menjelaskan, penekanan substansi pembelajarannya ada dua yakni pada literasi dan numerasi.

Jika literasi adalah menumbuhkan minat baca maka numerasi, katanya, ialah akan menumbuhkan kecintaan sains pada anak. ”Jadi kita tidak akan memperbanyak mata pelajaran tetapi kita akan perbanyak aktivitas anak untuk membuat proyek, model atau simulasi di bidang sains,” katanya di kantor Kemendikbud, Selasa 25 Oktober 2016.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, Kemendikbud akan membangkitkan karakter anak yang cinta sains dengan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui fenomena di lingkungan sekitar. Dia menjelaskan, guru adalah ujung tombak keberhasilan program ini, karena mereka yang akan mengarahkan anak untuk mengobservasi, bertanya, mencari jawaban, pengumpulan data hingga merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah.

PT Pertamina (Persero) mengapresiasi kebijakan Kemendikbud untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada sains. Hal ini selaras dengan Pertamina yang memiliki program Pertamina Olimpiade Sains (POS). ”Pertamina Olimpiade Sains merupakan kompetisi sains bergengsi bagi mahasiswa perguruan tinggi nasional, sebagai wadah untuk mengasah kompetensi di bidang sains baik pada tataran teori maupun project, dan telah melahirkan generasi muda yang telah menerapkan project-nya hingga tahap aplikasi khususnya di bidang pengembangan energi baru dan terbarukan,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro.

Tahun ini merupakan penyelenggaraan POS ke-9. Program ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang sama pada tahun sebelumnya sebagai bagian dari program CSR Pertamina Cerdas, dalam mencetak generasi muda berprestasi yang terus berkarya membangun negeri. Pada 2016 ini, kompetisi sains nasional yang sebelumnya bernama OSN Pertamina tampil dengan nama baru yaitu ”Pertamina Olimpiade Sains”.

Selain dengan nama baru, POS juga melakukan pengembangan pada kompetisi Kategori Teori, yaitu dengan mengubah sistem tes Seleksi Daerah (tingkat provinsi) yang sejak 2008 dilakukan dengan metode PBT (Paper Based Test) menjadi CBT (Computer Based Test). Dengan begitu peserta POS 2016 dapat mendaftar sebagai dan mengikuti tes Seleksi Daerah tanpa harus terkendali dengan jarak dan lokasi pelaksanaan tes seleksi.

Event istimewa ini selaras dengan SINDO Media yang memiliki concern tinggi dalam dunia pendidikan. Pemimpin Redaksi (Pemred) KORAN SINDO dan SINDOnews Pung Purwanto mengungkapkan wujud dukungan SINDO Media adalah dengan bekerja sama dengan Pertamina menggelar ajang edukasi sains dengan cara yang menyenangkan dan interaktif, bernama Pertamina Science Fun Fair 2016 pada 29 Oktober mendatang.

Pung menerangkan, Pertamina Science Fun Fair akan diikuti oleh 2.500 peserta dari seluruh wilayah Jabodetabek. ”Terdapat kesamaan misi antara SINDO Media dengan Pertamina, untuk lebih meningkatkan minat generasi muda pada sains,” ujar Pung. ”Pada acara ini, kami mengundang siswa dari SD hingga SMA untuk mengirimkan proyek sains mereka untuk dilombakan. Para pemenang akan diumumkan Februari 2017 nanti,” katanya.

Pertamina Science Fun Fair rencananya akan dibuka oleh Mendikbud Muhadjir Effendy. Acara yang sudah memasuki tahun kedua ini tidak hanya akan diisi seminar namun juga menghadirkan inovator cilik Naufal yang berhasil membangkitkan energi listrik dari pohon kedondong, meski saat ini usianya baru10 tahun. Naufal akan memberikan semangat dan inspirasi bahwa suatu karya inovasi itu pun bisa diciptakan oleh para siswa sekolah dasar.

 

sumber : https://nasional.sindonews.com/read/1150572/144/minat-sains-pada-anak-perlu-ditingkatkan-1477546009

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Ujian Nasional Dihapus, Mendikbud: Presiden Setuju, Tinggal Tunggu Inpres

Ujian Nasional Dihapus, Mendikbud: Presiden Setuju, Tinggal Tunggu Inpres

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memastikan pemerintah akan menghapuskan sementara ujian nasional terhitung sejak tahun 2017.

Keputusan itu sudah mendapatkan persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Saya sudah dipanggil Pak Presiden, sebelum jumatan tadi saya dipanggil. Prinsipnya beliau sudah menyetujui, tinggal menunggu inpres,” kata Muhadjir dalam siaran pers yang diterima Tribunnews, di Jakarta Jumat (25/11/2016).

Meski dihapus kata Mendikbud tetap akan ada ujian akhir bagi siswa yang dilakukan oleh pemerintah setempat.

Siste m disentralisasi ujian akhir ini jauh lebih baik menurut Muhadjir.

Pelaksanaan ujian akhir bagi siswa SMA-SMK dan sederajatnya diserahkan ke pemerintah provinsi.

Untuk level SMP dan SD sederajatnya diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota.

“Pelaksanaannya tetap standard nasional. Badan Standardisasi Nasional akan mengawal, mengontrol, mengendalikan prosesnya. Jadi tidak ada lagi itu supply-supply soal ke daerah dikawal polisi,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Mendikbud menjelaskan UN baru akan digelar kembali jika fasilitas pendidkan di Indonesia sudah merata.

Saat ini pihaknya tengah melakukan perbaikan fasilitas di 20.000 sekolahan di Indonesia.

“Sekolah-sekolah kita yang di atas standar nasional sekarang hanya 30 persen, itu yang harus kita treatment,” tegasnya.

“Ujian Nasional tetap akan saya lakukan sesuai dengan amanah Mahkamah Agung kalau semua pendidikan di Indonesia sudah bagus. Makanya nanti akan pemetaan saja. Nanti kita lihat apakah perbaikan di 2017 cukup signifikan,”ujarnya.

Sekolah-sekolah yang rusak lanjut Mendikbud juga akan diperbaiki fasilitasnya hingga standar untuk menerapkan pola pendidikan karakter dengan sistem full day school.

Siswa juga akan dididik optimal pada hari Senin-Jumat dan akan diliburkan pda hari Sabtu dan Minggu.

SUMBER : https://www.tribunnews.com/nasional/2016/11/25/ujian-nasional-dihapus-mendikbud-presiden-setuju-tinggal-tunggu-inpres

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Indonesia Darurat Guru

Indonesia Darurat Guru

Presiden Joko Widodo (tengah) berjabat tangan dengan sejumlah guru saat Peringatan Hari Guru Nasional 2016 di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (27/11). Peringatan yang diikuti belasan ribu guru dan tenaga kependidikan dari berbagai daerah di Indonesia tersebut mengangkat tema Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya.

Distribusi guru di Indonesia tak merata. Banyak daerah terpencil kekurangan guru. Di SMK, kekurangan guru terjadi karena peningkatan jumlah sekolah tak diiringi penambahan tenaga pengajar.
tirto.idSetelah menyelesaikan masa pendidikannya di Sekolah Tinggi Theologi Setia Jakarta delapan tahun silam, Aryanti Manggoa bersama 49 alumni lainnya dikirim oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua untuk menjadi tenaga guru kontrak di sekolah-sekolah pedalaman Mimika, Papua.

Awalnya Aryanti ditugaskan di SD Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Kipia, Distrik Mimika Barat, namun setelah tiga tahun mengabdi ia pun dipindahkan ke SD YPPK Bulujauluki Aramsolki, Distrik Agimuga.

Pada awal kedatangannya, Aryanti bercerita sekolah ini jauh dari aktivitas belajar. “Awalnya yang bertugas di sekolah ini teman saya, namanya Ibu Desi. Saat dia datang ke sini pada awal 2008, sekolah ini sama sekali tidak ada aktivitas.” katanya kepada Antara. Meski demikian, ia mengaku sangat menikmati profesinya sebagai guru di pedalaman Papua.

Kebijakan perekrutan guru kontrak di Provinsi Papua menunjukkan kurangnya meratanya guru di Indonesia. Hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Alpius Toa. Jumlah tenaga pengajar Kabupaten Jayapura tiga tahun lalu hanya diisi sebanyak 3.464 orang. Idealnya butuh seperempat lagi dari jumlah itu dan yang paling banyak dibutuhkan adalah guru sekolah dasar.

Minimnya guru tak hanya di Papua. Pada Agustus 2015 silam, pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, juga mengeluhkan yang sama. Ia mengaku membutuhkan tambahan 500 guru untuk mengajar di sekolah-sekolah di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Selain Malinau, keluhan itu juga datang dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Jusmadi yang mengatakan tak cukupnya jumlah tenaga pendidik di daerahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Barito Utara, Kalimantan Tengah, Elpi Epanop juga mengamini hal itu: “Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah Barito Utara, kita masih kekurangan tenaga guru sekitar kurang lebih 500 orang.”

Menurut Elpi, kekurangan itu disebabkan banyaknya guru yang pensiun dan tidak adanya penerimaan CPNS baru untuk tenaga guru.

Iti Octavia, Bupati Lebak, Banten, juga mempunyai masalah sama di daerahnya. Di Lebak saat ini hanya ada 4.000 guru. Sekolah di daerah terpencil hanya diisi oleh dua tenaga pengajar berstatus PNS dan tidak sesuai dengan angka siswa yang berjumlah ratusan. “Saya kira idealnya satu guru melayani rombongan belajar sebanyak 25 siswa,” katanya.

Indonesia memang mengalami persoalan serius terkait dengan kurangnya guru. Menurut laporan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru RI, Sulistyo, pada 2015 lalu, Indonesia masih kekurangan sekitar 520 ribu guru dan jumlah itu akan terus bertambah karena ribuan guru Inpres akan pensiun pada tahun 2018-2023. Guru Inpres adalah guru yang dikirim berdasarkan Instruksi Presiden pada tahun 1974 sampai 1975 di masa Orde Baru.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau, Yatim Mustafa yang menyatakan sekitar 1.000 orang guru yang mengabdi di daerahnya akan memasuki masa pensiun pada 2018. Rata-rata guru yang pensiun pada 2018 kebanyakan adalah guru Inpres yang didatangkan dari daerah lain pada pemerintahan orde baru.

Di sekolah kejuruan pun ada masalah kekurangan guru, apalagi belakangan minat masyarakat terhadap SMK meningkat. Pada tahun ini saja ada penambahan 341 SMK, padahal biasanya hanya bertambah 20 hingga 25 SMK baru setiap tahunnya.

Mengatasi Kekurangan Guru

Akhir Agustus lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerjunkan sekitar 3.000 guru di pelosok Indonesia atau kawasan Indonesia terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Nama program itu adalah Program Sarjana Mendidik (SM) di daerah 3T.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, SM-3T merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk membangun Indonesia dari tepi atau kawasan yang belum mendapatkan pemerataan pendidikan. Calon guru yang telah terpilih akan ditempatkan di daerah 3T di 56 kabupaten pelosok Indonesia selama satu tahun.

Mereka yang mengikuti program ini juga diberikan pelatihan prakondisi yang diselenggarakan di 12 LPTK, yakni: Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Negeri Makassar, Universitas Gorontalo, dan Universitas Syiah Kuala.

Indonesia Darurat Guru
Pelatihan ini berlangsung selama 17 hari dan berisi bekal akademik dan non-akademik. Menurut Muhadjir, program SM-3T diharapkan dapat membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan, terutama kekurangan tenaga guru. Program ini juga bertujuan untuk memberikan pengalaman pengabdian kepada para sarjana.

Walaupun sudah ada tindakan untuk mencegah kurangnya guru, bukan berarti Indonesia bisa terbebas dari ancaman kekurangan guru. Selain besarnya jumlah kekurangan guru yang sulit dikejar, tak banyak juga guru yang mau terus berkiprah di daerah.

Mantan Ketua DPR RI, Marzuki Alie, mengatakan banyak guru yang awalnya siap menandatangani kontrak penempatan di seluruh Nusantara, termasuk wilayah-wilayah pedalaman, malah mengurus surat pindah karena tak betah di daerah.

“Mereka tidak siap di daerah,” kata Marzuki kepada Antara.

sumber : https://tirto.id/indonesia-darurat-guru-b6T6
posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Ujian Nasional Tak Menjamin Siswa Lebih Pandai

Pada suatu siang di hari Sabtu, sebuah sekolah yang terletak di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, mendadak ramai. Usut punya usut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy-lah yang menjadi penyebabnya. Ia secara tiba-tiba melakukan kunjungan ke sekolah bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) I Luwuk itu untuk berdialog dengan para murid.

Dengan cepat Muhadjir memasuki sejumlah ruangan kelas di sekolah itu. Ketika ia selesai berdialog di sebuah ruang kelas dan hendak meninggalkan ruangan, tiba-tiba seorang murid mengacungkan jarinya, meminta kesempatan untuk bertanya kepada sang Menteri.

“Mohon maaf Pak Menteri, boleh saya bertanya,” ujar Mohamad Kaharuddin, nama sang murid yang masih duduk di kelas XII, dengan lugas, seperti dikutip dari kantor berita Antara. “Pak Menteri, apakah ujian nasional [UN] itu masih akan dilakukan? Apakah UN tidak menghambur-hamburkan dana saja.”

Gemuruh tepuk tangan para siswa dan guru pun menyambut pertanyaan tersebut.

“Lha, menurut kamu bagaimana?,” kata Muhadjir, balik bertanya.

“Menurut saya Pak, UN tidak perlu lagi. Dihapus saja, karena kalau UN itu siswa pasti meniru-niru temannya. Maksudnya, mencontek. Jadi, UN buang-buang dana saja,” katanya tegas, sembari para siswa menyambut pernyataan itu dengan riuh tepuk tangan.

Sembari tersenyum, Muhadjir pun menjawab, “Keputusannya nanti, kami segera umumkan apakah tahun depan masih ada UN atau tidak. Berdoa saja ya? Mudah-mudahan…”

Percakapan itu terjadi pada 5 November lalu, dan seperti yang sudah-sudah, wacana penghapusan UN selalu berkembang dan menarik perhatian publik.

Beberapa minggu berselang, Jumat pekan lalu, Presiden Joko Widodo berusaha memperjelas sikap pemerintah terhadap isu itu. Ia menyatakan moratorium UN pada 2017 masih belum diputuskan. Tapi jika penghapusan memang diperlukan untuk meningkatkan standar kualitas pendidikan maka akan dilakukan.

“Tapi tentu saja harus ada rapat terbatas dulu yang nantinya akan kita putuskan,” kata Jokowi.

Sikap Muhadjir sendiri jelas. UN hanyalah berfungsi untuk memetakan kualitas pendidikan nasional, sehingga tidak perlu dilakukan setiap tahun. Hal yang lebih krusial, menurutnya, adalah pembenahan sistem pendidikan Indonesia yang bertolak dari hasil pemetaan hasil UN. Hanya 30 persen sekolah yang sudah berada di atas standar nasional.

“Kalau sudah tahu dengan [pemetaan] melalui UN ternyata sekitar 30 persen saja yang bagus, maka kami harus melakukan pembenahan-pembenahan dulu,” kata dia.

Aspek-aspek yang ditingkatkan, lanjutnya, antara lain kualitas guru, proses bimbingan dan pembelajaran, revitalisasi sekolah dan lingkungan. Biaya pembenahan tersebut akan menggunakan anggaran yang seharusnya digunakan untuk pelaksanaan ujian nasional.

Muhadjir pantas risau, sebab berdasarkan sejumlah peringkat pendidikan yang dirilis oleh beberapa lembaga internasional, posisi Indonesia masih rendah, kendati menunjukkan sedikit perbaikan. Artinya, selama ini tidak ada perbaikan signifikan dalam sistem pendidikan.

Dalam studi the Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) misalnya, Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2012 secara konsisten berada di peringkat bawah.

Sementara itu, berdasarkan indeks yang dalam laporan The Learning Curve yang dirilis oleh Pearson Education dan ditulis oleh The Economist Intelligence Unit pada tahun 2012 dan 2014, Indonesia juga menempati posisi bawah.

Berkaca Dari Negara Lain

Dari daftar pada laporan PISA dan Learning Curve, terdapat sejumlah negara yang secara konsisten menonjol, yakni negara-negara Skandinavia dengan Finlandia sebagai cream of the crop-nya, dan negara-negara di wilayah Asia Timur, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Hong Kong-Cina.

Dalam sistem pendidikan di negara-negara tersebut, ada beberapa perbedaan mendasar dengan sistem Indonesia. Finlandia, misalnya, menerapkan sistem pendidikan yang tidak ortodoks. Mereka menerapkan sistem pendidikan yang tidak didorong oleh sistem evaluasi dan menempatkan murid benar-benar sebagai obyek pembelajaran. Kualitas guru juga sangat dijaga, namun tidak melupakan kesejahteraan mereka.

Anak-anak di Finlandia tidak memulai sekolah hingga mereka berusia tujuh tahun, ketika mereka dinilai sudah benar-benar siap untuk belajar. Tapi, hampir serupa dengan di Indonesia, anak-anak wajib bersekolah selama sembilan tahun. Bedanya, hari-hari sekolah lebih pendek dan kelas juga lebih sedikit. Pekerjaan rumah pun sangat minim.

Selain itu, tidak ada tes standardisasi yang diamanatkan. Tidak ada pula peringkat, perbandingan atau persaingan antara siswa, sekolah atau daerah.

Di sisi lain, seluruh guru di Finlandia wajib memiliki gelar magister yang disubsidi penuh oleh pemerintah. Guru-guru ini biasanya juga merupakan bagian dari 10 persen lulusan terbaik di universitas. Mereka mendapatkan gaji yang cukup layak sekitar $42.800 per tahun menurut laporan The Guardian, dan dipandang memiliki status yang setara dengan dokter ataupun pengacara.
Dengan sistem tersebut, mereka hampir selalu berada di lima besar posisi teratas dengan skor PISA tertinggi sejak tahun 2000 hingga 2012.

Sementara itu, Korea Selatan menerapkan sistem yang berbeda. Di negara ini, para muridnya harus menjalani waktu belajar yang sangat panjang yakni delapan jam per hari di sekolah. Setelah itu mereka biasanya mengambil kelas privat di luar sekolah resmi, belum ditambah dengan jam belajar pribadi mereka di rumah.

Masyarakat Korea sangat fokus pada pendidikan. Para orangtua sangat menginginkan anaknya masuk di universitas bergengsi dan lulus. Hal ini kemudian membuat tekanan sosial pada pelajar menjadi tinggi, yang kemudian berdampak pada tingginya tingkat stres pada pelajar akibat kompetisi yang begitu ketat.

Tapi terlepas dari kekurangannya, sistem tersebut jelas membuahkan hasil. Dalam empat dekade, negara itu berhasil bertransformasi dari negara berkembang menjadi salah satu macan Asia. Sumber daya manusia berkualitas yang diperoleh dari pendidikan yang baik dapat mengubah nasib perekonomian suatu bangsa.

Lantas apakah kesamaan dari dua negara tersebut? Keduanya sama-sama memiliki kultur yang melihat pendidikan sebagai hal penting buat masa depan bangsa. Studi The Learning Curve pada tahun 2012 menemukan bahwa kultur masyarakat memegang peranan penting dalam sukses tidaknya sistem pendidikan di suatu negara. Sejauh mana tingkat dukungan pendidikan dalam kultur masyarakat merupakan kuncinya.

“Sebagian besar ahli mengatakan, hal yang lebih penting daripada uang adalah tingkat dukungan pendidikan dalam budaya di sekitarnya,” kata laporan tersebut.

Selain itu, guru juga memegang peranan penting. Laporan itu mengatakan bahwa tidak ada daftar yang absah untuk menentukan atau mengidentifikasi guru yang sangat baik, dan bagaimana memperoleh mereka.

Akan tetapi, “sistem sekolah yang berhasil memiliki sejumlah kesamaan: mereka menemukan cara yang efektif secara kultural untuk menarik orang-orang terbaik kepada profesi [guru]; mereka menyediakan pelatihan yang relevan dan terus berlanjut; mereka memberikan guru status yang sama dengan profesi dihormati lainnya; dan sistem [pendidikan tersebut] juga menetapkan tujuan dan harapan yang jelas, tetapi juga memungkinkan guru untuk mencapai tujuan tersebut.”

Bagi Indonesia yang beberapa waktu lalu dihiasi dengan berita kasus penganiayaan guru oleh muridnya dan masih besarnya kesenjangan pendidikan antar daerah, hal ini merupakan pekerjaan rumah yang besar. Namun seperti Korea Selatan, dan negara Asia Timur lainnya yang mampu bangkit, maka tercapainya sistem pendidikan yang lebih baik bukanlah hal yang muskil.

sumber : https://tirto.id/ujian-nasional-tak-menjamin-siswa-lebih-pandai-b5TS

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

Belajar dari kegagalan

10 pelajaran lebih besar tentang kegagalan dari mulut orang-orang sukses.
1. Menerima kegagalan, tapi terus mencoba.
Michael Jordan pernah berkata bahwa, “Saya bisa menerima kegagalan, semua orang gagal pada sesuatu. Tapi aku tidak bisa menerima tidak mencoba. “Kegagalan kemudian menjadi alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain, kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Semua orang gagal pada satu waktu atau yang lain, bagian keberanian datang terus mencoba.
2. Lanjutkan ke depan meskipun gagal.
Walt Disney dipecat karena ia “kekurangan imajinasi dan tak punya ide bagus.” Ini adalah orang yang bertanggung jawab atas sebuah kerajaan film imajinatif dan bermain untuk anak-anak di seluruh dunia, namun, ia kehilangan pekerjaannya karena kurangnya imajinasi. Pelajaran di sini adalah untuk terus bergerak menuju tujuan akhir, bahkan ketika orang lain gagal untuk melihat visi yang sama.
3. Keberhasilan atau kegagalan tergantung pada apakah atau tidak Anda terus melakukannya.
Babe Ruth mengatakan bahwa, “Setiap pemogokan membawa saya lebih dekat dengan home run berikutnya.” Pelajaran ini mirip dengan pernyataan Edison tentang bola lampu nya. Suka atau tidak kegagalan adalah sangat mesin sukses, bergerak kita satu langkah lebih dekat dengan sukses.Tentu saja, ini juga berarti bahwa Anda harus terus berjalan dan tidak berhenti dalam upaya untuk mencapai tujuan Anda.
4. Kadang-kadang kegagalan hanya berarti mengubah arah.
Cinta Ben & Jerry es krim? Jadi jangan I. Berikut adalah beberapa orang yang memiliki arah yang sama sekali berbeda untuk hidup mereka dan masih berhasil menjadi sukses mengagumkan. Mr Ben Cohen putus kuliah, sementara Mr Jerry Greenfield gagal untuk masuk ke sekolah kedokteran, dan keduanya berhasil menjadi dan tetap sangat sukses.
5. Percayalah pada diri sendiri.
Tidak semua orang akan “membuat Anda.” Elvis Presley, Lucille Ball, dan Carol Burnett semua diberitahu untuk berkemas dan pulang karena mereka “mengejutkan” kurangnya bakat. Namun, bisa Anda bayangkan dunia tanpa musik dan humor mereka? Sukses dimulai melalui percaya kepada apa yang dapat Anda lakukan. Jangan biarkan orang lain mencegah Anda di jalan Anda menuju sukses.
6. Kegagalan adalah kesempatan untuk belajar.
Henry Ford dikutip mengatakan, “Kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi, kali ini lebih cerdas.” Tentu saja, Edison akan setuju. Anda baru saja belajar semua cara yang salah terhadap kesuksesan tertentu, seperti Edison lakukan dengan “sepuluh ribu” upaya kesalahannya. Setiap pelajaran, setiap kegagalan, adalah gerakan ke arah yang benar.
7. Sikap tentang kegagalan dapat membuat semua perbedaan.
“Sukses adalah kemampuan untuk pergi dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan antusiasme Anda,” kata Sir Winston Churchill. Inggris berada di sebuah kerugian besar dengan munculnya Perang Dunia II.Berikut ini adalah contoh utama dari kecil David melawan Goliath perkasa.Keyakinan antusias Churchill di pertahanan Inggris adalah bagian dari titik balik bagi negara itu dalam perang.
8. Keberanian harus semboyan Anda.
“Jika Anda telah membuat kesalahan, bahkan yang serius, selalu ada kesempatan lain untuk Anda. Apa yang kita sebut kegagalan bukanlah jatuh ke bawah tetapi tetap turun, “kutipan dari Mary Pickford. Kita semua cukup mampu kesalahan spektakuler dan sebagian dari kita, termasuk saya sendiri, telah membuat mereka. Kuncinya adalah untuk tidak membiarkan kekalahan dan kegagalan menjadi akhir semua. Anda harus terus maju.
9. Jangan menyerah.
“Untuk setiap kegagalan, ada kursus alternatif tindakan. Anda hanya perlu menemukannya. Ketika Anda datang ke sebuah blok jalan, mengambil jalan memutar, “kutipan dari Mary Kay Ash. Dia adalah pendiri bisnis rumah sangat sukses untuk kosmetik terkemuka. Mungkin, pelajaran dari kegagalan ini adalah bahwa mungkin ada yang lebih baik atau dengan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan Anda.
10. Sukses hanya dapat tumbuh dari kegagalan.
Benjamin Disraeli, mantan Perdana Menteri Inggris mengatakan, “Semua keberhasilan saya telah dibangun di atas kegagalan saya.” Memang, kegagalan adalah hanya titik kritis ketika seseorang berada di jalan menuju kesuksesan. Tanpa kegagalan, kita sebagai manusia tidak belajar dan gerakan kita menuju kesuksesan stagnan. Biarkan kegagalan membimbing Anda menuju kesuksesan bukan menjadi titik berhenti.

SUMBER : https://nuestrahistoriaescrita.blogspot.co.id/2014/07/10-pelajaran-besar-manusia-yang-sangat.html

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

KILAS BALIK DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para “Nation Builders” Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.

Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.

Menurut pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan keterbatasan akses pendidikan di daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. “Yang menjadi persoalan, di Jabodetabek jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta,” ujar Anies. Secara tidak langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut. “Kalau sekolah hanya di ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah,” tandasnya.

Selain itu, jumlah guru yang sesuai dengan kualifikasi saat ini dinilai masih belum merata di daerah. Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid Muhammad saat ini banyak sekolah dasar (SD) di Indonesia kekurangan tenaga guru. Jumlahnya diperkirakan mencapai 112 ribu guru.

Untuk mengatasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dalam hal distribusi guru di daerah-daerah supaya lebih merata. “Jika manajemen guru bisa ditangani lebih optimal, tidak parsial, maka bisa dipindahkan ke kabupaten atau daerah yang berdekatan,” ungkap Hamid.

Kemudian, untuk meningkatkan kualitas para guru, Kemendikbud akan meningkatkan kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Hamid menjelaskan, jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850 ribu guru. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah memenuhi kualifikasi dengan gelar S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum memenuhi kualifikasi. Tiap tahunnya, Kemendikbud juga menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu calon guru guna menempuh pendidikan S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.

Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi “Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor ekonomi; anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini,” menurut Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc di Jakarta. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di kawasan Asia Pasifik adalah 0,683.

“Kita harus menyelesaikan permasalahan pendidikan ini, karena kepemilikan atas pengetahuan adalah kunci seseorang mencapai kesejahteraan,” menurut figur pendidikan Indonesia, Anies Baswedan. Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pemerintah telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna menghadapi persaingan bebas dunia yang akan segera berlaku dengan terwujudnya komunitas ASEAN pada tahun 2015 mendatang.

Untuk meringankan beban serta memperkokoh dasar pendidikan pada siswa Indonesia, Kemdikbud memastikan akan sepenuhnya memberlakukan Kurikulum 2013 mulai tahun 2014, bahkan sudah menyiapkan anggaran untuk mendukung operasional kurikulum tersebut. “Sudah siap dan tahun depan hampir semua (sekolah) bisa melaksanakan Kurikulum 2013,” ujar Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Musliar Kasim.

Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berfokus pada penguasaan pengetahuan yang kontekstual sesuai daerah dan lingkungan masing-masing. Kurikulum tersebut menitikberatkan penilaian siswa pada tiga hal: sikap (jujur, santun, disiplin), keterampilan (melalui tugas praktek/ proyek sekolah), dan pengetahuan keilmuan. Pada tingkat dasar seperti SD, kurikulum ini lebih fokus pada pembentukan sikap dan keterampilan hidup, sedangkan keilmuannya lebih ‘ringan’ daripada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Pada tingkat lanjutan seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih ditingkatkan karena pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar. Menurut Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan 5; siswa SMP kelas 8 dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah tidak akan mencetak buku bahan ajar. Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya, Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar ke dalam situs internet.

Kemendikbud akan menetapkan harga eceran tertinggi atas buku yang ditargetkan akan beredar bebas tersebut. Kurikulum 2013 sendiri sebenarnya sudah dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2013 di sejumlah sekolah yang telah diseleksi, meski sempat dikritik karena pelaksanaannya terkesan dipaksakan.

Sebagai lembaga bantuan internasional yang bekerja di sektor pembangunan sosial-ekonomi, USAID Indonesia memberikan penekanan besar pada pengembangan kualitas pendidikan melalui sejumlah program yang berjalan sekarang salah satunya adalah melalui program beasiswa S2 USAID-PRESTASI. Pada tahun ini, USAID -PRESTASI memberikan beasiswa S2 kepada 31 profesional Indonesia. Program ini dibuka untuk umum dan diharapkan dapat mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya masing – masing yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif di lingkungan kerja mereka masing – masing setelah merekakembali ke Tanah Air.

Sumber: https://www.prestasi-iief.org/index.p…n-di-indonesia

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments

9 Kesalahan Sistem Pendidikan di Indonesia yang Wajib Kita Alami

1. Sekolah adalah Kewajiban Bukan Kesadaran
Itulah prinsip salah yang masih kita terapkan sampai sekarang. Nilai-nilai pemaksaan yang dibiaskan menjadi sebuah kewajiban. Wajib belajar 9 tahun. Disadari atau gamaksudnya adanya selama 9 tahun ga kita dipaksa untuk belajar. Dengan embel-embel uang sekolah gratis d1. Sekolah adalah Kewajiban Bukan Kesadaran Itulah prinsip salah yang masih kita terapkan sampai sekarang. Nilai-nilai pemaksaan yang dibiaskan menjadi sebuah kewajiban. Wajib belajar 9 tahun. Disadari atau gamaksudnya adanya selama 9 tahun ga kita dipaksa untuk belajar. Dengan embel-embel uang sekolah gratis dan buku gratis.

2. Belajar Karena Nilai Bukan Karena Menyenangkan
Fakta diatas semakin merosot lagi setelah kita masuk sekolah. Begitu udahmasuk sekolah kesalahan selanjutnya udahmenanti diruangan kelas. Kita akan berjuang mati-matian belajar “hanya” kalau gurunya “pembunuh”dan “raja pelit” kasih nilai. Tapikalau “ga”,kita akan santai aja bro.Hidup kayak dipantai, santai. Pelajaran olahraga yang cuma sekali 1 minggu dan jam istirahat yang cuma 15 menit. Justru adalah waktu yang paling berkesan selama sekolah. Karena saat jam itulah kita bisa bebas bermain. Kita bisa menikmati setiap detik dan menitnya. Sayangnya rasa menyenangkan itu gabisa didapatkan saat belajar. Tekanan agar dapat nilai bagus dan gatinggal kelas yang mendorong kita untuk belajar. Yah, selain rasa malu biar gajadi anak yang “dianggap” terbodoh dikelas.

3. Kesalahan Bukan Untuk Disalahkan Tapi Diperbaiki
Pernah salah dan dihukum didepan banyak orang? Pernah dibuat malu sama guru didepan banyak orang? Apakah itu membuat kita belajar atau malah benci sama gurunya? Simpan aja jawaban masing-masing. Kalau aja ada satu jawaban “ya” atas pertanyaan diatas. Maka kita adalah temen. Kita korban regenerasi pendidikan yang salah. Konsep salah disalahkan dan dipermalukan itu bersyukurnya mulai berkurang diperkotaan. Karena dengan mudahnya pada siswa akan diliput sama media. Kalau didesa mah, masih banyak yang menjadi korban “salah mendidik”

4. Belajar Hanya Kalau Ada Tugas
Kenapa orang lebih suka main daripada belajar? Yap, balik lagi ke poin yang pertama dan kedua diatas. Karena belajar itu kewajiban yang gamenyenangkan. Daritadi kita memojokkan sistem pendidikan terus ya? Baiklah, anggaplah sistem pendidikannya udah benar. Kita mau ditekan belajar sampai lulus SMA. Liat saat kuliah berapa banyak akhirnya yang menjadi burung liar dan kuda liar. Harus jatuh dan mengalami kuliah yang berantakan. Kewajiban belajar ga membuat mereka sadar. Justru kesadaran kalau pendidian itu penting yang membuat kita sadar. Sampai akhirnya mengejar ketertinggalan kuliah. Lalu paksaan belajar ga berhenti sampai disitu. Berapa banyak kita yang akhirnya bekerja gasesuai sama “gelar sarjana”? Kita akhirnya memilih bekerja sesuai dengan hal yang kita senangi. Bukan jurusan yang dipaksakan. Hal ini berkaitan erat dengan kesalahan selanjutnya.

5. Anak IPA itu Pintar dan Anak IPS itu Bodoh
Siapa yang sempat merasakan itu? Gadipungkiri memang, kemampuan berpikir anak IPA lebih daripada anak IPS. Lalu kenapa anak IPA bisa pintar dan anak IPS bisa bodoh? Bukannya tujuan sekolah membuat anak bodoh menjadi pintar? Kita bisa pecah karena perbedaan soal agama dan kepercayaan. Disadari gakalau sebenarnya guru dan segenap jajaran sekolah membentuk perbedaan antara IPA dan IPS? Bukankah itu udah bertentangan dengan tiga prinsip pendidikan ala Mbah Ki Hadjar Dewantara?

6. Kesalahan Dibayar Hukuman
Itulah hal yang lumrah dan legal terjadi disekolahan. Lalu kalau anak lebih banyak salah maka akan dihukum terus? Kapan dia akan mendapatkan perhatian sama dengan yang lainnya? Kenapa sistem hukuman gadihilangkan aja dan diganti dengan “prestasi dapat hadiah”.

7. Jago Matematika Pintar, Jago Main Bola Bodoh
Konsep lain dari pintar dan bodoh disekolah adalah perbandingan jago matematika dan jago main bola. Guru dan orang tua sering bilang “Mau makan apa kamu main bola?”. Lebih kaya mana pemain bola sekarang dan ilmuwannya? Kenapa soal kaya, ya karena tadi pertanyaannya mau makan apa. Guru hanya fokus pada kemampuan anak yang jago matematika dan didukung oleh banyak orang untuk ikut olimpiade. Lalu anak yang jago main bola hanya didukung sama temen-temencowoknya. Betul?

8. Guru Boleh Salah Siswa Ga Boleh
Pernah telat dan kena hukuman? Disuruh hormat bendera atau disuruh berdiri satu kaki didepan kelas sambil pegang kuping. Lalu ketika kita udahberada dalam kelas dan gurunya terlambat masuk. Kita biasa ajaseolah gaterjadi apa-apa. Guru hanya bilang, “Maaf Ibu telat, kita lanjutkan pelajaran ya”. Enak banget ya jadi guru? Emang mereka gapernah jadi murid ya? Gapernah merasakan korban amarah guru? Atau mungkin mereka korban sistem pendidikan salah. Mereka adalah “sianak yang pintar” yang dulu dikasih perhatian.

9. Anak Pintar Disayang Guru dan Anak Bodoh Ga
Fakta terakhir ini gabisa dielak. Seolah udahmenjadi aturan alami disekolahan. Anak pintar dan rajin akan mendapatkan perhatian khusus dengan pujian dan nilai bagus. Anak bodoh dan malas hanya akan mendapat teguran dan rasa malu. Sayangnya gasemua guru akan memberikan perhatian khusus untuk mereka? Bukankah tugas guru adalah mendidik? “Kalau menjadikan anak pintar menjadi semakin pintar. Apa hebatnya guru?”

Akhirnya Konsep Pendidikan sebagai Gerakan Semesta di Bulan Pendidikan Kebudayaan hanya akan menjadi selebrasi tanpa solusi. Kalau kita ingin gerakan ini mengembalikan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Perubahan mulai dari atas bukan dari bawah. Perubahan gadimulai dari orang yang dididik tapidari pendidik. “Perubahan dimulai dari pendidik bukan terdidik” @kekitaan Nilai-nilai dan karakter dari Pancasila sebagai tujuan utama dari pendidikan nasional gaakan mempan sama siswa. Gaakan masuk. Nilai-nilai sebaik apapun akan tetap sia-sia. Siswa sebagai terdidik adalah mesinnya. Sedangkan guru sebagai pendidik adalah supirnya. Arah kemana pendidikan Indonesia tergantung arah kemudi.

Sumber : https://www.kompasiana.com/kekitaan/9-kesalahan-sistem-pendidikan-di-indonesia-yang-wajib-kita-alami_5749042f129773b1043fc7ae

posted by Aida Nurfadhilah in Uncategorized and have No Comments
Skip to toolbar