Indonesia’s Tourism Puzzle #7 (Bali)

patung  

GWK
GWK

Bali merupakan susunan puzzle wisataku yang kedua. Pulau ini sangatlah cantik dan menawan. Tak heran banyak turis domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke pulau ini.

Saat study tour SMA, aku berkunjung ke pulau Bali dengan 7 rombongan bus. Aku berangkat dari Wonosobo sekitar pukul 08.00 WIB. Tour dibuka  dengan kunjungan pertama yaitu ke SMA 3 Klaten. Kunjungan ini merupakan kunjungan persahabatan antara SMA 3 Klaten dengan SMA-ku yaitu SMA 1 Wonosobo. Setelah berkunjung ke SMA 3 Klaten, aku melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Ketapang yang terletak di Kota Banyuwangi. Keesokan harinya, aku menyebrang menuju Pulau Bali sekitar pukul 06.00. Mataku masih agak sayu karena lelah di perjalanan menuju pelabuhan. Tetapi langsung terbuka lebar setelah sinar matahari jatuh ke kelopak mataku. Akupun sangat antusias untuk naik ke atas kapal yang akan membawaku menyebrang menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Aku pilih duduk di dek atas, agar aku bisa menikmati hembusan angin yang bisa lebih menyadarkanku. Aku melihat sekitar, tak ada temanku yang tak senang, mereka tertawa sembari berfoto ria. Mengabadikan momen ketika ombak meliukkan kapal kami. Hampir 40 menit kapalku menyebrang, Pelabuhan Gilimanuk pun sudah di depan mata. Guruku meminta kami untuk bersiap-siap. Aku pun turun dari dek. Setelah 5 menit mengatur posisi, akhirnya kapal merapat ke dermaga. Jangkar kapalpun diturunkan.

Aku sangat gembira sekaligus was-was. Gembira karena akhirnya bisa menginjakkan kaki di pulau dewata, sekaligus was-was karena di Bali banyak sekali sesaji yang tidak boleh sembarangan kita injak. Jadi saat aku berjalan di Pelabuhan Gilimanuk, aku langsung tengok kanan dan kiri bawah barang kali aku ada sesaji.

Aku melanjutkan perjalanan ke tempat makan sekaligus peristirahatan kami yang pertama. Sepanjang perjalanan aku terteguk kagum. Pohon-pohon di pinggir jalan sangatlah dijaga oleh masyarakat Bali, jalannya bersih tanpa sampah, dan sesekali monyet nampak bergelantungan di pohon. Ini membuktikan bahwa masyarakat Bali masih sangatlah peduli dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Setelah kagum dengan rindangnya jalanan, aku kembali kagum dengan sea view yang bisa aku lihat dari kaca busku. it was an amazing sea view menurutku. Karena deburan ombaknya kecil, dan nampak biru.

Sampai di rest area, aku mandi kemudian sarapan. Pemandangannya masih sama, yaitu pantai yang biru. Dari rest area, aku menuju ke Danau Bedugul. Di perjalanan menuju Danau Bedugul, aku melewati bekas bangunan yang dulu akan dijadikan taman hiburan oleh putra Presiden Soeharto. Sekilas nampak biasa, dan kuno. Tetapi saat aku mengamati dengan saksama, bangunan itu dulunya sangat megah dan luas. Itu bukti betapa kayanya Presiden Soeharto hingga masyarakat menyebut jika kekayaannya tidak habis sampai 7 turunan. Sampai di Danau Bedugul, aku di suguhi dengan pemandangan danau yang masih sangat alami. Banyak patung hindu berjejer di pinggiran danau. Wajar si, karena mayoritas orang Bali beragama Hindu. Sejenak menikmati danau bersama kawan, melepas penat sambil santap siang di pinggiran danau, itu melegakan. Walaupun banyak penjual cenderamata di area danau, tapi aku lebih memilih menjaga baik-baik uangku, karena harga barang disini sangatlah mahal. Tips aja buat kalian yang berkunjung ke Danau Bedugul, bawa banyak makanan buat antisipasi jika kalian lapar, karena harga makanan disini bisa 2 kali lebih mahal.

Setelah puas dengan pemandangan Danau Bedugul, aku beranjak menuju pusat oleh-oleh yang terkenal, apalagi kalau bukan Joger. Disini aku baru belanja karena katanya belum ke Bali kalau belum beli produk Joger. Biasa teman-teman kalau sudah pakai produk Joger, orang bakal tau kalau dia pernah ke Bali. Sekalipun itu barang nitip hehe. Di Joger aku beli T-shirt warna biru dongker untuk aku sendiri, sendal untuk saudara, dan duster hitam dengan aksen bunga kamboja putih untuk ibuku. Agak mahal memang, tapi sengaja aku belikan untuk orang tersayang. Pulang dari Joger, aku menuju ke penginapan untuk istirahat.

Hari kedua, aku menuju ke GWK, Tanjung Benoa, Pantai Kuta, dan Galuh. Di GWK sangat membosankan karena hanya melihat patung arjuna wiwaha dengan burung garudanya yang digadang besarnya akan mengalahkan patung liberty di AS. Di Tanjung Benoa aku hanya mengunjungi teluk penyu yang aku merasa kalau disitu aku hanya dibohongi, karena sudah bayar mahal tapi cuma melihat penyu. Dari Tanjung Benoa, rombongan menuju ke Pantai Kuta. Ini akan menjadi asyik pikirku. Dan ternyata benar, sesampainya di Pantai Kuta, aku disambut oleh sunset. Lokasi menuju Pantai Kuta sangatlah padat dan macet. Banyak toko, mall, cafe, dan bar disepanjang jalan. Seperti one stop living area. Mataku terbelalak ketika melihat banyaknya turis yang sedang mabuk di pinggir jalan. Maklum, aku dari desa yang tak pernah melihat hal semacam itu. Tapi aku cukup menikmati suasana sore di sela kemacetan. Aku bisa merasakan betapa bedanya kehidupan di desa dan di kota. Mall-mall megah ada di jalan Pantai Kuta, dengan harga barang yang dijualnya yang setinggi langit, bahkan ada yang sudah memakai dollar dalam sistem pembayarannya. Sejenak bergeming dari kehidupan modernnya Bali, aku menyebrang dari depan mall menuju pantai. Agak risih ketika sampai di pantainya, karena banyak anjing berkeliaran. Dan aku takut ketika aku duduk di pasir, pasirnya itu terkena kotoran anjing. tentu itu akan najis bila terkena kulit dan baju. Akupun hanya berdiri sambil sesekali berfoto dengan kawanku. Menikmati sunset sambil bernyanyi. Lelah setelah seharian jalan kesana kemari terbayar di Pantai Kuta. Dari Pantai Kuta, kemudian beranjak ke Galuh pukul 20.00. Sesampainya di Galuh, aku makan malam sambil menunggu dimulainya pertunjukan seni khas Bali. Karena jadwal mainnya sekitar pukul 22.00. Aku dan 3 temanku sengaja memilih tempat duduk di pinggir panggung agar bisa lebih leluasa menonton. Tapi pilihanku justru salah. Bukannya leluasa, kami berempat malah ketakutan karena aksi barong yang sesekali mendekatiku dan teman-temanku. Aku memang sangat takut dengan barong. Ketika barong mendekatiku, aku menjerit dan berlari ke belakang. Walaupun itu berisi manusia, tatap saja menakutkan bagiku. Tubuhku gemetar sampai tidak berani untuk duduk di tempat dudukku semula. Selesai pertunjukkan, temanku justru mengajakku ke belakang panggung untuk berfoto dengan para pemainnya. Mati aku ! melihat saja aku takut apalagi diajak foto. Untung saja ketika temanku ke belakang panggung, para pemainnya sudah pergi, tapi kostum barongnya masih digantung disitu. Akupun langsung keluar menjauhi barong.

Hari ketiga, merupakan hari terakhirku di Bali. Tujuan wisata yang terakhir yaitu ke Tanah Lot. Pagi itu udaranya sangat sejuk. Aku packing baju untuk meninggalkan penginapan.  Di Tanah Lot, sejenak aku merenung. Apakah suatu hari nanti aku bisa kembali ke Bali lagi ? Jika aku kembali, siapa yang akan aku bawa kemari ? Sewaktu aku kembali kesini apakah aku sudah sukses atau belum ? Rasanya seperti aku tak ingin pulang, aku ingin mencari kedamaian lebih lama lagi. Tak ingin kembali ke rutinitas yang banyak menyita waktuku. Tapi renunganku terhenti ketika ketua rombongan mengkomando agar segera kembali ke bus. Usai sudah puzzle perjalananku episode Bali.

Setiap tempat punya kepingan cerita tersendiri, oleh karena itu keluarlah dari zona amanmu agar bisa menemukan puzzle yang luar biasa dari hidup kalian.

Tugas ini untuk mengikuti blog unnes award 2015

Published by

Alfi Putri

I'm a dreammer, but i'll make sure that my dream will be come true

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: