UNNES Bukan Tempat Konservasi “WERRRR” #2

Telah lama kampus kita tercinta ini menggalakkan Konservasi sebagai upaya untuk melestarikkan alam, budaya, dan karakter yang baik. Hal ini juga bermanfaat untuk menyelaraskan antar komponen yang dapat mendukung kehidupan yang sejahtera.

Berbagai upaya telah ditempuh untuk dapat mewujudkan kampus konservasi yang dapat dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia. Contohnya yaitu dengan membuat Tarian Konservasi, Senam Konservasi, Parikan Konservasi, Lembaga Konservasi, Makanan Konservasi, dan berbagai unsur dengan embel-embel konservasi.

Tetapi semua itu harus didukung dengan sistem dan mindset yang baik. Hal yang pertama harus dilakukan yaitu merancang sistem untuk menyiapkan UNNES sebagai kampus konservasi. Hal ini sudah dilakukan dari pihak UNNES, bahkan dari tahun ke tahun terus dilakukan perbaikan agar dapat sempurna. Yang kedua adalah merubah mindset sumber daya manusia yang ada di UNNES dan sekitarnya. Apabila sistem telah dirancang dan dibuat sedemikian rupa hingga mendekati sempurna, maka mindset seseorang akan mengikuti. Menyadarkan seseorang memang tidak semudah dibandingkan dengan membalikkan telapak tangan. Tetapi seseorang akan merubah mindsetnya tanpa dipaksa apabila mereka telah menyaksikan dengan mata mereka bahwa sistem yang sudah ada itu baik.

Kita harus jeli dengan apa yang ada di UNNES, termasuk dengan keberadaan pedagang yang termasuk komponen yang harus diubah mindsetnya, hal ini agar program konservasi dapat terlaksana secara optimal dan maksimal. Pedagang juga mempunyai andil dalam mewujudkan UNNES Konservasi, sehingga perlu diadakan penyuluhan atau sosialisasi tentang apa itu konservasi, hal yang perlu dilakukan dann tidak boleh dilakukan.

Miris ketika mendengar ada pedagang yang sedang berjualan di area UNNES, dan pedagang itu membuang sampah di area hutan UNNES sambil mengatakan “Konservasi Werrrr”. Seperti mereka tahu bahwa UNNES menjalankan program konservasi tetapi itu hanya untuk mahasiswa dan pihak UNNES bukan untuk mereka para pedagang. Sehingga hal ini dirasa menjadi permasalahan yang harus ditangani oleh pihak UNNES.

Semboyan “Konservasi Werrr” yang diciptakan oleh pedagang tersebut harus segera dihilangkan. Agar tidak mendoktrin pedagang lainnya atau bahkan mahasiswa yang mendengar hal tersebut. Cara untuk memutus semboyan tersebut mudah, yaitu dengan memberikan sosialisasi untuk para pedagang, teguran untuk pelanggar ringan, dan sanksi untuk pelanggar berat. Bahkan mungkin mereka harus mempunyai kartu keanggotaan konservasi. Atau tidak kita perlu melakukan pengapresiasian kepada pedagang yang patuh dengan aturan konservasi, sehingga pedagang yang lain akan tertarik untuk mengikuti jejaknya. Seperti memberikan hadiah, uang, atau digratiskan uang pangkal (untuk pedagang yang menempati kantin UNNES).

Tugas ini untuk mengikuti bidikmisi blog awards Universitas Negeri Semarang 2015

Published by

Alfi Putri

I'm a dreammer, but i'll make sure that my dream will be come true

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: