STRUKTUR DALAM MASYARAKAT JAWA
Berbicara mengenai struktur masyarakat jawa, tidak terlepas dari system stratifikasi masyarakat itu sendiri. Stratifikasi social merupakan Pembedaan masyarakat secara bertingkat (vertikal) ke dalam lapisan-lapisan tertentu. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang banyak bergelut dalam bidang agraris. Bidang agraris inilah yang dahulunya menjadi penentu seseorang berada dalam golongan yang mana. Pada masyarakat jawa, yang menempati golongan atas adalah tuan tanah atau pemilik tanah. Sedangkan yang menempati golongan bawah adalah indung tlosor yang merupakan buruh tani yang tidak memiliki lahan. Jika kepemilikan tanah dahulunya menjadi patokan seseorang berada dalam suatu golongan. Maka pada saat ini, yang menjadi patokan adalah profesi yang dilakukan seseorang. Dan golongan seseorang pada masyarakat Jawa, pada saat ini diperoleh dari achieved status yaitu status yang diperoleh karena kerja keras dan prestasi.
Kepemilikan tanah dapat tergantikan dengan profesi yang dilakukan karena seseorang mendapatkan profesi tersebut dengan usaha dan kerja keras, bukan karena warisan seperti pada kepemilikan tanah. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk dan sempitnya lapangan pekerjaan mengakibatkan profesi adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan. Profesi juga menentukan penghasilan seseorang yang dapat menjamin kemakmuran hidupnya. Untuk itu, profesi dijadikan semacam patokan seseorang berada dalam golongan social yang mana.
Pada masyarakat Jawa, profesi yang dianggap sebagai profesi yang merupakan golongan atas adalah profesi sebagai dokter, pengusaha, dan pejabat daerah. Disamping profesi tersebut adalah profesi yang mulia, profesi tersebut juga menghasilkan uang yang tidak sedikit dan kebanyakan dari profesi tersebut telah mendapat gaji tetap, sehingga kemakmuran atas pemenuhan kebutuhan hidupnya dapat terjamin. Profesi sebagai Kyai atau Ustad pada masyarakat Jawa termasuk kedalam golongan atas, hal ini terjadi karena seorang Kyai dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih terhadap Agama, segala hal yang ucapkan oleh Kyai atau Ustad tadi akan dilaksanakan oleh masyarakat dan dianggap benar karena yang diucapkan berdadarka pada kitab dalam ajarannya. Hal ini terbukti manakala terdapat syukuran di salah satu rumah masyarakat, dan dalam syukuran tersebut terdapat bingkisan yang berupa makanan. Dalam bingkisan-bingkisan yang diberikan kepada para tetangga yang hadir, dapat dipastikan bingkisan yang paling besar dan banyak isinya adalah bingkisan yang diberikan pada Kyai atau Ustad yang memimpin syukuran tersebut. Peristiwa tersebut menandakan bahwa terdapat penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap Kyai dan Ustad, sehingga mereka berada dalam golongan atas.
Sedangkan profesi yang dianggap sebagai profesi golongan menengah adalah seseorang yang berprofesi sebagai pedagang, guru, perawat, dan karyawan swasta. Profesi tersebut juga menghasilkan uang yang tidak sedikit dan mampu berkehidupan dengan layak, namun untuk memenuhi kebutuhan tersiernya harus menunggu waktu yang lama dan bekerja keras untuk mendapatkannya. Dan profesi yang dianggap sebagai profesi golongan bawah adalah seseorang yang berprofesi sebagai buruh tani, buruh pabrik, dan kuli bangunan. Profesi tersebut sebenarnya juga menghasilkan uang, akan tetapi pendapatan dan pengeluaran sering kali tidak seimbang dan terkadang pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan yang diterima. Hal ini menyebabkan kurang sejahteranya kehidupan seseorang yang membuatnya berada dalam golongan bawah.
Struktur golongan pada masyarakat Jawa ini tidak selamanya tetap. Stratifikasi social pada masyarakat Jawa bersifat terbuka. Hal ini memungkinkan terjadinya berpindah golongan di masyarakat. Seseorang yang berprofesi sebagai pedagang tidak selamanya menduduki golongan menengah, seseorang tersebut dapat naik ke golongan atas manakala ia menjadi edagang besar yang mempunyai banyak cabang dan barang yang dijualnya mempunyai keunikan dan kualitas baik atau yang disebut dengan pengusaha, peristiwa ini disebut dengan stratifikasi vertical keatas. Terdapat juga stratifikasi vertical kebawah, seperti yang terjadi jika seorang pengusaha menjadi bangkrut dan beralih ke profesi lain yang lebih rendah atau menjadi pengangguran maka golongan atas tidak berlaku lagi untuknya, dan akan bergeser ke golongan bawah.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
nice
Dibawah judul mungkin tidak perlu ditampilkan. Ataupun ditampilkan dengan pemilihan kata yang bagus….
terimakasih atas infonya, sangat menambah wawasan 🙂
mohn disertakan sumber refrensinya
sumber bacaannya ya kakak
tambahkan gambar dong biar menarik 🙂
bagus, dapat menambah wawasan ilmu tentang masyarakat jawa