MATERI ANTROPOLOGI KELAS XI: PERUBAHAN BUDAYA DAN MELEMAHNYA NILAI-NILAI TRADISIONAL
Dinamika Kebudayaan
Dalam bab ini kita akan mempelajari tentang dinamika sebuah kebudayaan yang tentu saja selalu mengalami perubahan sehingga disebut dinamika (selalu berubah). Untuk mempelajari tentang dinamika kebudayaan maka maka kita akan mempelajari lebih dulu konsep-konsep penting dalam dinamika atau perubahan budaya, yaitu:
- Sosialisasi
Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Proses sosialisasi ini berhubungan dengan proses mempelajari kebudayaan dalam sistem sosial tertentu. Menurut Koentjaraningrat, sosialisasi adalah proses individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki bermacammacam status dan menjalankan berbagai peranan sosial. - Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama. Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah:
a. Toleransi terhadap kebudayaan lain.
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
c. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
d. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
f. Perkawinan campuran (amalgamation).
g. Adanya musuh dari luar.
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah:
a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
c. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
d. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
e. Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.
f. In-group feeling (perasaan yang kuat) terhadap budaya kelompoknya.
g. Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
- Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi yang berlangsung baik dapat menghasilkan integrasi unsure-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. - Difusi
Merupakan penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi melalui pertemuan-pertemuan antara individu-individu dalam suatu kelompok dengan individu dalam kelompok lainnya. Pernahkah kalian melihat gedung-gedung yang merupakan peninggalan Belanda? Atau masih terpakainya istilah-istilah Belanda di perkebunan-perkebunan besar di Indonesia? Itulah contoh dari adanya difusi kebudayaan. - Inovasi, Discovery, dan Invention
Adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan penemuan teknologi baru. Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal, pengaturan, baru dari tenaga kerja, penggunaan teknologi, sistem produksi, maupun produk baru yang didapat melalui proses discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan dari suatu kebudayaan yang baru baik yang berupa suatu alat baru maupun ide yang diciptakan individu atau kelompok individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan invention adalah ketika discovery dapat diterima, diakui, dan diterapkan oleh masyarakat secara luas. Menurut Koentjaraningrat, ada tiga faktor yang mendorong seseorang melakukan dan mengembangkan penemuan baru yaitu:
a. Kesadaran para anggota masyarakat akan kekurangan dalam unsure kebudayaannya.
b. Mutu dari keahlian kebudayaan.
c. Sistem perangsang bagi aktifitas mencipta atau menemukan dalam masyarakat.
Melemahnya nilai-nilai tradisional
Dengan globalisasi ada banyak kesempatan yang memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda. Ditambah dengan diilhami berkembangnya teknologi komunikasi. Sebelum abad ke-21, jarang sekali televisi Indonesia yang menayangkan program-program dari negara-negara lain selain dari AS. Tapi, saat ini di layar kaca, dapat kita temukan banyak sekali tayangan non-Amerika. Sebut saja dari India, Jepang, Korea, Cina, Taiwan, Meksiko dan lain-lain. Kehadiran internet dan televisi yang menjembatani negara-negara di seluruh belahan bumi pun membuat penyebaran budaya semakin cepat, perembesan satu budaya yang berasal dari negara-negara yang dianggap superior masuk ke negara-negara yang inferior tanpa disadari. Tak terbantahkan kini budaya di Indonesia juga telah terkontaminasi budaya global dari Amerika. Walhasil ada ketegangan-ketegangan karena terjadinya benturan antara budaya global yang dianggap modern, dengan budaya lokal yang mewakili semangat nasionalisme atau bahkan kedaerahan, tapi juga yang berkesan tradisional.
Model-model permainan tradisional sudah mulai dilupakan dan asyik dengan permainan modern, terutama video game on line. Kegemaran akan musik dan gaya berpakaian mereka lebih cenderung kebarat-baratan atau model K-Pop. Segi negatif dari terpaan budaya asing tersebut antara lain adalah: ketagihan main game on line, tergerusnya nilai dan norma etika, konsumerisme, kenakalan remaja dan perilaku menyimpang yang lain. Sudah saatnya pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat memikirkan solusi terbaik dan mengurangi dampak negatif dari terpaan budaya asing tersebut.
Daftar Pustaka
Fakih, Mansour. 2006. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Cet. 4.
Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu ANtropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Aksara Baru.
Paul B. Harton dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi Jilid II. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.