Bolehkah Aku Kembali ke Masa Lalu?

Apa kabar kamu yang dulu sempat meramaikan inbox di ponselku? Masih sibuk seperti biasanya? Sebenarnya aku tidak mau menulis tentang kamu lagi. Tapi, salah satu teman kita memaksaku untuk menuliskan ini. Sudahkah kau membaca semua postingan blogku? Aku rasa belum, mana mungkin kamu mempunyai waktu untuk melakukan hal yang kau anggap tidak penting ini? Sadarkah yang aku tulis selama ini adalah kamu? Aku yakin tidak.

 

Setiap aku mencurahkan ide untuk postingan blog-ku, aku selalu ingat kamu. Mungkin karena setiap postingan yang aku post, selalu berisi tentang kamu. Sekali lagi, maaf jika sikapku berlebihan kepadamu, maaf jika selama ini aku masih mengganggumu, dan maaf jika aku melakukan hal yang konyol ini. It’s simple boy, cause you’ve been changed my world, you bring many colors in my life, rainbow, gray, black, everything :’)

 

Sebuah perasaan yang akupun tak tau namanya. Cinta? Ataukah rasa kagum sesaat? Ah aku tak tau. Yang jelas, aku terpesona ketika kamu melakukan semua hal, apapun itu. Aku merasa sangat nyaman ketika berada di sampingmu, aku merasa nyaman ketika bercerita denganmu, waktu terasa berjalan sangat cepat ketika aku bersamamu.

 

Awalnya, kamu terlihat biasa saja. Kamu terlihat sama dengan yang lain; seorang laki-laki yang sedang menggapai cita-cita. Tapi, seiring berjalannya waktu, kamu terlihat beda. Awalnya, perasaanku sama seperti perasaan seseorang kepada temannya. Namun sekarang, perasaan itu lebih dari perasaan seseorang terhadap temannya.

 

Rasa itu semakin berkembang saat kamu hadir menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat, saat kamu memberikan perhatian-perhatian kecil yang sangat bermakna, saat kamu semakin beda, ya saat kamu telah berhasil mencuri perhatianku. aku yakin kamu telah mengetahui perasaanku ini. Dan aku juga yakin, jika kamu mempunyai perasaan yang sama. Bukankah aku terlalu percaya diri? Baca: ke-geer-an. Teman-temanmu yang lain juga sependapat denganku. Kamu yang mempunyai pribadi yang cuek terhadap lawan jenis tiba-tiba berubah menjadi sosok yang sangat perhatian. Bukankah hal itu sudah menunjukkan jika kamu mempunyai perasaan yang sama denganku?

 

Entah kenapa semakin hari jarak antara kamu dan aku semakin jauh. Saat bertemu hanya membisu dan berbicara hanya dengan tatapan mata. Pernah, aku menanyakan sikapmu ini. Jawabmu, “aku cuma mau ngetes kamu.” Apalagi yang kamu ragukan dari aku? Apa perhatian-perhatian yang kuberikan selama ini belum cukup untuk membuktikan rasa sayangku kepadamu? Silahkan. Silahkan abaikan aku semampu kamu. Siapa yang bakal bertahan? Kamu? Atau aku? Hanya waktulah yang dapat menjawab.

 

Ingin rasanya aku berteriak memanggil namamu saat kita bertemu, ingin sekali rasanaya kita saling menyapa bukan hanya dengan tatapan mata. Namun, lagi-lagi; “karena aku menyayangimu”-lah yang menjadi alasan dan sebab mengapa aku masih seperti itu. Kamu gak sadar kan kalo aku selalu memperhatikanmu? Kamu gak sadar juga kan kalo aku sering menanyakan kabarmu kepada teman-temanmu?

 

Sampai kapan kamu seperti ini? Sampai kapan kamu bertahan bersama dengan rasa ketidakpedulianmu? Jujur saja. Sebenarnya aku lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan sifat kecuekanmu. Ingat, aku hanyalah seorang remaja putri yang ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai. Tidakkah kau sadar itu?

 

Jika memang akhirnya seperti ini, bolehkah aku mengulang waktu? Aku ingin kita mengulang dari awal. Saat kita berdua tidak saling kenal, lalu menjadi dekat karena status “teman”, dan bahkan akan kupendam rasa ini supaya kamu tetap terus bersamaku, kamu tetap dekat denganku. Seandainya. (nn)


Leave a Reply