Hallo semuanya…

Pada postingan blog kali ini saya akan membahas tentang Teori Fungsional Struktural dan Krisis Moneter yang termasuk dalam materi Sosiologi Modern semester tiga.

Untuk lebih jelasnya silahkan untuk membaca tulisan dibawah ini.

Selamat membaca, semoga ilmunya bermanfaat…

Teori Fungsional Struktural

            Teori Fungsional berasal dari pemikir besar teori fungsionalisme yang terdiri dari Robeth K Merton’s, Talcott Person’s, Jeffrey C.Alexander dan Luklas Luhman. Dalam teori ini, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainya, yang kemudian menyatu dalam satu keseimbangan. Jika ada satu perubahan yang terjadi pada satu bagian, maka akan membawa perubahan pula dengan bagian lain. Robert K. Merton berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, pengadilan sosial dsb. Konsep-konsep utamanya adalah fungsi, difungsi, fungsi manifest, dan keseimbangan.

            Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang pemahamanya tentang masyarakat didasarkan pada model sistem organik dalam biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lainya. Satu bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan.

            Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditunjukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan demikian, dalam prespektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial dapat bertahan. Persond kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah siste dapat bertahan yaitu:

  1. Adaptasi (adaptation)

Sebuah sistem ibarat mahluk hidup, artinya agar terus berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung

  1. Pencapaian Tujuan (goal Attainment)

Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Artinya, sistem diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran individu agar dapat membentuk kepribadian individu dalam mencapai tujuan itu sendiri.

  1. Integrasi (integration)

Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponenya. Ia harus mengatur hubungan antar ketiga imperative fungsional. Yakni adaptation, goal dan latensi.

  1. Pemeliharaan pola (Latensi)

Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.

            Sebagai contoh dari fenomena menurut Teori Fungsional Struktural yaitu fenomena “Krisis Moneter”. Moneter adalah instrument yang digunakan pemeriintah untuk mengatur jumlah mata uang yang beredar dan menentukan suku bunga yang berlaku. Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang berdampak buruk pada Negara dan rakyatnya. Krisis ini terjadi pada awal 1998. Sejak era orde baru mulai terlihat kondisi Indonesia terus mengalami kemerosotan, terutama dalam bidang ekonomi. Tingginya krisis ekonomi ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan keluar Negri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.

            Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di Negara Indonesia. Pada tahun 1998, presiden Soeharto memecat Gubernur Bank Rakyat Indonesia, tetapi hal ini tidak berjalan baik. Presiden Soehartopun dipaksa mundur sebagai Presiden Indonesia pada pertengahan tahun 1998 setelah sebelumnya terjadi kerusuhan. Jadi hal inilah yang menjadi puncak terjadinya Krisis moneter di Indonesia. Mundurnya Soeharto diperkirakan akan meredakan krisis moneter, akan tetapi hal ini tidak berhasil. Rupiah tetap Rp 11.000/Dollar. Kecenderungan melemahnya rupiah semakin menjadi ketika terjadi penembakan mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan aksi penjarahan pada tanggal 14 Mei 1998. Kurs Rupiah menjadi melambung tinggi mencapai Rp 17.000/Dollar AS.

Dampak Krisis Moneter

            Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam. Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan oleh kurs nilai tukar valas khususnya dollar AS yang melambung tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti:

  • Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya karena dengan alasan tidak dapat memberi upah para pekerjanya, sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia.
  • Pemerintah kesulitan menutup APBN
  • Harga barang yang naik cukup tinggi yang mengakibatkan pemerintah kesulitan mendapatkan barang-barang kebutuhan pokoknya
  • Utang luar negri dalam rupiah melonjak
  • Harga BBM naik

Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter. Pada Oktober 1998 jumlah keluarga miskin di Indonesia diperkirakan sekitar 7,5 juta. Meningkatnya jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

            Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. banyak perusahaan yang meminjam uang para perusahaan negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal tersebut menambah utang Negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah, secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya, arus masuk turis asing akan lebih besar, daya saing dalam negri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat sehingga dapat menahan impor yang merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian. Tetapi dampak dari krisis moneter lebih banyak yang negativ dibandingkan dampak positivnya. Hal ini terjadi karena krisis ini mengganggu kesejahteraan masyarakat.