Sosiologi Ekonomi
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Post-industrial society (masyarakat post-industrial) merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mengungkapkan karakteristik dari struktur, dinamika dan kedudukan dari masyarakat industri maju. Sebagaimana konsep baru lainnya seperti postmodern, konsep masyarakat post-industrial berupaya untuk membuat pandangan mengenai perubahan substansial yang dialami masyarakat industri maju sejak akhir Perang Dunia ke II. (https://indonesianknowledgesociety.blogspot.com/2010/04/post-industrial-society-masyarakat-post.html)
Konsep masyarakat post-industrial mengindikasikan perubahan signifikan dalam karakteristrik sentral masyarakat industri (industrial society)—yang menjadi fase sebelumnya—dalam hal meningkatnya pemanfaatan teknologi dan mekanisasi bagi kerja, meningkatnya komunikasi, transportasi, pasar, dan income; urbanisme menjadi way of life, pembagian tenaga kerja (division of labor) semakin kompleks; ditandai dengan peningkatan peran Negara, serta birokratisasi dalam pemerintahan dan ekonomi; juga ditandai dengan peningkatan sekularisasi dan rasionalisasi. Jadi, masyarakat post-industrial merupakan perkembangan lebih lanjut dari masyarakat-masyarakat indutri maju. Dalammakalah ini akan dibahas mengenai perilaku ekonomi dan konsumsi mayarakat post-industrial.
- Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, di dapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana gambaran masyarakat post-industrial?
- Bagaimana perilaku konsumsi di era masyarakat post-industrial?
- Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui gambaran masyarakat post-industrial.
- Untuk mengetahui perilaku konsumsi masyarakat post-industrial.
PEMBAHASAN
- Gambaran Masyarakat Post-Industrial
Memahami perubahan perilaku ekonomi masyarakat post-industrial, niscaya tidak akan pernah memadai jika hanya diberlakukan sebagai bagian dari implikasi perkembangan neoliberalisme atau politik ekonomi libido (Suyatno, 2013:268). Proses perubahan di era kapitalisme lanjut memunculkan perubahan perilaku konsumsi, pergeseran gaya hidup dan munculnya budaya konsumen. Akibatnya lahirlah perilaku konsumen berlebihyang merupakan hasil dari cara kerja kekuatan industri budaya yang sistematis, menghegemoni dan memanfaatkan berbagai hal, seperti iklan dan budaya populer. Tujuannya adalah untuk mendorong sikap radikal yang tidak terpuaskan dari konsumen yang terperangkap dalam hasrat dan keinginan yang tidak pernah terpuaskan.
Masyarakat post-industrial dicirikan kegiatan produksi untuk menghasilkan informasi yang dimungkinkan oleh adanya teknologi komputer. Jika masyarakat industri kegiatannya terpusat pada pabrik dan mesin penghasil barang material, maka masyarakat post-industrial fokus pada pengelolaan dan manipulasi informasi, yang produksinya bergantung pada komputer dan peralatan elektronik lain. Teknologi utamanya digunakan untuk memproduksi, memproses, menyimpan, dan menerapkan informasi. Jika individu masyarakat industri belajar keahlian teknis, maka individu masyarakat post-industrial mengembangkan kemampuan teknologi informasi menggunakan komputer dan perangkat teknologi informasi lain sebagai alat bantu kerja. Masyarakat post-industrial cenderung mengembangkan soft skill ketimbang hard skill. Percepatan pekerjaan masyarakat post-industrial berkali-kali lipat masyarakat industri.
Produksi barang lewat tenaga manusia dalam masyarakat post-industrial lebih sedikit. Akibatnya, terjadi peralihan besar-besaran tenaga kerja untuk menjalani profesi guru, penulis, sales, penjual pulsa, operator telepon, operator foreign-exchange, pialang saham, termasuk bisnis on-line (e-business dan e-commerce). Industri yang berkembang mengarah pada produksi soft-skill ketimbang hard-skill. Masyarakat post-industrial dihadang oleh kian merenggangnya kohesi sosial, rumitnya varian kriminalitas, serta rusaknya lingkungan akibat aktivitas masyarakat sebelumnya (industrial).
(https://setabasri01.blogspot.com/2012/04/proses-pembentukan-masyarakat-dan.html)
Post-industrial society adalah konsep ekonomi yang menjelaskan bahwa sektor jasa menghasilkan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan sektor industri atau manufaktur di beberapa negara. Konsep ini dipopulerkan oleh Daniel Bell, dan sangat berkaitan dengan konsep serupa seperti post-fordism, information society, knowledge economy, post-industrial economy, liquid modernity, dan network society. Era post-industrial society ditandai dengan:
- Ekonomi menuju transisi dari memproduksi barang menjadi menyediakan jasa.
- Pengetahuan menjadi bentuk modal yang berharga.
- Memproduksi ide adalah jalan utama untuk menumbuhkan ekonomi.
- Melalui proses globalisasi dan automasi, nilai dan kepentingan terhadap ekonomi ala kerah biru (buruh), pekerjaan yang tidak bersatu, termasuk buruh manual (contoh: pekerjaan lini perakitan) menurun. Lalu pekerjaan profesional (seperti ilmuwan, profesional di bidang industri kreatif, dan profesional IT) bertumbuh.
- Teknologi, sains, dan keterampilan informasi meningkat dan jadi kebiasaan sehari-hari.
Contoh dari gambaran masyarakat post industrial dapat terlihat dari perubahan sistem dalam pengiriman surat. Dulu, banyak perusahaan yang merekrut operator surat-menyurat dan penyediaan logistik pengiriman surat untuk mempermudah komunikasi perdagangan antar 2 perusahaan. Komoditas surat-menyurat dulu tergolong murah namun jumlahnya bisa jadi sangat banyak. Begitu juga dengan pegawai yang diperkerjakan, jumlahnya bisa jadi sangat banyak. Meski dengan upah yang murah.
Sekarang, pertukaran data dan informasi hanya membutuhkan biaya nyaris nol (kecuali mungkin untuk akses internet dan pulsa). Informasi diperoleh secara up-to-date dan jumlah pegawai yang dipekerjakan tak perlu terlalu banyak. Oleh karena itu, perusahaan cukup membuat sistem informasi dengan merekrut sedikit ahli IT yang jika dibandingkan dengan beban petugas surat-menyurat di masa lalu total gaji dari keduanya relatif sama. Total logistik surat-menyurat dapat dianalogikan dengan komputer, internet, dan berbagai peralatan lainnya yang jika ditotal lagi-lagi akan sama dengan kebutuhan komoditas di masa lalu. Belum lagi adanya faktor kelangkaan kertas sehingga masyarakat semakin sadar untuk mengembangkan sistem dokumentasi yang tidak berbasis kertas.
(https://www.bglconline.com/2013/02/benarkah-kita-berada-di-era-post-industrial-society/)
- Perilaku Konsumsi Masyarakat Post-Industrial
Berbeda dengan kapitalisme awal dan era kapitalisme yang modern yang dominasi mereka lebih mengandalkan pada kekuatan modal dan eksploitasi terhadap nilai lebih tenaga kerja yang ada, kapitalisme lanjut di era post-industrial umumnya lebih banyak mengandalkan pada kemampuan memanipulasi ideologi, menebar perangkat ide-ide kultural yang menciptkan kebutuhan semu dan hasrat yang kuat untuk selalu memberi produk-produk industri budaya serta kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk menciptakan inperialisme kultural melalui budaya populer dan iklan. Dengan mensiptakan dan memanfaatkan ikon-ikon budaya, idola yang memesona, iklan yang sangat sugestif dan dunia simulasi yang mengalahkan realitas alamiah. Ini semua membuat para konsumen masuk dalam perangkat impian dan dunia halusinasi yang memabukkan.
Perilaku konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat post-industrial dapat dikategorikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Aspek | Kata Kunci | Keterangan |
Politik Ekonomi | Libidonomics, neo liberalisme | Transaksi danpertukaran ekonomi yang dikuasai hasrat dan keinginan. |
Era Perkembangan | Masyarakat informasi dan kepitalisme lanjut | Sebuah era dimana mayarakat makin familiar dengan teknologi informasi dan sistem ekonomi yang lenbih beroriientasipada konsumsi daripada produksi. |
Yang diperjual-belikan | Komoditas dan komodifikasi | Produk hasil kerja manusia yang diperjualbelikan di pasar, dan proses dimana aktivitas maupun manusia sendiri kedang diberlakukan layaknya barang. |
Realitas yang berkembang | Hiper-realitas, simulasi | Realitas alamiah dan bentukan sulit dibedakan. |
Teknologi | Teknologi informasi, gadged, internet | Masyarakat dan pelaku ekonomi banyak mengandalkan dan tergantung pada peran teknologi informasi dan internet. |
Budaya yang berkembang | Budaya konsumen | Budaya yang sengaja dikembangkan kekuatan industri budaya untuk menciptakan keinginan konsumen yang takpernah terpuaskan. |
Sistem ekonomi | Mc. Donaldisasi | Semacam pennerapan cara kerja birokrasi modern dalam sistem ekonomi yang terorganisasi klebih efisien, massal dan seragam. |
Instrumen yang dimanfaatkan | Iklan dan budaya populer | Iklan dan budaya populer menciptakan mimpi dan hasrat konsumen yang radikal. |
Komunitas | Cyber space dan net generation | Disebut juga dengan istilah now generation. Generasi yang menginginkan segala sesuatunya harus cepat dan seketika ada. |
Hubugan antar manusia | Refikasi dan fetitisme komoditas | Hubungan antar manusia direduksi seolah benda mati yang tidak memiliki perasaan. |
Perilaku masyarakat | Konsumsi berlebih danpenggunaan waktu senggang | Dengan didukung penggunaan kartu kredit, konsumen menjadi makin konsumtif, boros dan kmenikmati waktu luang untuk hal-hal yang sifatnya rekretif dan konsumtif. |
Perubahan yang terjadi | Gaya hidup dan image | Gaya hidup dan image dikembangkan untuk penampilan dan perbedaan dengan kelas/kelompok sosial ekonomi lain. |
Berbelanja dan mengkonsumsi produk-produk industri budaya merupakan salah satu kegemaran masyarakat post-industrial saat ini. Apalagi ditambah dengan kemudahan fasilitas sekarang yang mengemas uang menjadi uang plastik atau kartu kredit menawarkan berbagai kemudahan yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Banyak perubahan yang ditimbulkan dalam masyarakat post-industrialisme. Salah satunya adalah budaya utang. Utang pada zaman dahulu biasanya hanya dilakukan oleh masyarakat miskin ketika mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi yang terjadi sekarang ini, utang menjadi salah satu tren dan bagian dari gaya hidup masyarakat post-modern. Pandangan masyarakat di era post-industrial saat ini beranggapan bahwa sebagai seorang konsumen yang terlihat keren adalah konsumen harus mempunyai berbagai kartu kredit yang terjajar di dalam dompetnya.
Bukan hanya budaya utang saja yang berubah, budaya berbelanja sekarang juga menjadi hobi para masyarakat post-industrial. Hal ini terjadi karena teknologi dan informasi berkembang dengan pesat. Dengan perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam menjalankan akses berbagai kehidupan manusia. Tawaran berbelanja dengan sistem online memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk dapat berbelanja sesuai dengan kebutuhannya dimana saja dan kapan saja. Dan tawaran berbelanja dengan sistem online tersebut memberikan cara baru berbelanja yang benar-benar menggiurkan bagi masyarakat post-industrial. Dunia maya dalam masyarakat post-industrial bisa diibaratkan sebagai mall super raksaksa yang dengan aktif menawarkan berbagai produk kebutuhan masyarakat mulai dari baju, buku, tas, sepatu, furniture, peralatan dapur dan hampir semua berbagai kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia disediakan oleh dunia maya.
Perilaku konsumsi dan bagaimana cara kekuatan industri budaya memanipulasi selera konsumen pada batas-batas tertentu adalah bentuk relasi satu arah yang indoktrinatif, sugesti, manipulatif, dan melahirkan masyarakat konsumen “satu dimensi” yang cara berfikir dan hasratnya sepenuhnya ditentukan oleh suprastruktur kultural yang dikembangkan kekuatan kapitalisme (Suyatno, 2013:271)
Walaupun masyarakat post-industrial sekarang cenderung mengikuti perubahan yang ada dalam bidang kehidupan mereka dengan cara mengikuti gaya hidup yang sedang menjadi tren masa kini, akan tetapi masih ada orang yang mampu melaawan hegemoni kekuatan industri budaya. Mereka bersikap resisten terhadap tawaran gaya hidup yang diciptakan iklan dan budaya populer yang ada sertamampu mengembangkan mekanisme survival dan gaya hidup yang jauh berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh kapitalisme selama ini.
Walaupun banyak konsumen yang boros, akan tetapi masih ada segelintir orang yang cenderung selektif dan memiliki cita rasa tersediri yang unik dalam menentukan gaya hidup mereka. Mereka cenderung tidak larut dalam pusaran mainstream dimana hasrat dan selera terhadap gaya hidupnya merupakan hasil murni dari pemikirannya sendiri dan cenderung terbebas ddari dominasi kultural kekuatann industri budaya.
Akan tetapi, segelintir orang tersebut yang dianggap mampu bertahan dan tidak terbawa oleh arus modernisasi yang sangat pesat dan dengan sengaja menarik diri dari dan menghindari perkembangan teknologi informasi dan budaya populer inilah yang dirasa akan mengancam eksistensi kemanusiaan. Selain itu, mereka cenderung membuat pranata sosial yang unik,yang berbeda dengan gaya hidup kelas atas justru dianggap keliru oleh rata-rata masyarakat post-industrial. Bahkan, kelompok masyarakat yang masuk dalam lingkaran pengaruh kekuatan ndustri budaya tidak alergi dengan dunia simulasi yang menyenangkan,menghibur, dan menawarkan mimpi-mimpi, namun bersikap selektif dalam memilih cara mengisi waktu senggang dan cara memanfaatkan uang yang dimilikinya.
PENUTUP
- SIMPULAN
Perilaku konsumsi dan bagaimana cara kekuatan industri budaya memanipulasi selera konsumen pada batas-batas tertentu adalah bentuk relasi satu arah yang indoktrinatif, sugesti, manipulatif, dan melahirkan masyarakat konsumen “satu dimensi” yang cara berfikir dan hasratnya sepenuhnya ditentukan oleh suprastruktur kultural yang dikembangkan kekuatan kapitalisme. Akan tetapi, tidak semua masyarakat masuk dalam hegemoni. Walaupun masyarakat post-industrial sekarang cenderung mengikuti perubahan yang ada dalam bidang kehidupan mereka dengan cara mengikuti gaya hidup yang sedang menjadi tren masa kini dengn segala kemudahan yang dapat dilaluinya, akan tetapi masih ada orang yang mampu melaawan hegemoni kekuatan industri budaya. Mereka bersikap resisten terhadap tawaran gaya hidup yang diciptakan iklan dan budaya populer yang ada sertamampu mengembangkan mekanisme survival dan gaya hidup yang jauh berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh kapitalisme selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme. Prenada Media
https://indonesianknowledgesociety.blogspot.com/2010/04/post-industrial-society-masyarakat-post.html (diunduh pada tanggal 7 Mei 2015)
https://setabasri01.blogspot.com/2012/04/proses-pembentukan-masyarakat-dan.html (diunduh pada tanggal 7 Mei 2015)
https://www.bglconline.com/2013/02/benarkah-kita-berada-di-era-post-industrial-society/ (diunduh pada tanggal 7 Mei 2015)
https://blog.unnes.ac.id/annisamedika/2015/11/08/sosiologi-ekonomi/SosiologiPENDAHULUAN Latar Belakang Post-industrial society (masyarakat post-industrial) merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk mengungkapkan karakteristik dari struktur, dinamika dan kedudukan dari masyarakat industri maju. Sebagaimana konsep baru lainnya seperti postmodern, konsep masyarakat post-industrial berupaya untuk membuat pandangan mengenai perubahan substansial yang dialami masyarakat industri maju sejak akhir Perang Dunia ke II....Annisa Medika MaulianaAnnisa Medika Mauliana[email protected]AdministratorBentang Kajian Sosiologi Antropologi
menarik, tetapi mungkin untuk penulisan artikel lebih diperhatikan lagi kak seperti penulisan pendahuluan dihilangkan saja
terima kasih atas sarannya kak
semoga bermanfaat
Semoga bermanfaat
Dapat menambah ilmu dalam bidang ekonomi