Ardhi Prabowo
Catatan Kegiatan dan Aktifitas Saya di dunia pendidikan, kemahasiswaan, jurnal ilmiah, pelatihan, dan kegiatan profesional lainnya
Menulis ‘Pendahuluan’ Artikel Ilmiah

Sebelum saya lanjutkan, ada yang perlu diluruskan dalam kesalahan penyebutan istilah-istilah tulisan ilmiah. Pertama, orang menyebut tulisan ilmiah mereka dengan artikel. Demikian pula wikipedia dan definisi umum yang ada di internet. Pada hakekatnya artikel adalah tulisan yang sudah dipublish di dalam kumpulan artikel yang disebut dengan jurnal, contoh bisa klik di sini. Pada tautan tersebut, tulisan-tulisan yang sudah dipublish tersebut disebut artikel, sedangkan yang sedang kita tulis disebut dengan manuscript. Supaya meng-Indoensia, cukuplah disebut dengan naskah.

Pada sebuah manuscript, lazimnya ada 3 komponen utama, yaitu: Pendahuluan, Metode, dan Penutup. Abstrak dan Daftar Pustaka bisa disebut dengan pelengkapnya. Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan teori yang digunakan. Bagian pendahuluan biasanya sebanyak-banyaknya adalah 35% dari panjang seluruh naskah.

Secara khusus, jika dianalisis lebih lanjut mengenai isi dari pendahuluan, kita akan menemui pola yang sama, yaitu berisi:

  1. Kondisi ideal dari hasil belajar matematika atau dalam bentuk lebih umum adalah variabel terikat sebuah penelitian. Rujukan ilmiah sangat diperlukan dalam upaya memperkuat deskripsi mengenai kondisi ideal ini. Biasanya peraturan pemerintah bisa pula digunakan sebagai rujukan.
  2. Kesenjangan antara realita dengan kondisi ideal. Pada bagian ini, lebih baik disampaikan data observasi dan pengalaman peneliti dalam bentuk deskripsi.
  3. Gagasan untuk meminimalisasi kesenjangan, dilengkapi dengan hasil penelitian sebelumnya yang terkait.

Kesalahan umum para peneliti dalam menulis pendahuluan adalah terlalu ‘bertele-tele’nya deskripsi mengenai kondisi ideal. (Mohon maaf, untuk mempermudah, saya langsung menggunakan ‘hasil belajar’ sebagai variabel terikatnya). Untuk mendeskripsikan hasil belajar yang baik, seorang penulis bisa sampai 5 paragraf. Penulisan kondisi ideal yang terlalu panjang justru akan membuat konteks masalah penelitian menjadi kabur. Dan lagi, hindari mengutip kondisi ideal yang keluar dari isi penelitian itu sendiri. Contoh kesalahan penulisan kondisi ideal adalah sebagai berikut: ‘peneliti mempermasalahkan hasil belajar yang kurang pas, namun dia mengutip mengenai keaktifan belajar’. Hal ini seharusnya tidak perlu dituliskan, cukup jawab, ‘hasil belajar bagaimanakah yang Saudara anggap terbaik?’

Bagian kesenjangan antara realita dan kondisi ideal adalah bagian paling krusial dalam sebuah pendahuluan. Peneliti harus mampu mendeskripsikan bahwa masalah tersebut penting dan perlu diselesaikan. Pengungkapan kesenjangan akan lebih kuat jika disertai dengan data-data terkait, misalkan hasil belajar siswa pada materi yang lalu, atau hasil belajar siswa setahun kemarin. Selain dengan data kuantitatif, peneliti dapat pula menyertakan data kualitatif, mengenai apa yang jadi masalah. Namun, data kualitatif ini tetap harus terkait dengan masalah hasil belajar. Contoh yang salah: seorang kepala sekolah yang juga guru pernah menulis keprihatinannya atas hasil belajar siswa kelas 4. Namun yang dipermasalahkan adalah terlalu banyaknya undangan rapat. Hal ini jelas bukan lagi masalah pembelajaran di kelas. Nah, hal-hal seperti itu tidak perlu diuangkap dalam pendahuluan.

Bagian Gagasan di pendahuluan isinya adalah tindakan peneliti untuk meminimalisasi kesenjangan yang ada. Gagasan tersebut bisa jadi benar-benar baru, sehingga tidak diperoleh informasi penelitian sebelumnya. Namun lazimnya, penelitian tersebut bisa jadi merupakan kombinasi dari dua atau tiga penelitian, sehingga memunculkan tindakan baru oleh peneliti. Oleh karena itu, kajian mengenai hasil penelitian sebelumnya menjadi penting. Jangan sampai muncul pertanyaan, ‘Apa buktinya kalau tindakan itu berhasil?’

Secara umum, 3 hal itu yang ada di pendahuluan. Lalu, apakah rumusan masalah dan tujuan penelitian perlu tersurat atau cukup tersirat saja dalam kesenjangan? Jawabannya adalah bergantung pada gaya selingkung jurnal yang dituju. Ada ang mensyaratkan harus tersurat, namun, bahkan ada yang mensyaratkan harus terseirat saja. Pada prinsipnya setiap artikel penelitian hanya akan memecahkan 1 masalah saja.

Respon: email [email protected]

Thanks

Comments are closed.