Sebuah organisasi pasti memiliki tujuan, dan tujuan dari sebuah organisasi pastilah berhubungan dengan orang-orang yang tidak masuk dalam organisasi. Tentunya organisasi akan melakukan kegiatan membujuk, merayu, mensosialisasikan kegiatan, agar orang yang tidak masuk dalam organisasi tersebut akan mau bekerjasama. Dan kegiatan membujuk, merayu, agar tujuan organisasi tercapai yang kemudian disebut dengan sebuah rekayasa sosial.
Dalam 10 tahun membina kegiatan kemahasiswaan, saya sudah banyak sekali mengamati rekayasa sosial yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa. Sebagian berhasil, namun masih banyak yang kurang berhasil. Sebagian besar para pelaku rekayasa sosial belum menerapkan penyusunan rencana rekayasa sosial. Akibatnya adalah sebagian pelaku rekayasa kelabakan ketika satu tindakan yang dilakukan kurang berhasil dan hars merancang tindakan lainnya.
Pada perencanaan rekayasa sosial, ada 4 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
- Analisis tujuan rekayasa dan tindakan rekayasa yang dilakukan, serta strategi melakukan rekayasa sosial tersebut.
- Evaluasi tindakan
- Respon dari sasaran rekayasa sosial, dan
- simpulan atau tindakan rekayasa yang manakah yang diduga kuat paling efektif.
4 hal tersebut harus sudah dikuasai oleh pelaku rekayasa agar kegiatan rekayasa sosial yang dilakukan efektif.
Ada 3 strategi untuk melakukan rekayasa sosial, yaitu:
- Normatif re-edukatif, artinya strategi dilakukan dengan cara normatif, sesuai dengan narma-norma yang berlaku. Strategi ini biasanya dilkukan dengan pendidikan yang diulang-ulang. Sifat strategi yang satu ini adalah membutuhkan waktu yang lama, biasanya bertahun-tahun. Namun, biasanya, ketika rekayasa yang dilakukan melalui strategi ini berhasil, maka sifat yang rekayasa bersifat permanen. Contohnya: budaya menghormati orang tua.
- Persuasif, artinya strategi ini dilakukan dengan mengajak, membujuk, dan merayu sasaran rekayasa untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh pelaku rekayasa. Sifat strategi ini adalah membutuhkan waktu yang lebih cepat, hasil yang diinginkan pun juga lebih cepat dibandingkan dengan strategi normatif. Jika diukur dengan waktu ,strategi persuasif membutuhkan waktu dalam hitungan bulan saja. Namun, biasanya hasil yang diperoleh akan hilang seiring waktu. Contohnya: kampanye.
- Strategi ketiga yaitu people power adalah strategi paksanaan. Jarang digunakan oleh pelaku jika sasarannya adalah masyarakat. People power cenderung digunakan untuk menyerang pemerintah yang kurang mensejahterakan masyarakat. Tidak mudah melakukan people power karena seluruh elemen pelaku rekayasa harus selaras. Strategi ini biasa disebut dengan revolusi.
Pada kegiatan Sabtu, 12 Maret 2016 kemarin, mahasiswa di BEM FMIPA saya minta untuk praktik menyusun rencana rekayasa sosial. Ada beberapa rencana yang cukup bagus, antara lain: gerakan budaya anti mencontek, gerakan budaya anti sampah berserakan, dan sebagainya. Saya sebagai salah satu unsur pengurus fakultas, menunggu mahasiswa untuk bergerak lebih lanjut.