‘Dalam sebuah komunitas, sering terdengar bahwa tajamnya pedang tak setajam pena”
—
Di antara otak-otak yang berpikir keras,
Di antara jiwa-jiwa yang usil mencari jawaban,
Di antara mahasiswa-mahasiswa pencari nilai,
Di antara mereka yang lebih memilih hakiki,
Jemari saya tergelitik untuk menuliskan kalimat-kalimat yang terus berputar di pusat kepala saya. Mereka berkejaran bagaikan lebah-lebah yang mendengung, bising. Tensi meninggi semenjak berbagai lebah tersebut berngiang di dalam kepala saya. Orang bisa saja mengatakan bahwa puasa akan membuat kinerja menjadi lebih optimal, karena fokus pada pekerjaan. Namun, bagi saya, pemilik gumpalan 105kg ini, puasa membuat saya fokus untuk TIDUR. Ya, saya hanya mampu bekerja dengan optimal hingga tenga hari. Selepas itu, saya hanyalah badan tanpa gairah. 😀
Pun, gairah yang menipis tak mengurangi keinginan untuk meninggalkan sejenak jejak dalam siang hari ini. Saya tak mampu berpikir berat, hingga Blog menjadi sasaran. I made … pernah menuliskan bahwa cara yang terbaik untuk melatih menulis skripsi, karya ilmiah, tesis, disertasi adalah dengan menulis status. Dan status tersebut bukan status di facebook yang mungkin tidak banyak. Apalagi di twitter yang hanya bisa beberapa karakter saja. Belajarlah menulis blog, karena blog mendrong seseorang untuk menulis dengan panjang. Bukan hanya sekedar satu dua kalimat lalu usai. Blog memang memberi peluang kepada penulis untuk menumphkan isi otaknya ke dalam bentuk tulis. Dan ternyata mujarab untuk mengurangi sakit kepala. Terbukti, saat ini kepala saya yang pusing saat awal menulis, menjadi lebih ringan.
Saya tersenyum-senyum sendiri melihat mahasiswa berkutat dengan analisis kompleks yang memang ‘mbundeti’ untuk ukuran mahasiswa normal. Yang dibahas di dalam mata kuliah tersebut adalah bilanganbilangan imajiner. Jadi memang tidak salah kalau mencari jodoh adalah anak matematika. Cinta yang kau anggap imajiner, di jurusan ini, kami pelajari. Kurang apalagi totalitas cinta kami padamu. Tak perlu kau canggung, cukuplah katakan YA, ketika mahasiswa jurusan ini mengatakan cinta padamu. Saat kau katakan YA, mungkin rongga hatimu masih terlalu kosong, namun perlahan mahasiswa jurusan ini akan mampu mengisi dengan bilangan-bilangan imajiner cinta yang banyaknya tak terbatas.
Sekali lagi saya perlu cerita, tak baik memahamkan cinta hanya dengan sekedar bilangan imajiner. Kau perlu belajar berkata-kata, merangkai kalimat, menuliskan persamaan-persamaan hatimu dengannya. Matematika memang bahasa yang unik. Mereka terdiri dari 10 unit karakter angka yang bergabung menjadi sebuah irama yang tak terbatas. Macam dalam hati cintamu. Sadarilah bahwa ketika Alloh berfirman yang pertama kali, “Bacalah”, maka artinya ada ‘tulisan’ yang harus kita baca. Tak salah memang, untuk memahamkan sesuatu, meng’abadi’kan ilmu, tulislah. Jurnal ilmiah tersebar di antero jagad raya. karena memang seorang penulislah yang akan mampu menggetarkan jiwa-jiwa yang goyah. Kata-kata yang keluar dari seorang penulis bernuansakan sastra yang memikat. Al Quran pun demikian. Hakikat yang difirmankan Alloh dalam bentuk sastra, benar-benar mukjizat yang tak terkira. Makin kau baca, makin kau cinta. Makin kau harus bersiap untuk diuji dengan raibnya cinta-cintamu hingga tak ada lagi harapan kecuali kepada Alloh. Bersiaplah….