Tokoh pelopor/ utama dari teori strukturalisme ini adalah Levi-Strauss. Menurut beliau, strukturalisme adalah segala ilmu yang mempersonalkan struktur, yaitu cara yang bagian-bagian sebuah sistem saling berkaitan. Maksudnya sebuah sistem akan berjalan apabila memiliki hubungan timbal balik dan kerjasama, jika salah satu bagian dari sistem tersebut tidak berfungsi, maka kesatuan sistem tersebut tidak akan berjalan.
Menurut Levi-Strauss, struktur bukanlah sebuah perwujudan konkret yang dapat diamati secara langsung kemudian diberikan makna yang langsung berupa kebenaran, melainkan sebuah penataan logis yang wajib melalui beberapa telaah untuk mencari makna yang sesungguhnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah sebuah struktur memiliki makna secara kasat mata, akan tetapi makna tersebut bukanlah makna asli dari struktur itu. Seseorang jika ingin mengetahui makna dari sebuah struktur harus menelaah secara dalam dari kandungan dan struktur tersebut.
Pada karya-karya dari Levi-Strauss terdapat beberapa pengaruh sejumlah antropolog Prancis yang terdahulu, yaitu Durkheim, Levy-Bruhl, dan khususnya Mauss. Tidak seorang pun selain Levi-Strauss yang memberikan sumbangan pada pemikiran strukturalisme kontemporer. Mereka hanya mengomentari, memberi catatan kaki, dan atau mengolaborasikan gagasan pertama dari Levi-Strauss. Jika berbicara mengenai strukturalisme, berarti berbicara tentang strukturalisme Prancis yang merupakan skema teoritik dari Levi-Strauss.
Produk dari teori strukturalisme adalah bahasa, merupakan sistem perlambangan yang disusun secara sewenang/ arbitrer. Contoh konkretnya adalah mengapa sebuah benda dapat dikatakan kursi, mengapa sebuah kursi itu adalah sebuah benda untuk diduduki, dan seterusnya. Semua makna-makna tersebut bersifat arbitrer, jika seseorang tidak menggunakan sebuah fungsi tersebut, maka dianggap sebagai sebuah keanehan, misalnya apabila seseorang berdiri diatas kursi, maka orang tersebut dianggap melaksanakan tindakan yang tidak sopan.
Wujud nyata dari strukturalisme bahasa adalah bunyi dan simbol. Sebuah bahasa tidak serta merta berwujud tulisan, tetapi dapat juga berwujud bunyi dan simbol. Pertama adalah bunyi, bunyi yang kita dengar setiap hari secara terus menerus akan membentuk sebuah pola/ generalisasi. Maksudnya, manusia memiliki kemampuan untuk memaknai suatu bunyi menjadi sebuah bahasa. Contoh konkret bahasa dalam wujud bunyi adalah pada saat kita berada di jalan raya. Apabila ada kendaraan lain yang ingin mendahului, seringkali membunyikan klaksonnya, dan secara reflek kira pasti akan menepi dari jalanan, atau memberikan jalan kepada pengendara tersebut. Dalam hal ini kita seakan-akan diberi instruksi untuk minggir. Kemudian yang kedua, bahasa dalam bentuk simbol. Contoh mudahnya adalah pada saat di pom bensin, kita pasti mendapati simbol berupa gambar rokok menyala dan dibeli palang berwarna merah. Simbol tersebut memerintahkan kira untuk tidak merokok di area pom bensin, dan anehnya kita juga mematuhi simbol tersebut. Kita mematuhi simbol tersebut karena kita telah mengetahui makna sebenarnya dari simbol tersebut, bahwa merokok di area pom bensin dapat memicu kebakaran. Jadi makna dari bahasa juga dapat bersifat sewenang/ arbitrer maksudnya adalah bahasa merupakan sebuah struktur yang dapat mengajak yang kuat, sehingga seseorang akan menuruti apa yang dikehendaki dari bahasa tersebut.
Budaya dapat juga dikatakan sebagai sebuah struktur, memiliki bagian-bagian tertentu didalamnya, yaitu berupa simbolik atau konfigurasi sistem perlambangan. Salah satu wujud dari budaya yang sangat menarik adalah tradisi adat istiadat. Sebuah tradisi dapat berupa serangkaian upacara adat yang terdiri dari susunan acara. Jika salah satu rangkaian dari upacara tersebut tidak dilaksanakan, maka masyarkat akan merasa upacara tersebut tidak sah dan tidak diterima oleh nenek moyangnya. Dari munculnya rasa khawatir itulah yang dapat menyatakan bahwa budaya merupakan sebuah sistem.
Selanjutnya adalah mite. Levi-Strauss menganggap mite sebagai alat untuk memberikan penjelasan tentang dunia, walaupun disisi lain lebih menekankan makna intelektualnya. Analisis tentang mite harus berlangsung seperti analisis terhadap bahasa, arti sebenarnya baru akan muncul bila unsur-unsur tadi bergabung menjadi sebuah struktur, dalam bahasa resminya mite memiliki muatan naratif dimana hal itu bukanlah makna utamanya, yang maknawi adalah polanya. Tesis dari Levi-Strauss menyatakan bahwa struktur dalam mite dimanapun adalah sama belaka. Dalam hal ini, Leach menarik analogi antara struktur mite dengan musik serta drama. Seseorang yang memiliki kepekaan terhadap musik dan drama akan menganggapnya sebagai sebuah kesatuan/ kebulatan (totalitas), yang mana memiliki hubungan antara suatu tema dengan variasi-variasinya. Contohnya dalam hal musik, terdapat beberapa genre, salah satunya adalah rock. Musik ber-genre rock biasanya adalah tentang kemarahan/ semangat membara, sehingga dapat menumbuhkan amarah/ rasa semangat bagi pendengarnya. Begitu pula dengan drama, jika didalamnya terdapat adegan tangis, maka penontonnya juga ikut bersedih/ menangis terbawa oleh suasana yang diciptakan.
Kemudian mengenai struktur totemisme yang mengatakan bahwa hubungan kekerabatan antara makhluk hidup, dalam hal ini adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Pemikiran Levi-Strauss mengenai totemisme dipengaruhi oleh salah satu tokoh, beliau adalah Radcliffe-Brown. Dikatakan bahwa totemisme merupakan piranti konseptual yang canggih, memungkinkan warga pribumi mengklasifikasikan, menata, dan menghubungkan unit-unit sosial budayanya. Terdapat juga penjelasan mengenai konsep reinkarnasi, wujud nyatanya adalah larangan untuk memakan makanan dari hewan maupun tumbuhan tertentu, karena dianggap didalamnya terdapat roh nenek moyang yang berpindah kedalamnya setelah meninggal. Melihat dari konsep reinkarnasi, dapat dikatakan bahwa totemisme tidaklah rasional dan hanya bersifat imajinatif dari pemikiran manusia.
Karya-karya dari Levi-Strauss dapat digunakan untuk berbagai kalangan dan juga berbagai cabang keilmuwan, misalnya oleh antropologi sastrawi atau puitis, filsafat spekulatif dan juga sebagai serangkaian “permainan” logika. Menurut Edmund Leach, sumbangan yang berharga dari Levi-Strauss bukanlah pencarian formalistic untuk menemukan pasangan-berlawanan (binary opposition) dan permutasi serta kombinasi yang berganda itu, melainkan lingkup asosiasi yang benar-benar puitis yang terungkap sepanjang analisis yang dilakukannya.
Komentar Terbaru