Pembelajaran Konstruktivisme dan Kontekstual

download (4)

Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

Pembentukan teori konstruktivisme pada umunya dikaitkan dengan Jean Piaget, yang mengartikulasikan mekanisme internalisasi pengetahuan pada peserta didik. Dia menyatakan bahwa melalui proses akomodasi dan asimilasi, peserta didik membangun pengetahuan dari pngalamannya. Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan pelatihan untuk mengambil prakarsa belajar.

Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka: (a) lingkungan belajar harus menunjukkan suasana demikratis. (b) kegiatan pembelajaran berlangsung interaktif terpusat pada peserta didik. (c) pendidik memperlancar proses belajar sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya.

Asumsi Pembelajaran

No Asumsi Keterangan
1 Hakekat Peserta Didik ·              Peserta didik adalah individu yang bersifat unik.

·              Latar belakang dan kebudayaan peserta didik.

·              Tanggungjawab belajar.

·               Motivasi belajar.

 

2 Peranan Peserta Didik

 

Sesuai denga pendekatan konstruktivisme, pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik. Tugas pendidik adalah berceramah tentang pelajaran yang dijarkan, sedangkan tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pelejaran. Apabila pendidik itu sebagai pendidik, maka peserta didik memainkan peran pasif sedangkan jika sebagai fasilitator, peserta didik memainkan peran aktif dalam proses belajar.

 

3 Hakekat Proses Belajar

 

·                  Belajar merupakan proses sosial dan aktif.

Belajar adalah bukan suatu proses yang hanya didalam jiwa seseorang, atau bukan perkembanagan perilaku yang bersifat pasif yang dibentuk oleh kekuatan eksternal dan belajar yang bermakna itu terjadi apabila individu terlibat dalam kegiatan sosial.

·                  Dinamika interaksi antara tugas, pendidik, dan peserta didik.

Karakteristik peran fasilitator dalam sudur pandang konstruktivisme sosial adalah bahwa pendidik dan peserta didik terlibat secara sama dalam kegiatan belajar

 

4 Kolaborasi antar Peserta Didik

 

·                  Belajar sambil mengajar

Apabila peserta didik harus menyajikan dan berlatih isi pelajaran baru dengan  teman sekelasnya, maka akan terbentuk pembuatan pengetahuan yang bersifat kolektif, dan proses ini tidak bersifat linier, sebagaimana yang terjadi dalam proses pembelajaran.

·                  Pentingnya konteks

Paradigma konstruktivisme sosial memandang konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat belajar.

5 Asesmen Asesmen dipandang sebagai proses dua jalan yang melibatkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, oleh karena itu asesmen dan belajar dipandang proses yang berkaitan dan bukan sebagai proses yang terpiah.
6 Pemilihan, cakupan, dan urutan materi pembelajaran

 

·                  Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.

·                  Keterlibatan peserta didik.

·                  Struktur proses belajar.

Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan kontruktivisme menekankan pembelajaran dari atas ke bawah dan bukan dari bawah ke atas. Pembelajaran dari atas ke bawah berarti peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan ( dengan bantuan pendidik ) ketrampilan dasar yang diperlukan. Misalnya, peserta didik diberi tugas menulis karangan bebas baru kemudian mereka belajar tentang kosa kata, struktur kalimat, dan sejenisnya.pendekatan rekonstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan belajar kerja sama, alasannya, peserta didik akan lebih mudah menemukan dan menguasai konsep yang sukar apabila mereka dapat membahasnya dengan kelompok.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam teori rekonstruksi disebut belajar generative ( generative learning ). Asumsinya adalah bahwa semua kegiatan belajar adalah menemukan ( discovery ). Apabila pendidik menyampaikan informasi kepada peserta didik, peserta didik harus melakukan operasi mental agar informasi itu dapat mereka miliki. Strategi belajar generatif mengajarkan peserta didik tentang cara – cara mengoperasikan mental mereka ketika menghadapi informasi baru. Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yaitu pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna ( meaningful information ). Pembelajaran ekspositoris terdiri dari tiga tahap penyajian yaitu :

  1. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata, seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta mempersyaratkan belajar dan bekerja keras.

Pembelajaran konstektual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari – hari ( konteks pribadi, sosial dan cultural ) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ( transfer belajar ) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lain.

Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran konstektual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari – hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

Landasan Pemikiran

Pendekatan kontekstual mendasarkan pada pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

  1. Proses belajar

Belajar tidak hanya proses menghafal, melainkan harus mengalami sendiri pengetahuan baru, tidak begitu saja diberikan oleh pendidik. Dan perlu adanya pemecahan masalah untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.

  1. Transfer belajar

Transfer belajar bukan dari orang lain, melainkan dari pengalaman, dan pengetahuan diperluas dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit.

  1. Peserta didik

Peserta didik mempunyai kecenderungan untuk belajar cepat mengenai hal baru, peran pendidik hanya menghubungkan dan memfasilitasi agar informasi yang baru dapat bermakna.

  1. Lingkungan belajar

Belajar dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik, dan menumbuhkan komunitas belajar merupakan hal penting.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain yaitu sebagai berikut :

  1. Proses Pembelajaran

Mencakup berbagai disiplin ilmu pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh prespektif terhadap kehidupan nyata. Mereka memahami bagaimana pengetahuan dan ketrampilan itu berhubungan dengan kehidupan sekarang atau masa yang akan datang.

  1. Tujuan Pembelajaran
  • Standar disiplin pengetahuan yang diterapkan.
  • Pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dan memiliki kompetensi tertentu.
  • Menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis dan pembuatan Keputusan.

  1. Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar mampu mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan eksternal. Pengalaman belajar  ini akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.

  1. Integrasi Pendidikan Akademik Dan Karier

Akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman  tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.

Komponen Pembelajaran Kontekstual

  1. Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasanberfikir yang digunakan dalam pembelajaran kontruktivisme. Esensinya adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentranformasikan sendiri suat informasi yang nantinya menjadi miliknya sendiri. Dalam pandangan kontruktivis, tugas pendidik adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :

  • Menjadikan pengetahuan  bermakna dan relevan bagi peserta didik
  • Memberi peserta didik kesempatan menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
  1. Inkuiri

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan  bukan hasil dari mengingat melainkan hasil dari menemukan sendiri.  Pendidik harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus inkuiri yaitu : Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan

  1. Bertanya

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan  pendidikan berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Aktivitas bertanya juga diketemukan ketika peserta didik berdiskusi, kerja kelompok dan lain sebagainya.

  1. Masyarakat Belajar

Hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, sharing dengan teman, maupun kelompok.  Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah. Metode pembelajaran dengan metode ini akan membantu proses pembelajaran di kelas.

  1. Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran ada model yang bisa ditiru, bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, melafalkan ejaan dan sebagainya. Pendidik memberi contoh cara bekerja sesuatu, sebelum peserta didik melakukan tugas tersebut. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan  diamati oleh peserta didik.

  1. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.  Yang diperluas melalui konteks pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, pendidik menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi.

  1. Penilaian Autentik

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessement belajar itu tidak dilakukan di akhir periode belajar, namun dilakukan secara integral tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan dari hasil. Dengan demikian penilai tidak hanya pendidik, tetapi bisa juga teman atau orang lain.

Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik.

  1. Prinsip kesaling-bergantungan
  2. Prinsip diferensiasi
  3. Prinsip pengaturan diri.

Pendekatan Pembelajran Kontekstual

  1. Pembelajaran berbasis masalah
  2. Penggunaan keragaman konteks
  3. Pengelompokan peserta didik
  4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
  5. Pembentukan kelompok belajar saling bergantung
  6. Menggunakan asesmen autentik

4 comments

Skip to comment form

  1. Tolong perhatikan jarak antar barisnya

  2. keren kak, sangat detail informasinya

  3. bagus tulisannya, mungkin font judulnya bisa disamakan dengan judul postingan yang lain biar rapi 🙂

  4. Infonya lengkap banget

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: