Materi Ajar Antropologi Kelas X (Materi Pokok Ke-4) : Perilaku Menyimpang dan Sub Kebudayaan Menyimpang

images (15)

Pengertian Perilaku Menyimpang

     Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang dieskspresikan oleh seorang / beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari / tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian anggota masyarakat. Adapun perilaku menyimpang menurut para ahli:

  • Robert M.Z. Lawang, berpendapat bahwa penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang/normal.
  • James Vander Zarden, berpendapat bahwa penyimpangan adalah merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
  • Kartini Kartono, berpendapat bahwa penyimpangan adalah merupakan tingkah laku yang menyimpang dengan kehendak-kehendak masyarakat/ kelompok tertentu dalam masyarakat.
  • Paul B. Horton, berpendapat bahwa setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Teori-teori Penyimpangan Sosial

Ada beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain:

  1. Teori Differential Association (pergaulan berbeda)

     Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland yang berpendapat bahwa penyimpangan  bersumber pada pergaulan berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya. Contoh: Proses menghisap ganja dan perilaku homoseksual.

  1. Teori Labelling

     Teori ini disampaikan oleh Edwin M. Lemerd yang berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan penyimpangan pada tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat sudah diberi cap sebagai penyimpangan, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan skunder (tahap lanjut) dengan alasan “kepalang tanggung”. Contoh: Seorang yang pernah sekali mencuri dengan alasan kebutuhan, tetapi kemudian oleh masyarakat dijuluki penduri, maka ia akan terdorong menjadi perampok.

  1. Teori Merton

    Teori ini dikemukakan oleh Robert K Merton adalah perilaku penyimpangan merupakan bentuk dari adaptasi terhadap situasi tertentu. Merton mengidentifikasi cara adaptasi, diantarnya:

  • Komformitas, adalah perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga. Contoh: Seorang anggota kelompok etnis Aceh berperilaku sebagai orang Aceh.
  • Inovasi, adalah perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Contoh: Penggunaan obat bius pada dokter untuk tujuan membius orang yang akan dioperasi itu boleh tetapi jika disalahgunakan merupakan perbuatan yang menyimpang.
  • Ritualisme, adalah perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat. Contoh: Upacara di Ngaben di Bali.
  • Retretism, (pengasingan diri), adalah perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya
  1. Teori Fungsi

     Teori ini dipelopori oleh Emile Durkhem adalah bahwa kesadaran moral dari semua masyarakat adalah faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Contoh : Orang yang orang tuanya penjahat, dan tinggal dilingkungan yang tidak baik maka ia berpeluang besar untuk jadi penjahat

  1. Teori Konflik

     Teori ini dikemukakan oleh Karl Marx yang berpendapat bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Menurut Marx perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri dan hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa, dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka. Contoh: Banyak pengusaha besar melakukan pelanggaran hukum tetapi tidak diajukan ke pengadilan.

Jenis-jenis Perilaku Menyimpang

Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan primer dan sekunder.

  1. Penyimpangan Primer : Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.
  2. Penyimpangan Sekunder : Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.

Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual dan penyimpangan kelompok.

  1. Penyimpangan individual : Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.
  1. Penyimpangan kelompok : Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. Contoh geng penjahat.

Sifat-sifat Perilaku Penyimpang

     Penyimpangan yang terjadi dalam masyarkat sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.

  1. Penyimpangan positif

     Adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternative. Contoh: Seorang ibu rumah tangga dengan terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.

  1. Penyimpangan negatif

     Adalah penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Contoh: Pembunuhan dan pemerkosaan

Faktor-faktor Penyebab Perilaku Penyimpang

Beberapa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:

  1. Sikap mental yang tidak sehat
  2. Ketidakharmonisan dalam keluarga
  3. Dorongan kebutuhan ekonomi

Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial

Ada 4 macam prilaku penyimpangan sosial membawa dampak secara langsung, sebagai berikut:

  1. Dampak psikologis

     Dampak psikologis antara lain berupa penderitaan yang bersifat kejiwaan dan perasaan terhadap pelaku penyimpangan sosial, seperti dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat atau dijauhi dalam pergaulan.

  1. Dampak sosial
  • Mengganggu keamanan dan ketertiban lingkungan sosial.
  • Menimbulkan beban sosial, psikologis dan ekonomi bagi keluarga.
  • Menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan sosial dan keluarganya.
  1. Dampak moral (agama)
  • Merupakan bentuk perbuatan dosa yang dapat mencelakakan dirinya sendiri (si pelaku penyimpangan sosial) dan orang lain.
  • Merusak akal sehat sehingga dapat mengganggu ketentraman beribadah.
  • Merusak akidah (keyakinan dasar), keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  1. Dampak budaya
  • Menimbulkan drug subculture yang dapat mencemari nilai-nilai budaya bangsa.
  • Merupakan bentuk pemenuhan dorongan nafsu sepuas-puasnya/ konsumsi hedonis.
  • Merusak tatanan nilai, norma, dan moral masyarakat bangsa.
  • Merusak pranata (lembaga masyarakat), lembaga budaya bangsa dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku seseorang di lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Drs. Agus. 2006. Sosiologi 1. Jakarta: Yudhistira.

Siswanto, S.H. Bambang. 1995. Sosiologi 1. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Sitorus, Drs. M. 1995. Sosiologi 1A. Bandar Lampung: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi. Jakarta: Grafindo Persada

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: