Materi Antropologi Kelas XII bab II Agama dan Perilaku Keagamaan

Konsep Agama dan Religi
Konsep Agama
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya untuk mengetahui definisi mengenai agama. Definisi agama ada bermacam-macam, tergantung sudut pandang yang dipergunakannya. Geertz, seorang antropolog Amerika mengatakan bahwa agama adalah sebuah sistem simbol, sarana yang dipakai untuk membangun suasana hati dan motivasi yang kuat dan tahan lama di dalam diri manusia, rumusan konsepsi tatanan kehidupan, konsepsi suatu aura faktual, dan sarana untuk membuat suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik.

Ia selanjutnya mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem kultur. Adapun Edward Burnett Tylormengatakan bahwa agama adalah kepercayaan pada makhluk-makhluk spiritual. Lebih lanjut dikatakannya bahwa agama adalah budaya primitif. Menurutnya, tahap awal agama adalah kepercayaan animisme, yakni alam memiliki jiwa. Pemujaan terhadap orang mati, pemujaan kepada para leluhur atau nenek moyang.
Sementara itu, Durkheimmengatakan bahwa agamaadalah hal yang berkenaan dengan yang sakral dengan yang sosial.Hal yang paling elementer di dalam agama adalah totemisme. Totem adalah objek penyembahan, tetapi bukan dewa. Totem tidak menimbulkan ketakutan agama alam, agama wahyu, religi, kepercayaan, animisme, dinamisme, magi, sesaji, perilaku keagamaan, suku bangsa atau kehormatan, bahkan secara primitif tidak didiami oleh roh.
Namun, totem memiliki sifat sosial. Totem adalah simbol suatu suku bangsa. Berlainan dengan Freuddan Marx, dikatakannya bahwa agama adalah kepercayaan kepada para dewa. Evan Pritcharddan Geertz mengatakan bahwa agamaadalah hubungan yang tepat dengan wilayah mistik yang terletak di balik dan di luar kehidupan biasa. Dikutip dari Antropolog Haviland, agamaadalah kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting yang tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik organisasi sehingga akhirnya berpaling kepada manipulasi makhluk dan kekuatan supranatural.
Ciri Agama
Kamu telah mampu mendeskripsikan apa pengertian agama. Para ahli memang memiliki definisi sendiri-sendiri tentang agama. Bahkan kamu pun bisa memberikan definisi tentang agama. Sebagai panduan, kamu bisa mengenali ciri-ciri sebuah agama dari hal-hal sebagai berikut. Pertama, terdiri atas ritual. Kedua, ada doa, nyanyian, tarian, sesaji, dan kurban. Ketiga, ada usaha manusia untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural untuk kepentingannya sendiri; seperti dewa, dewi, arwah leluhur, roh, kekuatan impersonal. Keempat, ada orang tertentu yang memiliki pengetahuan khusus untuk berhubungan dengan makhluk dan kekuatan gaib. Menurut Daniel Lerner, cepat atau lambat masyarakat akan menuju pada kehidupan modern. Penyebab hal tersebut diperkirakan oleh media massa yang dengan mudah mempengaruhi manusia berubah dari masyarakat tradisional menuju modern. Mannhardtmengatakan bahwa bentuk mitologi lebih sederhana adalah ritus-ritus dan kepercayaan para petani seperti hantu-hantu tanaman, rohroh gandum, dan roh-roh pepohonan.
Ada dua jenis agama yang ada di muka bumi ini. Kedua jenis agama tersebut adalah agama bumi dan agama wahyu. Mari kita deskripsikan bersama.

Agama Bumi. Agama bumi tidak mengenal surga dan neraka, yang ada hanyalah hidup dan mati. Nirwana pun hanya ada dalam kehidupan. R.M. Lowie mengatakan bahwa agama primitif dipengaruhi dan ditentukan bentuknya oleh kesadaran tentang adanya hal yang misterius, supernatural, dan sesuatu yang luar biasa. Di dalam agama primitif, terdapat ritual magis yang secara psikologis berkaitan dengan peristiwa kerasukan, memercayai kekuatan supranatural mampu mengubah dunia.
Agama Wahyu. E.E. Evans Pritchardmengatakan bahwa awal munculnya agama adalah dari Tuhan bersamaan dengan diciptakannya manusia pertama yang juga bertindak selaku nabi, yaitu Adam. Dikutip dari Pritchard, yang disebut dengan wahyubukanlah suatu khayalan atau imajinasi, atau bahkan intuisi. Wahyu adalah firman Tuhan tentang diri-Nya, ciptaan-Nya, relasi antara keduanya, serta jalan menuju keselamatan yang disampaikan Nabi dan Rasul pilihan-Nya direpresentasikan melalui kata-kata dan disampaikan kepada Nabi kepada umat manusia melalui bentuk bahasa yang bersifat baru, mudah dipahami tanpa kerancuan (confusion) dengan subjektivitas dan inagurasi kognitif pemikiran Nabi. Dikutip dari van Baal, wahyuadalah sesuatu yang datang dari Tuhan atau dari dewa-dewa, jadi hal yang tidak dapat dijangkau oleh daya pikir manusia.
Konsep Religi
Sementara itu, religimemiliki pengertian yang senada dengan agama. Dikutip dari J. van Baal, religi adalah semua gagasan yang berkaitan dengan kenyataan yang tidak dapat ditentukan secara empiris dan semua gagasan tentang perbuatan yang bersifat dugaan semacam itu, dianggap benar. Dengan demikian, surga atau neraka dianggap benar adanya meski tidak dapat dibuktikan keberadaannya. Religi itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan nilai susila yang agung. Religi itu memiliki nilai, dan bukannya sistem ilmu pengetahuan. Religi juga sesuatu yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan rasio. Religi menyangkut pula masalah yang dimiliki manusia. Religi sangat mempercayai adanya Tuhan, hukum kesusilaan, dan roh yang abadi.
Spencer mengatakan bahwa awal mula munculnya religi adalah karena manusia sadar dan takut akan maut. Berikutnya terjadi evolusi menjadi lebih kompleks dan terjadi diferensiasi. Diferensiasi tersebut adalah penyembahan kepada dewa; seperti dewa kejayaan, dewa kebijaksanaan, dewa perang, dewa pemelihara, dewi kecantikan, dewa maut, dan lain sebagainya. Di dalam religi juga muncul yang disebut dengan Fetiyisme.De Brosess mengatakan bahwa fetiyisme adalah pemujaan kepada binatang atau barang tak bernyawa yang dijadikan dewa. Sementara itu kepercayaan akan kekuatan suatu benda yang diciptakan oleh ahlinya disebut dengan Feiticoatau azimat. Orang-orang yang berlayar banyak yang mengenakan azimat ini agar dapat selamat kembali ke darat. Sumber penting di dalam religi adalah adanya empat hal yang muncul yang berkaitan dengan perasaan; yakni takut, takjub, rasa syukur, dan masuk akal. Di dalam perkembangannya, animisme berubah menjadi politeisme, dan lalu berubah menjadi monoteisme.
Banyak istilah yang kemudian muncul berkenaan dengan adanya sistem religi. Istilah yang kerap muncul di dalam religi adalah Tuhan, dewa, dewi, malaikat, roh, jin, iblis, setan, hantu, peri, raksasa, momok, roh, nyawa, orang mati, syamanisme, monoteisme, politeisme, ateisme, kesurupan, kerasukan, wahyu, pendeta, guru, nabi, pengkhotbah, dukun, ahli sihir, intuisi, pertanda, ramalan, animisme, totemisme, meditasi, puasa, mana, tabu, sakral, najis, kudus, duniawi, dan seterusnya. Jika dicermati, istilah-istilah tersebut memiliki hal yang agung, gaib, suci, menakutkan, dan tak kasat mata.
R.R. Marret mengatakan bahwa animisme bukan tahap awal suatu agama, melainkan pra-animisme. Pra-animisme; yakni animatisme. Dikutip dari Marret, animatismeadalah pengalaman tentang kekuatan yang impersonal; yaitu suatu kekuatan yang supranatural yang tinggal di dalam orang-orang tertentu, binatang tertentu, dan di dalam bendabenda yang tak berjiwa. Kekuatan tersebut dapat berpindah. Kekuatan ini disebut dengan mana.
Orang-orang primitif memiliki perasaan bahwa ada sesuatu kekuatan gaib pada orang-orang dan benda-benda tertentu. Ada dan tidak adanya perasaan tersebut yang kemudian memisahkan antara yang suci (ukhrowi) dengan duniawi; dunia gaib dengan dunia seharihari. Dari hal tersebut muncul dengan yang dinamakan takwa. Dikutip dari Pritchard, takwa adalah suatu gabungan dari rasa takut, damba, kagum, tertarik, hormat, bahkan mungkin cinta. Spencer mengatakan bahwa religi muncul karena manusia sadar dan merasa takut akan adanya maut, berevolusi kepada yang lebih kompleks menjadi penyembahan terhadap dewa maut, dewa perang, dewi kecantikan, dewa laut, dan sebagainya. E.B. Tylor mengatakan bahwa bentuk religi yang tertua adalah penyembahan kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek moyang.
Teori-Teori tentang Religi
Mengapa manusia percaya kepada suatu kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya? Mengapa manusia melakukan berbagai macam cara untuk mencari hubungan dengan kekuatankekuatan tadi? Ada banyak teori yang berbeda tentang masalah tersebut. Menurut teori yang terpenting, perilaku manusia bersifat religi karena sebab-sebab sebagai berikut.
Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan akal.
Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa dialami manusia dalam daur hidupnya.
Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam sekelilingnya.
Adanya getaran (yaitu emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga negara masyarakat.
Manusia menerima suatu firman dari Tuhan.
Adapun teori-teorinya antara lain sebagai berikut.
a. Teori Roh
Teori ini dikemukakan oleh E.B. Tylor. Menurut Tylor, asal mula
religi adalah kesadaran manusia akan konsep roh. Hal itu terjadi
karena dua sebab.
Perbedaan yang tampak antara benda hidup dan benda yang mati. Makhluk yang masih dapat bergerak disebut makhluk hidup, tetapi apabila tidak bergerak lagi, maka itu berarti bahwa makhluk tersebut mati. Dengan demikian, manusia lama-kelamaan mulai menyadari bahwa gerak dalam alam (yaitu hidup) disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di samping tubuh jasmaninya, yakni jiwa (yang kemudian lebih khusus disebut roh).
Pengalaman bermimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya berada di tempat-tempat lain selain tempat ia tertidur.
Maka ia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur, dan bagian lain dari dirinya, yaitu jiwanya (rohnya), yang pergi ke tempat lain.
b. Teori Batas Akal
Teori ini dikemukakan oleh J.G. Fraser. Dalam bukunya The Golden Boughjilid I seperti ditulis oleh Koentjaraningrat (2002: 196–197), ia mengatakan bahwa manusia memecahkan masalahmasalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan manusia terbatas. Makin maju kebudayaannya, makin luas batas akal itu. Dalam banyak kebudayaan batas akal manusia masih sangat sempit. Soal-soal hidup yang tidak dapat mereka pecahkan dengan akal, dipecahkan dengan magic, atau ilmu gaib. Menurut Frazer, ketika religi belum hadir dalam kebudayaan manusia, manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk memecahkan masalah-masaah hidup yang berada di luar jangkauan akal dan pengetahuannya. Ketika mereka menyadari bahwa ilmu gaib tidak bermanfaat bagi mereka, mulailah timbul kepercayaan bahwa alam dihuni oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa, dengan siapa manusia kemudian mulai mencari hubungan, sehingga timbullah religi.
c. Teori Masa Krisis dalam Hidup Individu
Pandangan seperti ini dikemukakan oleh M. Crawley dalam bukunya Tree of Life (1905) dan A. van Gennep dalam bukunya Rites de Passage(1909). Dalam buku yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1002: 197), kedua pakar menyatakan bahwa selama hidupnya manusia mengalami berbagai krisis yang sangat ditakuti oleh manusia, dan karena itu menjadi objek dari perhatiannya. Terutama terhadap bencana sakit dan maut, segala kepandaian, kekuasaan, dan harta benda yang dimilikinya, manusia tidak berdaya.
Bagi manusia, ada saat-saat ketika manusia mudah jatuh sakit atau tertimpa bencana. Misalnya masa kanak-kanak, atau saat ia beralih dari usia pemuda ke usia dewasa, masa hamil, melahirkan, dan saat ia menghadapi sakratul maut. Pada saat-saat seperti itu manusia merasa perlu melakukan sesuatu untuk memperteguh imannya, yang dilakukannya dengan upacara-upacara. Perbuatanperbuatan inilah yang merupakan pangkal dari religi dan merupakan bentuk-bentuk yang tertua.
d. Teori Kekuatan Luar Biasa
Pendapat ini diajukan oleh R.R. Marret. Ia tidak sependapat dengan Tylor. Menurutnya, kesadaran seperti itu terlalu kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru berada pada tingkattingkat awal dari kehidupannya. Ia juga mengatakan bahwa pangkal dari segala perilaku keagamaan ditimbulkan oleh perasaan tidak berdaya dalam menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap luar biasa dalam kehidupannya.
Alam dianggap sebagai tempat adanya kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenalnya dalam alam sekelilingnya, disebut the supernatural. Gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat dari kekuatan supernatural(atau kekuatan sakti).
e. Teori Elementer Mengenai Hidup Beragama
Tokoh teori ini adalah E. Durkheim. Inti dari teori seperti terdapat dalam buku tulisan Koentjaraningrat (2002 : 199) adalah sebagai berikut.
Sejak awal keberadaannya di muka bumi, manusia mengembangkan religi karena adanya getaran jiwa, yaitu suatu emosi keagamaan, yang timbul dalam jiwanya karena adanya emosi terhadap keagamaannya, dan bukan karena dalam pikirannya manusia membayangkan adanya roh yang abstrak, berupa kekuatan yang menyebabkan hidup dan gerak dalam alam semesta ini.
Dalam pikirannya, emosi keagamaan itu berupa perasaan yang mencakup rasa keterkaitan, bakti, cinta, dan sebagainya, terhadap masyarakatnya sendiri, yang baginya merupakan seluruh dunianya.
Emosi keagamaan tidak selalu berkobar-kobar setiap saat dalam dirinya. Apabila tidak dirangsang dan dipelihara, emosi keagamaan itu menjadi latent(melemah), sehingga perlu dikorbarkan kembali, antara lain melalui kontraksi masyarakat (mengumpulkan seluruh masyarakat dalam pertemuanpertemuan raksasa).
Emosi keagamaan yang muncul itu membutuhkan suatu objek tujuan. Mengenai apa yang menyebabkan bahwa sesuatu hal menjadi objek dari emosi keagamaan, bukanlah terutama sifatnya yang luar biasa atau aneh dan megah, tetapi adanya tekanan berupa anggapan umum dalam masyarakat, misalnya karena salah satu peristiwa secara kebetulan pernah dialami orang banyak. Objek yang menjadi tujuan emosi keagamaan juga dapat bersifat sacre(keramat), sebagai lawan dari sifat profan (tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan.
Suatu objek keramat sebenarnya merupakan lambang dari suatu masyarakat. Pada suku-suku bangsa asli di Australia, objek keramat yang menjadi objek emosi kemasyarakatannya sering kali berwujud suatu jenis hewan atau tumbuhtumbuhan. Para pakar menyebut prinsip yang berada di belakang objek dari suatu kelompok dalam masyarakat (misalnya klan atau kelompok kerabat) dengan istilah totem.
Unsur-Unsur Dasar Religi
Kamu tentu tahu bahwa bangsa Indonesia terdiri atas suku-suku (lebih dari 600 suku). Kamu tentunya juga tahu apa yang telah diungkapkan E. Durkheim tentang teori religi. Nah, untuk mendeskripsikan religi dalam suku-suku bangsa di Indonesia, antropologi membagi religi ke dalam unsur-unsur sebagai berikut.
Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia didorong untuk berperilaku keagamaan.
Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang bentuk dunia, alam, alam gaib, hidup, dan maut.
Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan tersebut.
Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem-sistem keagamaannya.
Alat-alat musik yang digunakan dalam ritus dan upacara kesamaan.[gs]

1. Fungsi Psikologis
Orang meyakini dan mengamalkan ajaran agama kebanyakan untuk meraih ketenteraman. Agama bisa memberi ketenangan dan mengurangi kegelisahan karena percaya ada bantuan supranatural yang dapat diharapkan saat terjadi bencana. Orang yang baru saja terkena musibah gempa bumi, akan merasa tenang apabila ingat dengan Tuhan atau kekuatan supranatural yang ada di atasnya. Selain itu, agama juga bisa memberi tuntunan melalui penggambaran atau cerita makhluk supranatural.
2. Fungsi Sosial
Fungsi lain dari agama antara lain memberi sanksi kepada sejumlah besar tata kelakuan, pemeliharaan solidaritas sosial, pendidikan, dan tertib sosial. Dengan rajin menjalankan perintah ajaran agama, maka akan terbentuk sikap dislipin dan ketaatan. Orang yang taat Di Indonesia terdiri atas bermacam-macam agama. Meskipun demikian, kita harus saling menghormati agar tercipta masyarakat yang rukun dan damai. menjalankan perintah agama akan memiliki perilaku yang terpuji dan mampu membangun kebersamaan dengan manusia yang lain. Coba lihatlah pada dirimu sendiri. Apakah kamu telah taat dalam menjalankan perintah ajaran agama? Lalu, apa dampak yang kamu rasakan setelah tertib dalam menjalankan ajaran agama? Untuk menjawabnya, kamu bisa mengikuti kegiatan di bawah ini.

Dari dalam keluarga hingga hidup di tengah-tengah masyarakat, agama menduduki tempat yang teramat penting. Agama antara lain berperan dalam pembentukan watak dan kepribadian penganutnya. Coba ajaklah orang tua dan anggota keluargamu untuk mendiskusikan fungsi agama. Jelaskanlah fungsi agama dikaitkan dengan pendidikan dan tertib sosial. Selanjutnya, susunlah hasilnyabdalam bentuk laporan.[gs]

Agama/Religi dan Kepercayaan di Indonesia – Indonesia tidak hanya memiliki suku bangsa yang beragam, namun juga memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Terdapat enam agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Berdasarkan data yang ada, mayoritas masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Di samping agama yang resmi, di Indonesia juga tumbuh dan berkembang keyakinan lain yang disebut dengan kepercayaan tradisional.
Dengan adanya diversitas agama di Indonesia, masyarakat Indonesia harus menghargai perbedaan yang ada. Hal tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 29 ayat 2 yang menjamin masyarakat memiliki kemerdekaan di dalam beragama. Setiap individu dibebaskan untuk menganut agama yang dipilihnya. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi agama. Setiap individu harus menghormati dan memelihara toleransi terhadap kepercayaan masing-masing.

Islam. Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15 dan 16. Agama Islam salah satu di antaranya dibawa ke Indonesia oleh pedagang India dan Arab. Jumlah pemeluk agama Islam di seluruh Indonesia sekitar 88% dari penduduk Indonesia. Bukti tertua kehadiran Islam di Indonesia ditemukan di Aceh berupa batu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir dengan angka tahun 1211. Dari temuan nisan itu, kita bisa menduga bahwa sekitar abad XII di Sumatra telah berkembang masyarakat Islam. Dari kawasan itulah, Islam mampu berkembang ke berbagai daerah di Indonesia. Meski memuat nilai-nilai baru, namun perilaku beragama saat awal masih dipengaruhi oleh unsur-unsur Hindu-Buddha. Bahkan para pengembang agama Islam di Jawa seperti wali sanga masih menggunakan adat istiadat yang merupakan peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah Aceh, komunitas muslim generasi pertama terdapat di Demak, Banten, Makassar, Maluku, dan Yogyakarta. Di kota-kota itu kita ketahui berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat pengembangan ajaran Islam. Peninggalan sejarah dari kerajaan-kerajaan tersebut masih bisa kita lihat hingga kini. Salah satu perilaku beragama yang berkembang pada periode awal adalah sufisme atau tasawuf. Sufisme merupakan perilaku yang mencerminkan unsur batin ajaran Islam. Misalnya dengan pengekangan diri melalui beragam kegiatan seperti zikir, puasa, sembahyang terus-menerus, dan tarian suci. Dari sini dikenal adanya tarekatyaitu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Masyarakat Jawa memiliki cara penghitungan hari tersendiri, yakni lima hari pasaran. Hari pasaran tersebut adalah legi, paing, pon, wage, dan kliwon. Di daerah-faerah yang lain di Indonesia mungkin juga memiliki cara tersendiri dalam menetapkan hari. Bagaimana masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalmu? Perilaku beragama umat Islam didasarkan atas keyakinan adanya rukun iman dan rukun Islam. Rukun iman terdiri atas percaya pada Allah swt., percaya pada malaikat, percaya pada nabi, percaya pada hari kiamat, percaya pada kitab suci (Taurat, Mazmur, Injil, Quran) dan percaya pada takdir. Rukun Islam meliputi pengakuan tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah syahadat, sembahyang lima waktu (shalat), puasa di bulan Ramadan, zakat, dan naik haji. Pada masa kontemporer, perilaku keagamaan di Indonesia semakin beragam. Baik dari tradisi Muhammadiyah, NU, maupun penganut Islam inklusif. Masing-masing organisasi massa dan kelompok-kelompok penganut agama itu kemudian berkembang dengan ciri khas masing-masing.
Protestan. Agama Protestan banyak ditemui di daerah Maluku, Sulawesi Utara, dan Batak. Jumlah pemeluk agama Protestan sebesar 5% dari populasi. Pembawa agama ini adalah orang Belanda dan Portugis. Agama Kristen mulai masuk ke Indonesia setelah VOC menjalankan penjajahannya di berbagai pulau. Meski misi utama VOC adalah berdagang, namun mereka juga wajib mengembangkan iman Protestan. Saat VOC dibubarkan tahun 1799, di Indonesia terdapat 50.000 orang pemeluk Protestan. Agama ini semakin berkembang setelah pemerintah kolonial mendukung sepenuhnya kegiatan misionaris. Apalagi kitab-kitab suci mereka diterjemahkan ke dalam bahasa lokal dan bahasa Melayu. Komunitas agama Protestan banyak terdapat di kawasan Indonesia bagian timur. Para pemeluk agama Kristen menjalankan beragam upacara. Banyak di antaranya yang menggunakan kebudayaan lokal yang telah lama berkembang di masyarakat. Misalnya yang dilakukan oleh masyarakat Kristen di Pulau Samosir, dekat Danau Toba. Mereka biasa menggelar tarian suci dan nyanyian puisi ratapan pada perayaan Jumat Agung. Di Larantuka, Flores Timur, penganut Kristen menyelenggarakan ritual siklus kehidupan dengan menyisipkan prosesi kelahiran dan kematian Kristus dalam kebaktian Paskah. Upacara ini adalah peninggalan masyarakat Eropa abad XVI. Pada Jumat Agung mereka mengadakan arak-arakan lilin di sepanjang jalan dengan membawa patung Perawan Maria lambang Mater Dolorosa(Bunda Berkabung). Kini, daerah-daerah itu menjadi sentra komunitas Kristen. Kamu bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang perilaku agama mereka.
Katolik Roma. Agama Katolik Roma banyak ditemui di daerah kepulauan timur Indonesia, seperti Roti, Timor, dan Flores. Jumlah pemeluk agama Protestan sebesar 5% dari populasi. Pembawa agama ini adalah orang Belanda dan Portugis. Komunitas Katholik terbentuk sejak abad XVI di Ambon, Ternate, dan Halmahera. Agama tersebut datang sejak Portugis masuk ke Indonesia. Namun, berkembang dengan cepat pada abad XIX setelah pemerintah kolonial Belanda memberlakukan otonomi Gereja Katolik. Apalagi banyak keluarga Belanda yang datang ke Indonesia mengikuti suami atau ayah mereka yang bertugas di Indonesia. Penyebaran agama ini banyak didukung oleh keberadaan ordo Fransiscan. Ordo yang berpusat di Maluku Utara dan Sulawesi Utara ini berhasil membuat penduduk beragama Katolik. Ordo lain adalah Jemaat Theatine yang berpusat di pantai barat daya Sumatra dan ordo Dominikan yang berpusat di Solor, Timor, dan Flores.
Hindu. Agama Hindu banyak ditemui di daerah Bali dan Lombok (di tempat orang Bali yang tinggal di daerah Lombok). Penganut kurang lebih 2% dari total populasi. Agama ini sedikit berbeda dengan yang dianut di India. Agama ini telah dikenal masyarakat Indonesia sejak awal abad I Masehi melalui hubungan dagang dengan India. Dari kontak dagang ini, kemudian terbangunlah komunitas-komunitas Hindu pada abad VIII-IX. Saat itu bersamaan dengan berdirinya kerajaankerajaan Hindu dengan puncak Kerajaan Majapahit. Peran utama penyebaran agama Hindu dipegang oleh kaum brahmana. Merakalah yang memimpin upacara di kerajaan-kerajaan Hindu. Dalam perkembangannya, mereka menggunakan akar budaya lokal untuk menjalankan perilaku agamanya. Misalnya, kita mengenal Dewi Sri atau penggunaan Gunung Meru. Masyarakat Hindu terbagi ke dalam empat kasta, yaitu brahmana, kesatria, waisya, dan sudra. Di luar itu masih ada kasta chandala yang meliputi golongan pemburu yang tercemar kedudukannya. Prinsip ajaran agama Hindu didasarkan atas lima kepercayaan: brahmanyaitu kepercayaan kepada para dewa dalam berbagai bentuk perwujudannya, atmanyaitu kepercayaan tentang jiwa yang abadi, karmaphalayaitu kepercayaan bahwa setiap tindakan akan berakibat pada pelakunya, punar bhawayaitu kepercayaan tentang reinkarnasi, dan moksa yaitu kepercayaan tentang kebahagiaan yang tertinggi. Pemeluk agama Hindu menyelenggarakan serangkaian upacara yang disebut yadnya. Upacara ini terdiri atas lima jenis berdasarkan untuk siapa upacara ditujukan. Upacara itu meliputi Dewa yadnya untuk Yang Maha Kuasa, dewa-dewa dan dewi-dewi, bhuta yadnya untuk roh gaib setan, pitra yadnyauntuk untuk orang mati atau leluhur, manusa yadnya untuk orang hidup, rsi yadnya untuk pendeta atau pentasbihan. Agama Hindu di Bali mempunyai banyak nama, seperti Hindu Bali karena khas Bali, agama Tirta karena air suci merupakan unsur penting dalam agama Hindu, dan agama Siwa-Wedakarena ajaran-ajarannya memuja Siwa-Buddha. Kini, nama yang sering dipakai adalah Hindu Dharma. Penyebaran agama Hindu di Bali banyak menggunakan tari topeng, wayang, dan pergelaran drama. Tradisi keagamaan di Bali telah mengakar dalam kehidupan sehari-hari dengan pusat keagamaan di pura.
Buddha. Agama Buddha berasal dari India. Penganutnya sekitar 1% dari populasi. Buddha berasal dari India dan menyebar ke Indonesia bersamaan dengan Hindu. Pengaruh agama Buddha masuk ke Indonesia pada abad VII. Hal ini berdasarkan catatan I-Ching yang melawat ke Sriwijaya pada tahun 671. Setelah selama 10 tahun tinggal di Sriwijaya, IChing menerjemahkan teks-teks Buddha Sanskerta ke dalam bahasa Cina dan menulis kisah perjalanannya Ada dua aliran utama yang berkembang dalam Buddha, yaitu Theravada dan Mahayana. Pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, yang berkuasa adalah aliran Mahayana. Agama Buddha mengembangkan ajaran Tantra. Namun setelah kedua kerajaan besar itu runtuh, pengaruh Buddha semakin menghilang. Dalam perkembangannya, para pemeluk agama Buddha mendirikan sangga atau organisasi para biarawan. Hingga kini, pelaksanaan upacara keagamaan banyak dipimpin oleh organisasi ini.
Konghucu. Penganut agama Konghucu di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 1%. Agama Konghucu adalah agama yang baru saja diakui oleh pemerintah sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Selain percaya pada adanya Tuhan, masyarakat Indonesia juga percaya pada adanya makhluk halus dan alam gaib. Berkaitan dengan alam gaib, menurut C. Geertz, masyarakat di daerah Jawa sangat memercayai adanya makhluk halus.
Aliran Kepercayaan di Indonesia
Wilhelm Wundt menjelaskan bahwa pada mulanya datang kepercayaan tentang magi, iblis, dan lainnya. Pada tahap evolusi berikutnya, yakni pada abad Totem, mulai munculnya agama dalam bentuk pemujaan binatang. Lama-kelamaan totem mulai susut, lalu objek pemujaan diganti dengan manusia. Pemujaan beralih menjadi pemujaan terhadap nenek moyang hingga akhirnya ada pengkultusan terhadap pahlawan, dan pengkultusan dewa-dewi. Aliran kepercayaan yang berkembang di Indonesia adalah Budi Setia (didirikan oleh kaum priayi), Sumarah (didominasi oleh kaum priayi), Kawruh Baja, Ilmu Sejati, Kawruh kasunyatan, Sunda wiwitan (tersisa pada etnis Baduy di Kanekes, Banten), Buhun Jawa Barat, Parmalim (agama asli Batak), Kaharingan Kalimantan, Tonaas Walian Minahasa Sulut, Tolottang, Wetu telu, dan Naurus (P. Seram Maluku).[gs]

Perilaku Religi – Agama yang beragam adanya di permukaan bumi, tidak seluruhnya memiliki kesamaan di dalam menjalankan ritual keagamaannya. Namun, hampir seluruhnya percaya terhadap sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan dan kekuatan. Van Baal menjelaskan bahwa manusia memiliki kepercayaan terhadap mana. Manaadalah sesuatu yang mempengaruhi semua hal yang melampaui kekuasaan manusia yang berada di luar jalur yang normal dan wajar. Manamuncul karena hadirnya pengaruh yang ditimbulkan oleh pikiran manusia. Ketika seseorang mengenakan cincin dengan batu akik dengan warna tertentu kemudian mendapatkan kekayaan yang di luar dari kebiasaannya, ia akan berpandangan bahwa batu akik yang dikenakannya itu memiliki mana.

Perilaku keagamaan memiliki bentuk yang beragam. Jika dilihat melalui ritual, dapat dilihat berikut ini. Ritual adalah sarana yang digunakan untuk melakukan hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural. Selain itu, juga digunakan sebagai penghubung antara manusia dengan kekuatan supranatural, digunakan pula untuk memperingati peristiwa penting dan kejadian kematian.
Antropologi membagi ritual menjadi beberapa hal, yaitu upacara peralihan (rites of passage) dan upacara intensifikasi (rites of intensification). Dikutip dari Havilland, upacara peralihan(rites of passage) adalah upacara keagamaan yang berkaitan dengan tahap-tahap yang penting dalam kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian. Upacara intensifikasi(rites of intensification) adalah upacara keagamaan yang diadakan pada waktu kelompok menghadapi krisis real atau potensial. Salah satu contoh upacara peralihan yang paling serig kita jumpai adalah aqiqabyang biasa dilaksanakan oleh umat Islam. Upacara aqiqah dilaksanakan pada hari ketujuh dar kelahiran seorang anak, ditandai dengan penyembelihan kambing. Untuk anak anak laki-laki, kambing yang disembelih berjumlah dua ekor sedangkan untuk perempuan hanya seekor. Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah untuk menebus anak. Menurut keyakinan mereka, seorang anak sebelum diaqiqahi masih tergadai. Rangkaian upacara ini meliputi pencukuran rambut anak, pemberian nama yang baik, dan penyebelihan ternak kurban. Sebagian daging ternak yang telah disembelih itu kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar, sebagian yang lain untuk pesta. Maknanya, anak diantar untuk menjadi seorang makhluk sosial dan mempunyai akhlak yang baik.
Upacara pada tahap berikutnya adalah sunatan. Sunat adalah tanda anak laki-laki memasuki akil balig, biasanya dilakukan pada anak usia 8-14 tahun. Saat melaksanakan upacara ini, biasanya orang tua mengadakan pesta dengan mengundang sanak saudara dan tetangga. Setelah menginjak dewasa, sampailah anak pada jenjang perkawinan. Berdasarkan hukum Islam, perkawinan terjadi antara seorang jejaka dan gadis dengan wali mewakili gadis. Sebuah upacara bisa dilaksanakan apabila ada izin dari wali, selanjutnya ia harus memberikannya dan menerima ikatan perkawinan yang mempersatukan kedua mempelai. Ikatan itu biasa disebut mahar (berupa emas, benda berharga atau Al Quran). Mempelai kemudian mengikuti prosesi di depan tamu undangan. Di beberapa suku bangsa, kedua anggota keluarga yang yang telah terikat dalam satu ikatan kekeluargaan itu saling memberikan petuah kepada kedua mempelai. Saat ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, maka ada banyak kewajiban yang biasa dilakukan oleh sanak keluarga yang ditinggal. Misalnya dengan memandikan, mengubur, hingga berdoa untuk keluarga yang meninggal. Upacara kematian yang diadakan oleh sanak keluarga biasanya berisi talqin dan tahlil.
Upacara dibagi menjadi tiga tahap, yaitu separasi, transisi, dan inkorporasi. Dikutip dari Havilland, separasiadalah dalam upacara peralihan, upacara untuk memisahkan seseorang dari masyarakatnya. Transisiadalah dalam upacara peralihan, isolasi seseorang setelah mengalami separasi dan sebelun inkorporasi. Inkorporasiadalah dalam upacara peralihan, penyatuan kembali seseorang ke dalam masyarakat menurut statusnya yang baru.
Berkaitan dengan upacara peralihan, manusia dianggap melalui beberapa tahap kehidupan. Tahap kehidupan tersebut adalah kelahiran, pubertas, perkawinan, menjadi orang tua, naik ke tingkat yang lebih tinggi, spesialisasi pekerjaan, dan kematian. Sementara itu, berkaitan dengan upacara intensifikasi, manusia banyak mengalami suatu krisis. Krisis air hujan, serangan hama, muncul serangan binatang berbahaya, muncul serangan musuh, kematian, dan lain-lain. Untuk menghalau krisis-krisis tersebut, manusia mengadakan upacara.

Di dalam mencari ketenangan hidup, manusia menggunakan bermacam hal yang berkaitan dengan supranatural. Hal tersebut di antaranya adalah agama, magi, dan sihir.[gs]

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: