Posted on | Leave a comment
Myth in Primitive Psycology
BULUSAN, KUDUS
Bronislaw Malinowski (1884-1942) adalah salah satu pendiri antropologi modern. Dalam serangkaian karya yang luar biasa ditulis sebagian besar di tahun 1920, ia menunjukkan pentingnya observasi etnografi yang kaya. Sementara itu akan salah untuk menyarankan baik bahwa semua mitos memiliki fungsi politik atau bahwa kepentingan atau nilai dari setiap mitos yang diberikan dapat dikurangi dengan fungsi politik instrumentalnya.
Mitos bukan teks lepas, tetapi merupakan peristiwa sosial yang hidup, yang hanya dapat dipahami dalam konteks manusia yang sebenarnya, di tempat kang sungguh-sungguh dan yang berupaya melestarikan hubungan-hubungan polotik. Mitos seperti yang ada dalam masyarakat biadab, yaitu, dalam bentuk primitif yang hidup, tidak erely kisah yang diceritakan tapi kenyataan hidup. Ini bukan sifat fiksi, seperti yang kita iklan hari ini di sebuah novel, tetapi merupakan kenyataan hidup, diyakini telah pernah terjadi
Mitos merupakan salah satu unsur penting dari peradaban manusia, itu bukan kisah menganggur, tapi kekuatan aktif keras bekerja, itu bukan penjelasan intelektual atau citra artistik, tapi piagam pragmatis tentang mitos primitif dan kebijaksanaan moral.
Saat ini mari kita melirik subyek beberapa mitos khas [dari Kepulauan Trobriand]. Ambil, misalnya, pesta tahunan kembalinya orang mati. kembalinya orang mati. cerita yang menceritakan bagaimana kematian mulai menghukum manusia, dan bagaimana kekuatan peremajaan kekal hilang. Hal ini mengatakan mengapa roh harus meninggalkan desa dan tidak tetap di perapian, akhirnya mengapa mereka kembali sekali dalam setahun. Dalam hal ini ada mitologi dalam mantra, dan bahkan tindakan suci mengandung unsur-unsur yang hanya dipahami ketika kisah kano terbang, ritual, serta sihir.
Dalam rangka untuk membuat titik di masalah cukup jelas, mari kita sekali lagi membandingkan kesimpulan kami dengan pandangan antropologi modern, agar kita dapat membuat kesimpulan dari pengetahuan terkini, memberikan pengakuan karena untuk apa yang telah kita terima, dan negara di mana kita harus berada jelas dan tepat.
Akan menjadi yang terbaik untuk mengutip pernyataan kental dan berwibawa, dan saya akan memilih untuk tujuan ini definisi analisis yang diberikan dalam Catatan dan Pertanyaan tentang Antropologi, oleh C.S. Burne dan Profesor JL Myres. Dalam bukunya yang berjudul “Cerita, Ucapan, dan Lagu,” kita diberitahu bahwa “bagian ini mencakup banyak upaya intelektual masyarakat” yang “mewakili upaya awal untuk berolahraga alasan, imajinasi, dan memori.
Mitos Asal
Kami terbaik dapat mulai dengan awal hal, dan memeriksa beberapa mitos asal. Dunia, mengatakan penduduk asli, awalnya berasal dari bawah tanah. Manusia telah mempunyai seorang pemimpin yang mana pemimpin tersebut sama halnya dengan pemimpin yang kita miliki sekarang ini.
Ada sejumlah tempat khusus – gua, rumpun pohon, tumpukan batu, singkapan karang, mata air, kepala anak sungai – disebut “lubang” atau “rumah” oleh penduduk asli. adik sebagai kepala keluarga dan saudara sebagai walinya datang dan mengambil kepemilikan tanah, dan memberikan totem, industri, magis, dan sosiologis karakter kepada masyarakat sehingga dimulai masalah peringkat yang memainkan peran besar dalam sosiologi mereka diselesaikan dengan munculnya dari satu lubang khusus, yang disebut Obukula, dekat desa Laba’i.
Tradisi Bulusan
Tradisi bulusan merupakan sebuah tradisi yang ada di kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, lebih tepatnya di desa Sumber Hadipolo. Tradidi bulusan ini berlangsung Cuma 1 hari yaitu pada lebaran hari ke-8, bisa disebut sebagai lebaran ketupat. Bagi sebagian orang lebaran ketupat hanya tentang hari dimana mereka bisa makan ketupat sepuas-puasnya. Namun berbeda bagi mereka masyarakat yang tinggal di daerah Sumber Hadipolo maupun daerah sekitarnya. Hari itu merupakan hari yang istimewa, sebab mereka bisa melaksanakan sebah tradisi yang sudah berlangsung secara turun-temurun di lakukan oleh leluhur mereka. Tapi taukah kalian tentang sejarah dari tradisi bulusan ini bisa terjadi ?
Jika kita membahas tentang tradisi ini, maka tidak akan lepas dari pengaruh penyebaran islam daerah Kudus. Cerita singkatnya seperti ini. Dulu pada waktu zaman walisongo masih menyebarkan islam di pulau jawa. Suatu ketika ada pertemuan yang di hadiri oleh kesembilan wali, yang kalau tidak salah bertempat di daerah demak, yang sebagai tuan rumah adalah beliau Sunan Kalijaga. Sesembilan wali menghadiri acara tersebut. Acara tersebut berlangsung sampai malam hari. Setelah acara tersebut kesembilan sunan pulang ke rumahnya masing-masing, begitu pula dengan Raden Umar Sa’id (Sunan Muria).
Beliau pulang bersama rombongannya menuju kediamannya di daerah Gunung Muria, Kudus. Beliau bersama rombongan pulang melewati daerah Hadipolo. Sewaktu mereka melintasi sebuah jembatan Sunan Muria mendengar suara aneh, suara tersebut terdengar terus menerus. Karena penasaran, Maka Sunan Muria menyuruh salah satu pengawalnya untuk mencari tahu dari mana suara itu berasal. Setelah mencari cukup lama, pengawal tersebut menemukan sumber suara ersebut, ternyata suara orang yang baru menanam benih padi di sawah. Setelah tahu asal muasal suara tersebut, kemudian pengawal tersebut kembali ke rombongan dan matur kepada Sunan Muria, bahwa asal muasal dari suara aneh tadi itu berasal dari suara para petani yang sedang menanam benih padi. Setelah mendengar tersebut Sunan Muria menjadi terheran-heran. Owh, itu suara orang menanam benih pada tho, bekerja kok malam-malam, kayak bulus (kura-kura air tawar). Entah karena karomah yang dimiliki Sunan Muria, atau emang sudah takdir, para petani tadi seketika itu berubah menjadi bulus. Mereka kaget dengan kejadian itu. Dan bertanya-tanya kenapa kejadian itu bisa terjadi.
Kemudian rombongan Sunan Muria melajutkan perjalanan, namun sewaktu melewati daerah persawahan, beliau mendengar ada suara seseorang yang menangis. Yang ternyata suara tersebut berasal dari para bulus. Dan Sunan Muria bertanya kepada bulus tersebut, kenapa kalian bisa menangis. Kemudian pada ubulus tapi menceritakan tentang kejadian yang mereka alami. Setelah mendengar penjelasan dari pada bulus, Sunan Muria jadi teringat akan perkataannya yang tadi “itu suara orang menanam benih pada tho, bekerja kok malam-malam, kayak bulus (kura-kura air tawar” dan menyesali kalena telah berkata seperti itu. Akhirnya Sunan Muria mengambil sebuah tongkat dan tongkat tersebut di tancapkan di tanah. Dan saat tongkat itu dicabut, keluarlah sumber mata air yang sangat jernih. Kemudian Sunan Muria berkata “ tenaglah kalian, terimalah takdir kalian ini dan jangan tangisi terus-menerus kejadian ini. Kalian disini tidak akan kelaparan, kebutuhan kalian akan tercukupi semuanya, jadi janganlah kalian bersedih” setelah berkata demikian, Sunan Muria beserta rombongan pergi meninggalkan bulus tadi. Dan semenjak kejadian itu, tempat tersebut selalu ramai dikunjuni oleh warga setempat maupun sekitarnya hinga sampai sekarang.
Hasis Analisis
Jika dikaitkan dengab pengertian mitos menurut Malinowski maka cerita tentang asal muasal dari tradisi bulusan ini bisa termasuk kedalam sebuah mitor. Sebab ini mengisakan sebuah peristiwa sosial yang terjadi di suatu masyarakat, dan masyarakat tersebut meyakini bahwa mitos tersebut memang benar-benar terjadi di sana dan tidak perlu diperdebatkan lagi mengenai bagaimana mitos tersebut bisa terjadi.
Kemudian, disini masyarakat juga mencoba untuk selalu melestarikan tradisi yang telah berlangsung secara turun-temurun ini. Walaupun tradisi ini hanya berlagsung satu hari setahun, namun antusias masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam peraaan itu tidak menurun sama sekali, malahan dari tahun ke tahun semakin ramai jumlah pengunjungnya.
Meskipun mitos ini jiga di pikir dengan akal sehat tidak akan ketemu dan tidak akan pernah bisa terpikir, namun inilah kepercayaan bagi masyarakat desa Hadipolo dan sekitarnya, bahwa peristiwa bulusan itu emang bener-bener terjadi. Dan hal ini tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Categories : UncategorizedM | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | ||||||
2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 |
16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 |
23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |
30 |
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | ||||||
2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 |
16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 |
23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |
30 |
Leave a Reply