Tak ada yang mampu membahagiakan orang tua selain melihat anaknya tumbuh kembang sempurna. Untuk menumbuhkan anak yang sehat jasmani rohani beberapa asupan gizi diberikan: Makanan bergizi, ucapan bergizi atau rangsang audio visual yang memberi stimulus pertumbuhan anak. Dan saya memilih seruling sebagai media komunikasi auditif dengan Andra (7 bulan), anak ketiga. Seruling mampu menggantikan fungsi lagu nina bobo sekaligus memberi kepekaan anak nadanada. Saya tak perlu memutarkan Bethoven atau Mozart yang dipercaya meningkatkan kecerdasan anak di masa depan. Cukup dengan memainkan lagu sederhana, ya kadang irama Sungai Gangga, atau irama Melayu yang pas dengan cocok dimainkan alat musik tiup ini. Ia cukup memberi hiburan dan gizi bagi ruang dengarnya. Efek yang didapat adalah anak menjadi tenang, bahkan ia kadang terlelap dalam timangan di pangkuan. Itulah cara saya membangun hubungan yang mesra dengan anak.
Lagi pula menurut kajian ilmiah, otak anak juga memancarkan frekuensi untuk dapat menangkap frekuensi sekitarnya. Musik memberikan efek menenangkan yang memberi stimulus otak agar lebih responsif. Beberapa jenis musik seperti musik klasik, gamelan, atau bacaan ayat suci ternyata mampu meningkatkan kecerdasan anak. Saya juga bereksperimen dengan seruling ini dan ternyata berhasil mengantarkan anak pertama, Nadine peka terhadap nada-nada. Terbukti dengan kemampuannya menghafal lagu dan notasinya dalam ekstra Drumb Band di sekolahnya. Malahan, ia kadang iseng mencari nada-nada sendiri dan mencatatnya untuk kemudian dibagikan ke temannya.
Tujuan saya tentu saja tidak sebatas mengantarkan anak peka terhadap nada, menyuka musik yang kemudian jatuh pada pilihan populer menjadi penyanyi, misalnya. Tidak. Saya hanya ingin membagi pengalaman merasakan keindahan musik sebagai anugerah Allah. Selebihnya saya membekali mereka dengan keindahan nada yang bisa diciptakan agar keindahan juga melingkupi arah pikir mereka, tindakan mereka. Semoga (Udonk)