Hari Pahlawan: Revolusi Nasional, Resolusi Nasionalisme
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
Kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
(Krawang-Bekasi, 1948, Chairil Anwar)
10 November 2015 tentu berbeda dengan 10 November 1945. Bukan hanya orang-orang yang mengisi hari-hari ini yang berbeda, namun pemikiran, mental, semangat juang pun berbeda. Kita tentu menyadari saat ini kita tidak mungkin melihat semangat juang sebagaimana pahlawan-pahlawan kita miliki dulu. Namun bukan berarti kita tidak berjuang sama sekali, masih banyak yang perlu diperjuangkan, bahkan mungkin perjuangan yang lebih besar. Bentuk perjuangan kita jauh berbeda, jika para pahlawan kita dulu menggunakan senjata, maka saat ini kita berjuang menggunakan akal fikiran, kita berjuang bersama moral, kita berjuang untuk kebenaran. Sungguh benar-benar berbeda.
Chairil Anwar dalam syairnya di atas mengatakan, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata. Dalam bait ini dijelaskan bahwa perjuangan para pahlawan pendahulu kita sudah berakhir, sekarang adalah waktu kita untuk bertindak. Waktu kita untuk melanjutkan perjuangan itu. Menuntaskan sisa-sisa perjuangan kala itu.
Bagaimana meneruskan perjuangan mereka (para pahlawan)?
Sedikit pertanyaan menggelitik yang belum tentu setiap orang bisa menjawabnya. Kita bisa menjawab sesuai pemikiran dan kondisi kita masing-masing. Seorang petani tentu tak bisa mengisi kemerdekaan sebagaimana presiden. Seorang arsitek tak akan mengisi kemerdekaan dengan bercocok tanam. Ya, kita semua memiliki jalan masing-masing, kita semua memiliki keahlian masing-masing, tapi ada satu hal yang harus kita miliki bersama, kepedulian terhadap sesama yang akan membangun nasionalisme di Indonesia. Apakah itu penting? Ya, dan Tidak. Sama dengan menjawab pertanyaan “apakah mengetahui dan hafal nama-nama pahlawan itu penting?”. Saya jawab Ya dan Tidak. Persepsi orang memang berbeda-beda, saya akan katakan penting jika sedang berhadapan dengan seseorang yang “perlu” mengetahui nama pahlawan. Dan akan saya katakan tidak penting untuk orang-orang yang tidak perlu mengetahuinya.
Nasionalisme bisa diartikan sebagai kecintaan terhadap tanah air. Namun, penjelasan mengenai nasionalisme tidak pernah dibatasi karena sesungguhnya nasionalisme bukan hanya tentang mengenal dan mencintai Indonesia dengan mengenang jasa pahlawan di masa sebelum kemerdekaan. Nasionalisme memiliki arti yang lebih luas, cinta tanah air memiliki perwujudan yang lebih luas. Presiden menyalurkan rasa nasionalisme dengan mendengar pemikiran dan mengupayakan kesejahteraan rakyat. Guru menyalurkan rasa nasionalisme dengan mengabdikan diri untuk mengajari murid-muridnya. Orang tua menyalurkan rasa nasionalismenya dengan mendidik generasi muda bangsa menjadi generasi yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Sedangkan kita? Generasi muda bangsa, apa yang akan kita lakukan untuk menyalurkan rasa nasionalisme kita? Tuliskan resolusi nasionalismemu, dan pikirkan cara mewujudkannya! 🙂
Leave a Reply